Rabu, 13 Maret 2019

Pengantar Buku : Wanita Yang Kencing Di Semak


(Kumpulan Esay dan Puisi H.U. Mardiluhung, terbitan PUstaka puJAngga, Cetakan ke II, 2006)
Nurel Javissyarqi *

Ketika realitas masuk dalam angan ke depan (harapan), lalu terjadilah pergumulan, lantas kabut mitos menyempurnakan gagasan awal, saat bergerak maju terlahirlah puisi. Puisi, salah satu cabang ilmu pengetahuan, sebab ia memiliki logika, meski tersendiri. Ia lebih sempurna daripada ilmu lain, lantaran di kedalamannya bersimpan logika rasa, itulah sebagian jalan terciptanya puisi, meski juga bisa berbalik arah.

Penciptaan puisi dalam masa-masa lembut yang terlahir kadang seolah spontan, tetapi semua berangkat dari angan lalu, panalaran lampau yang kemarin belum menemui juntrung. Ketika pena terangkat, aliran asosiasi pencarian dulu mendapati muara kejelasan, walau awalnya kadang belum menjelaskan keseluruhan. Tapi sedikit-banyak telah mewakili kehadiran gelisah tempo lama. Waktu-waktu lembut termaksudkan ialah masa-masa pelan jalannya menjelajahi pepadang rumput tanpa merusaknya, umpama bayu pelahan mengelus kemungkinan menjadi dekat, dan kita merasai keakraban teramat sangat.

Ketika telah akrab realitas lain (yang tak dalam peredaran nalar umum), kita diajak ke dunia hening, wilayah tanpa batas, yang asalnya dari batas-batas kebebasan manusia. Atau, ternyata kebebasan berekspresi terbentur patokan-patokan nasib, dan penyair membuka kemungkinan bagi penyembuh, namun bukan obat meringankan sakit lantas kambuh oleh kaplet hayalan, tapi jamu terminum sungguh yang di ujungnya tertancap keyakinan. Inilah yang menentukan gerak logika hati menterjemah tanda menjelma pelajaran, demi langkah ke muka lebih gemilang.

Para seniman dianugerahkan jiwa-jiwa berlimpah, cara ekspresikan jiwanya bisa melewati apa saja; cat, kata, pahatan, tarian, &lsb. Para seniman-lah yang ulet lagi tekun mengembangkan jiwa merdeka demi menemukan hari ini untuk temuan di hari selanjutnya. Jiwanya senantiasa dahaga akan masa kelahirannya di setiap pagi pun senja. Para penyair memekarkan jiwa tersebut melewati guratan kata atas mata pena setajam malam, sebening ombak lautan. Hanya berjiwa seni-lah, pemampu mendengar sapaan angin bisikan gerimis, lelambaian perkenalanan dedaunan tepian jalan, juga bebatuan ia telah mengenalnya di atas kelembutan menterjemah bersalam akrab sesama ciptaan Yang Kuasa. Tranformasi dari getaran bahasa alam itulah yang diambil bagi jalan ia tempuh, agar tetap ingat waspada perubahan serta tingkah-pakolahnya.

Malam itu di dermaga kota Gersik, penyair Mardi Luhung, Raudal Tanjung Banua beserta Nur Wahida Idris. Saya di tempat itu juga, mata-mata memandangi kapal-kapal bertengger di pelabuhan lama, tak ada cerecah camar, waktu itu begitu larut memalam, perjalanan masa mengendap di cela-cela perbincangan, dari BBM sampai keringat pekerja kuli, dari puisi hingga posisi kaki, dari bau khas ikan pada amis darah. Seakan angan lama timbul, hantu muncul dari tengah-tengah laut kesadaran, atau bayangan cagak (tiang) lampu dermaga bersandar di dinding layar. Entah suasana tertangkap itu (kelak) puisi…, yang jelas kami teguk penuh akrab, semacam teknik kedekatan asap rokok mengepul, dan sebuah kepastian ternyata kenangan.

Malam berkah, bintang merangkai realitas harum dalam hidung mulut percakapan mengendap, kami saling belajar bagaimana kerja esok hari, ketika langit sudah bukan milik siapa-siapa, atau suatu kali akan menyusurinya kembali, jalan-jalan lalu nampak jauh dan menjelma sejengkal rindu dalam ciuman guyub berpadu, meski kabel-kabel bergelantungan itu diantarkan angin diam dalam kesendirian kamar masing-masing. Pastinya, kata demi kata, kalimah demi makna lain, sewaktu nilai lampau tak lagi mengganggu, kesadaran bertumpu keyakinan sendiri-sendiri, meski entah kapan balik bertemu, tetapi kangen tersimpan sudah, ketika binaran mata meretaskan airmata setia.

Karya-karya Mardi Luhung telah berdiri kokoh sendiri. Saya hanya sekilas menggambarkan kebertemuan itu, menyentuh sentak membangunkan lelapisan kabut tengah malam. Diriku teringat pohon-pohon Jati ditinggal pergi musim hujan, kerontangnya bersimpan ketegasan, ketegaran, seakan tak berharap lahirnya kata “menanti.” Dan pastilah musim berganti busana kesegaran, tak kecuali cita-cita yang selalu diemban para insan; ayunan langkah kaki terkantuk, rupa kapal dirayu ombak terlena tak bertujuan, tapi pagi senantiasa memberi kabar mengembangkan bunga Jati (“Opo,” sebutan kembang Jati, kalau ditulis ke dalam bahasa Nusantara, menjadi “apa”). Bunga yang mengembalikan pertanyaan tanpa nama atau tak ingin disebut, malu atas sanjungan (Kembang Jati Jengene: Opo).

Demikian mungkin yang ditawarkan penyair atas gambaran memakai kacamatanya, memandangi dengan sudut lain, ia tak perbincangkan normatif sebab telah ada, tak menyampaikan ateis, tersebab tuhan ateis. Seperti dua cermin berhadap di antara satu sosok, ketika mata melihat kebersamaan; kesadaran menjadi berbagi, padahal tidak sama sekali.

*) Pengelana.
Sabtu Pon, 1 April 2006, Lamongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar