Kamis, 24 Juli 2014

Kritik Sastra Sampul Belakang

Veven Sp Wardhana
Kompas, 27 Jan 2013

Tidak jelas, atau setidaknya saya tak punya catatan, sejak kapan buku sastra—prosa ataupun puisi—menyertakan beberapa komentar dari orang-orang yang dianggap bisa mengatrol isi buku tersebut.
Komentar yang biasa dimuat di halaman sampul belakang tersebut dikenal dengan sebutan endorsement (dukungan; endorse: mengesahkan) atau blurp (entah apa artinya dalam bahasa Indonesia). Yang paling saya ingat, cetakan kedua novel Burung-burung Manyar (1981) karya YB Mangunwijaya menyertakan komentar Subagio Sastrowardoyo, Th Rahayu Prihatmi, Satyagraha Hoerip, dan entah siapa lagi.

Siapa pun mereka (pastilah semuanya bukan nama-nama sembarangan), komentar mereka yang dimuat di sampul belakang buku itu sebelumnya telah lebih dulu dimuat di media massa, surat kabar, atau majalah karena memang ditulis sebagai review atau tinjauan atas cetakan pertama. Subagio menulis resensi novel tersebut di surat kabar Kompas, Rahayu Prihatmi me-review di Sinar Harapan, dan begitu seterusnya.

Komentar mereka adalah sebagian dari tulisan kajian lebih panjang terhadap novel yang dalam perjalanan dan perkembangan sastra Indonesia mempunyai tempat khusus, fenomenal, lantaran merupakan salah satu ikon mengenai kembalinya tradisi subkultur dalam khazanah sastra nasional.

Berbeda dibandingkan dengan novel Saman (1998) karya Ayu Utami. Sederet komentar, atau endorsement, sepertinya benar-benar diniatkan untuk kemasan buku ini. Ada komentar dari enam nama, yakni Sapardi Djoko Damono, Ignas Kleden, Faruk HT, Umar Kayam, YB Mangunwijaya, bahkan Pramoedya Ananta Toer. Beberapa di antara mereka (tiga disebut pertama) merupakan para juri sayembara menulis novel yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta, tempat Saman memenangi penilaian, toh komentar yang mereka sampaikan lebih ”pribadi”, sementara beberapa lainnya tak ada kait mengait dengan sayembara tersebut.

Di kemudian waktu, pola buku Saman inilah yang diteruskan oleh berderet penerbitan buku sastra, bahkan umumnya buku, yakni adanya endorsement yang sejak awal diperuntukkan penerbitan buku. Yang membedakan endorsement sejumlah buku terbitan belakangan dibandingkan dengan Saman adalah, endorsement untuk Saman tak semuanya berisi pujian. Pramoedya Ananta Toer menyatakan secara gamblang,”Saya tidak kuat melanjutkannya. Melanjutkan membaca rasanya saya jadi tapol lagi.” Sementara terbitan lainnya, lebih banyak sebagai pujian atau tampak sebagai basa-basi yang tak tampak menukik—mungkin karena pemberi komentar sama sekali tak membaca keseluruhan buku secara baik dan benar, atau itu bentuk rasa sungkan untuk melontarkan kritik, yang berujung pada kurang diminatinya buku tersebut di mata calon pembeli. Soalnya, segenap kemasan, segenap desain visual dan segenap pemberi teks dan isi teks memang diniatkan untuk membetot perhatian agar buku tersebut dibeli atau dibaca.

Sekadar ilustrasi, saya pernah diminta menulis hal yang sama untuk sebuah kumpulan cerita pendek, yang rata-rata setting-nya ranah Minangkabau. Pada kalimat akhir, saya tulis, ”Di negeri matrilineal ini, entah kenapa hampir semua kisah menempatkan para perempuan sebagai sumber bencana atau sebagai antagonis.”Kalimat terakhir ini kemudian dipenggal untuk tak dimuat sebagai endorsement. Mungkin isinya ditafsirkan sebagai kritik yang akan merugikan promosi buku kumpulan cerpen termaksud. Padahal, pernyataan itu saya niatkan untuk memancing diskusi lebih lanjut.
Argumentasi

Kalau coba dirumuskan, ada beberapa pola kritik sampul belakang. Pola pertama, berisi kritik—baik dengan argumentasi atau tidak—macam yang dilakukan Pramoedya Ananta Toer atas novel Saman. Pola ini boleh dikata langka. Pola kedua, berisi pujian, ada atau tanpa argumentasi. Pola ketiga, pujian yang terasa mengambang—yang rata-rata diberikan nama-nama kondang, termasuk di dalamnya para selebritas atau sosok yang terkait dengan bidang yang ditekuni nama bersangkutan, yang bisa saja tak ada kait mengait dengan dunia kesusastraan.

Sebagai contoh, novel Amba (2012) karya Laksmi Pamuntjak, ada empat nama pemberi endorsement di sampul belakang, yakni Amarzan Loebis, Ariel Heryanto, Sitok Srengenge, dan Dewi Lestari. Dua nama yang disebut pertama memiliki pemahaman mendalam mengenai sejarah kelam yang dikaitkan dengan partai komunis—yang menjadi bahan mentah sekaligus bahan baku cerita—yang kemudian waktu dipinggirkan. Nama ketiga, Sitok Srengenge, tak semata sebagai penyair, penulis novel, dan esais, yang cenderung memberikan pujian dengan segenap alasannya. Sementara nama terakhir, tampaknya diminta menulis komentar lebih sebagai selebritas: ”penulis buku bestseller”, yang komentarnya memang tak serinci Sitok dan tak sefokus Ariel dan Amarzan.

Yang menarik, saat Sitok Srengenge menulis tinjauan novel Amba di majalah Tempo, tulisannya menunjukkan kejeliannya sehingga tak semata berisi sanjungan, tetapi juga memberikan perspektif agar pembaca membandingkan secara proporsional dengan jagat pewayangan yang dipakai sebagai pola penceritaan Amba, termasuk peminjaman nama-nama tokoh wayang.

Contoh lain (bukan dalam bidang sastra, memang), di sampul belakang buku kumpulan kolom Sujiwo Tejo, judulnya Ngawur karena Benar (2012), dimuatendorsement Tina Talisa dan Nova Riyanti Yusuf. Tak begitu jelas apa ”kompetensi” dua nama ini dikaitkan pelbagai tema yang ditulis dalam kolom-kolom Sujiwo Tejo, kecuali bahwa dua nama tersebut bersejajar layaknya selebritas; yang pertama kerap muncul di layar televisi, satunya perempuan di parlemen dan penulis beberapa novel, yang sesungguhnya belum menunjukkan buah karya yang benar-benar fenomenal, baik di parlemen maupun dalam penulisan novel.

Kritik atau komentar ala sampul belakang ini sesungguhnya bisa diacukan pada produksi film Indonesia, terutama saat pertama diputar untuk khalayak. Biasanya, saat launching atau pemutaran perdana yang dihadiri pejabat, atau tokoh organisasi kemasyarakatan, ucapan pejabat atau tokoh masyarakat itu akan dicuplik dan disematkan dalam poster film tersebut yang dipasang sebagai iklan di surat kabar. Tak penting apakah pernyataan pejabat atau tokoh masyarakat tersebut punya dasar atau sama sekali tidak.

Ada kesan, komentar pejabat—pastilah berisi pujian—dianggap sebagai pengatrol harkat dan martabat film Indonesia. Sama persis dengan cara pikir perhelatan kesenian yang diharapkan dibuka oleh pejabat pemerintah, seolah dengan begitu harkat dan martabat kesenian tersebut naik terangkat, padahal pejabat bersangkutan—seteras apa pun peringkatnya—belum tentu paham benar tentang kreasi seni bersangkutan.

Dengan demikian, endorsement memang bukan termasuk kategori kritik—dalam pengertian nan luas dan dalam, tak sebatas kritik berupa caci-maki, juga tak sebatas kebalikannya berupa puja-puji, tetapi ada kaitannya dengan ranah lain, pemikiran lain, dan seterusnya.

Jadi, di manakah bisa didapatkan kritik sastra? Mungkin, dalam jurnal, yang jumlah tirasnya tak banyak, karena terasa eksklusif segmentasi dan cara penulisannya. Bisa juga didapatkan dalam kajian kesarjanaan (strata pertama, kedua, ataupun ketiga), yang jauh lebih ”tertutup” lagi lantaran hanya beredar di kalangan akademisi, bahkan hanya di kalangan lebih terbatas lagi: pembimbing skripsi, tesis, disertasi, penguji, dan mahasiswa bersangkutan, yang bahkan bisa menyembunyikan kemungkinan kelemahan kajian itu sendiri karena tak ada ”pengawasan” dari publik atau khalayak. Munculnya skripsi, tesis, bahkan disertasi dalam versi plagiasi adalah salah satu wujud konkret yang peluangnya dimungkinkan oleh ”ketertutupan” dari khalayak itu.

Jadi, jangan cari kritik sastra di sampul belakang buku.
***

Dijumput dari: http://seratkata.net/2014/05/10/kritik-sastra-sampul-belakang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar