LIPSTIK, DULU DAN KINI

Fahmi Faqih *

Mempercantik diri adalah kodrat perempuan. Karenanya, kosmetika menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka.

Di antara sekian banyak peralatan kecantikan tersebut, lipstik memiliki fungsi tersendiri sebagai penyempurna penampilan. Tanpa lipstik, sebaik apapun dandanan seorang perempuan, masih dianggap belum lengkap jika belum mengoleskan lipstik.

Sejarah lipstik dimulai oleh Ratu Sumeria, Scrub-ad pada masa Ur kuno sekitar 3.500 SM dengan menggunakan pewarna bibir yang terbuat dari timah putih dan batu bata merah yang dihancurkan. Kebiasaan sang ratu dengan cepat diikuti rakyatnya.

Lima abad kemudian, wanita Mesopotamia kuno membuat lipstik dari batu permata yang dihancurkan sampai halus. Budaya ini terus berkembang sampai ke kerajaan Mesir. Pada masa Mesir kunolah ide warna merah untuk bibir tercipta. Tak hanya digunakan oleh kaum bangsawan seperti Ratu Cleoptara, perempuan dari kalangan masyakarat biasa bahkan kaum laki-laki pun memakai lipstik. Dengan bahan pewarna dari oker merah yang diaplikasikan sendiri atau dicampur dengan resin atau getah agar bisa lebih tahan lama, trend lipstik merah di masyarakat Mesir kuno, bertahan hingga tahun 50 SM.

Ketika trend penggunaan lipstik di Mesir mulai menurun, di Yunani penggunaan lipstik justru mulai marak. Dan di Yunani pula budaya lipstik yang mulanya adalah budaya sosial, beralih secara khusus menjadi budaya feminimitas atau dengan kata lain, lipstik hanya digunakan kaum perempuan saja.

Lipstik juga pernah diidentikkan dengan pelacuran. Terlebih ketika bahan-bahan yang digunakan dianggap tak lazim seperti keringat domba, air liur manusia, dan kotoran buaya. Saat Yunani jatuh ke tangan Kekaisaran Romawi sekitar tahun 150-31 SM, lipstik kembali kepada fungsi awalnya sebagai budaya sosial yang bebas gender.

Saat ini, warna-warni lipstik juga makin beragam. Hal ini guna menunjukkan status sosial penggunanya.

Pada tahun 5-12 masehi, seorang ahli kedokteran dan kosmetik Arab Andalusia bernama Abu al-Qasim al-Zahrawi menciptakan lipstik padat. Lipstik tersebut berbasis tongkat parfung yang digulung dalam cetakan khusus dan berkembang sebagaimana lipstik yang kita kenal saat ini. []

*) Fahmi Faqih, penyair, tinggal di Bandung.