Rabu, 07 Maret 2018

Pentas Teater Akar Pasir: “Ketika Iblis Menikahi Perempuan”

Achi Breyvi Talanggai *
zonautara.com

Drama ini mengisahkan tentang tokoh Belfagor dari neraka yang ditugaskan ke bumi selama 10 tahun untuk mengemban misi mengetahui rahasia beban dan cobaan dalam perkawinan.

Kehidupan teater di Sulawesi Utara sangat menarik untuk diamati. Datang dan pergi kader-kader peteater menjadi suatu hal yang lumrah namun mewarnai dinamika teater di daerah ini. Generasi ke generasi memberikan penandanya sendiri.

Rekam jejak teater Sulut umumnya dimulai dari tradisi Gereja menjadikan teater di Sulut sebagai daerah penghasil pertunjukan teater paling banyak se-Indonesia. Pasalnya, setiap perayaan hari besar Gerejawi, produksi teater dari skala kecil hingga besar menjadi rutinitas seni pertunjukkan yang paling dominan dan mewabah.

Tadi malam, Selasa 27 Juni 2017 adalah hari ulang tahun Teater Akar Pasir GMIM Petra Bitung Karangria yang keenam. Perayaan HUT dilaksanakan begitu khusyuk juga hadirnya produksi pertunjukkan dengan menampilkan pentas monolog dan teater telah turut menambah khazanah seni pertunjukkan teater makin bersinar.

Dari Utara kota Tinutuan, telah tumbuh tunas-tunas di atas pasir pantai Karangria. Para remaja yang rata-rata berusia 14-15 tahun tampil memukau dalam pementasan teater berjudul “Ketika Iblis Menikahi Perempuan” disadur oleh T. Arief dari karya Nicollo Machiaveli berhasil digarap dengan apik dan menghibur oleh Christian Lumengga yang menyutradarai dua pertunjukkan yakni teater dan monolog malam itu.

“Ketika Iblis menikahi perempuan” digarap oleh sutradara yang akrab disapa Tian berhasil membawa penonton pada ilusi tentang neraka dan dunia nyata. Penafsiran dan keberanian sutradara dalam melakukan kontekstualisasi dialog membuat drama ini jadi dekat dan akrab dengan kehidupan sehari-hari orang Manado.

Apalagi bagian-bagian tertentu digarap kental dengan bahasa Manado dengan dialek utara Karangria telah menghadirkan bunyi langgam bicara yang lucu namun kritis. Kelucuan yang spontan serta teknik improvisasi yang piawai diperankan dan dimainkan dengan baik oleh para pemain di atas panggung yang notabene berada di usia 11 -17 tahun.

Wilayah pemeranan meliputi olah vokal, sukma dan tubuh dituntaskan oleh para pemain yang terbilang masih hijau. Meski begitu, di atas panggung anak-anak ini bermain terlihat begitu santai dan menjiwai pemeranannya. Kekuatan ekspresi yang ditopang dengan make up telah muncul memberikan sebuah ilusi penokohan yang kuat disepanjang proses pementasan.

Kekuatan cerita yang satire dan kritis serta unik turut mengangkat kualitas pemeranan menjadi apik. Pemain-pemain ini adalah para remaja yang dengan polos disepanjang proses latihan berjuang mengejar profesionalisme untuk menjadi seorang aktor. Observasi pemeranan tak luput dari perhatian mereka, meski perintah tentunya dimulai dari sutradara sebagai inisiator, para pemain pendatang baru di panggung teater itu bekerja layaknya aktor aktris professional dengan melatih diri.

Drama ini mengisahkan tentang tokoh Belfagor dari neraka yang ditugaskan ke bumi selama 10 tahun untuk mengemban misi mengetahui rahasia beban dan cobaan dalam perkawinan. Belfagor yang diperankan oleh Defriatno Lowo berhasil menunjukkan ekspresi kegelisahan yang mendalam serta ketakutan terhadap isterinya. Ia begitu tunduk dan patuh pada isterinya Honesta yang diperankan oleh Yesika Makabimbang.

Keduanya memainkan pola akting realis Stanislavski yang kontekstual. Fokus karakter tokoh Honesta mengadopsi karakter ibu-ibu Manado yang terkenal lantang dan cerewet. Psikologi pemain khususnya Honesta dibangun atas dasar latar belakang tradisi perempuan dewasa Karangria yang berani. Akibat dari latar budaya di daerah Karangria dengan suara ombak yang kencang justru menghidupkan karakter Honesta dalam proses menemukan satire ala Machiaveli.

Gerak detail permainan akting Honesta memberikan sentuhan tante-tante asli Karangria. Suara yang nyaring dan penekanan intonasi serta perawakannya membuat karakter Honesta benar-benar bikin Belfagor menyerah pada sang isteri. Ia sebagai setan paling ganas pun takluk terhadap Honesta.

Tidak hanya Belfagor yang berhasil ditaklukan, Tokoh Minos dan Radhamantus pun menyerah di tengah jalan sebagai pembantu rumah tangga yang diutus dari neraka khusus menemani Belfagor dalam menuntaskan misi. Pertunjukkan yang berlangsung lebih dari 30 menit itu berlangsung sangat menghibur dengan munculnya kedua tokoh Minos dan Radhamantus dari awal hingga akhir. Keduanya bermain lincah dan memikat hati penonton dari gerakan-gerakan lucu yang mengundang kegelian serta kenalakalan imajinasi para lelaki.

Penguasaan peran sebagai seorang banci yang ditugaskan oleh sutradara berhasil diperankan dengan total oleh Andre Lumi. Di sisi lain, para pemain pendukung lainnya tampil sesuai porsinya masing-masing yang tak kalah menarik perhatian. Pendekatan kostum kedua karakter Minos dam Radhamntus membuka perspektif penonton tentang apa, siapa dan bagaimana penokohan yang dibangun sepanjang pementasan berlangsung.

Sementara itu, wilayah penataan artistik maupun musik diatur sebagaimana mestinya walau tanpa sesuatu yang spesial, kadarnya telah disesuaikan dengan kapasitas dan kualitas pemain di atas panggung. Penataan artistik dengan gaya simbolisme ekspresionisme mampu menjelaskan dengan jelas latar cerita perpindahan tempat tanpa membunuh kekuatan actor di atas panggung.

Sutradara Christian Lumengga menyadari ada beberapa kelemahan dan kekurangan dari pertunjukkan tersebut, namun ia menyadari ini adalah proses belajar baginya dan bagi mereka. Intinya sejak awal dan usainya pertunjukkan penonton pulang dengan perasaan bahagia dan terhibur.

Sebelumnya, panggung Gereja GMIM Petra Bitung Karangria sudah dibuat takjub oleh Riedel Moendoeng yang mementaskan Monolog “X” dengan baik. Remaja usia 14 tahun ini memberikan kejutan awal di malam itu. ia tampil sebagai orang tua yang mengkritisi pemerintahan dan kehidupannya di usia senja sebagai orang tua. Riedel mampu membuat penonton yang hadir takjub dengan kualitas aktingnya yang hebat.

Setelah kedua pertunjukkan selesai dan ketika lampu dinyalakan Sulut patut berbangga, khususnya lagi Manado karena di wilayah utara tunas-tunas tumbuh di atas pasir yang gersang dengan penuh semangat. Para pemain dengan bermacam-macam penokohan adalah remaja dengan postur badan yang terbilang kecil-kecil. Meski begitu,  mereka harus dipupuk dan disiram dengan kadar air yang pas.

Ungkap Asisten Sutradara Putri Karaeng bahwa Anak-anak ini menjalani latihan hampir tiga bulan lamanya dan mereka begitu bersemangat dalam kepolosannya untuk belajar tentang teater. Untuk itu teater di Sulut harus optimis karena dengan peristiwa produksi Teater Akar Pasir, kita akhirnya memiliki gambaran beberapa tahun ke depan, masa depan teater di daerah ini niscaya gemilang. Produksi teater Akar Pasir hanya satu dari sekian banyak talenta muda yang harus dijaga dan dikembangkan terus menerus lewat pembinaan yang positif dari pemerintah setempat.

*) Achi Breyvi Talanggai, Sarjana Sastra, penulis lakon dan puisi, aktor dan sutradara teater. Tinggal di Manado.
http://zonautara.com/blog/2017/06/28/sebuah-ulasan-pentas-teater-akar-pasir-ketika-iblis-menikahi-perempuan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar