Rabu, 29 Januari 2020

NGAJI SASTRA TEATER

Spirit Teater, Sesungguhnya untuk mempertemukan manusia dengan Tuhan


Rodli TL

Bila menyimak sejarahnya, teater hadir dengan spirit transendensinya, sebagaimana orang-orang Yunani kuno mendekatkan diri pada dewa-dewanya dengan ritual teater, begitu pula orang-orang Mesir kuno yang peristiwa sembahyangnya diabadikan di artefak piramid tentang pengabdian teaternya pada tuhan-tuhannya. Begitu pula asal-muasal dan perkembangan teater di nusantara, di antaranya adalah teater tradisional yang merupakan seni pertunjukan teater yang ada dari dan untuk masyarakatnya.

Teater dalam sejarah kehidupan masyarakat dan budaya nusantara menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Kegiatan teater bisa disaksikan dalam upacara-upacara ritual keagamaan, yang kadang juga sebagai bentuk penanda siklus hidup yaitu kelahiran, pertumbuhan dan kematian juga sebagai hiburan. Setiap daerah mempunyai keunikan dan kekhasan dalam tata cara penyampaiannya.

Teater dipastikan memiliki fungsi yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan zamannya. Teater tradisional tidak terbatas pada media hiburan, ada tuntunan hidup di dalamnya. Bahkan teater tradisional bagi masyarakat tertentu merupakan media komunikasi dengan hal yang ghaib. Sebagaimana Soemardjo menyampaikan bahwa fungsi-fungsi penyelenggaraan kegiatan teater tradisional di tengah masyarakat pendukungnya. Di bawah ini disebutkan secara umum fungsi-fungsi teater tradisional Pemanggil kekuatan gaib, diantaranya adalah:

Menjemput roh-roh pelindung untuk hadir di tempat terselenggaranya pertunjukan.

Memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat.

Peringatan pada nenek moyang dengan mempertontonkan kegagahan maupun kepahlawanannya.

Pelengkap Upacara sehubungan dengan peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang seperti keberhasilan menempati suatu kedudukan, jabatan kemasyarakatan, jadi kepala suku atau adat.

Pelengkap upacara untuk saat-saat tertentu dalam siklus waktu. Upacara kelahiran, kedewasaan dan kematian.

Ciri-ciri teater tersebut merupakan penciptaan masyarakat pemiliknya bahwa teater yang hubungannya tidak bisa dipisahkan dengan budaya sosial, lingkungan dan kebutuhan utama kepada Tuhannya. Teater tradisional bukan semata sebagai hiburan yang profane. Namun memiliki nilai reliji yang ritualnya dilakukan secara rutin oleh masyarakat pemilik teater tradisional tersebut.

Bila merenungkan gambaran asal-usul teater tersebut, baik di Yunani, Mesir dan teater tradisional nusantara, kita mendapatkan spirit teater itu sesungguhnya, bahwa teater itu media untuk mempertemukan segala kehidupan sosial dengan lingkungan yang muara akhirnya disandarkan pada Tuhannya dalam pertemuan yang dinamai ritual teater. Lalu dimanakah posisi teater kita yang telah dinamai teater modern itu, masihkah teater kita mengusung spirit transendal tersebut? Mulailah kita akan menemukan banyak penyimpangan-penyimpangan dalam aktifitas teater kita. Sebab teater kita masih sebatas media ekspresi diri yang cenderung emosional, tanpa ada kesadaran sosial tanpa ada kesadaran transendal, bahkan ada kecenderungan teater-teater yang skeptis dengan Tuhannya, akhirnya orang-orang teater menjadi teralineasi dari kehidupan sesungguhnya, sebab hanya bereforia dengan panggung-panggung kecilnya yang lepas dengan kesadaran panggung sesungguhnya.

Anton Pavlovich Chekhov dalam naskah dramanya yang berjudul Nyanyian Angsa sesunggunya telah mengingatkan para aktor-aktor, bahkan seluruh orang-orang teater, kita semua. Tokoh dalam naskah tersebut bernama Vasili Svietlovidoff, di masa akhirnya merasa kesepian, ia kehilangan kejayaan menjadi seorang aktor dari sebuah gedung pertunjukan yang selalu dipenuhi riuh tepuk tangan penonton. Bahkan Chekhov mengkritik tepuk tangan, ucapan selamat bahkan permintaan para penonton berselfi usai pentas sang aktor adalah peristiwa semu. Sebab tidak satupun penonton yang mengaguminya di panggung itu juga kagum dalam realitas sesungguhnya. Kenyataannya seluruh perempuan yang pernah mengidolakan tidak satupun yang menerima menjadi istri, menantu atau kakak iparnya.

Jangan-jangan teater kita juga tidak pernah diterima Tuhan sebagai hambanya

Kritik Anton Chekhov tersebut mengingatkan kesadaran pada spirit teater yang sesunggunya. Bahwa teater itu punya tanggungjawab sosial dan transendental untuk menjaga keberlangsungan hidup. Teater itu mengabdi pada kehidupan, teater itu menyembah pada Tuhan. Sebagaimana pelajaran yang sangat berharga dalam proses penyutradaraan dalam penciptaan karya panggung. Entah apa yang terjadi pertunjukan teater itu tanpa sutradara, tentulah tidak mungkin ada lukisan tanpa pelukis, bagaimana kacaunya bila aktor-aktor tidak taat pada instruksi sutradara, aktor-aktor bermain tapi tidak mau membaca naskah, atau membacanya tapi tidak untuk diikuti, bahkan melawan apa yang menjadi kemauan sutradara. Tentu pentas tidak akan terjadi, bahkan akan terjadi kacau sekacau-kacaunya dalam proses sebelum pentas, dan tidak akan menjadi karya pertunjukan teater.

Sesungguhnya itulah dalam hidup teater. Kehidupan kita akan kacau balau bila sudah tidak mau lagi melibatkan Tuhan dalam kehidupan sesungguhnya, malas membaca naskah-naskah-Nya, kita bertindak diluar ketentua-Nya, bahkan abai pada instruksi-instruksi penyutradaraan-Nya. Hidup kita akan menjadi kehidupan yang amburadul seamburadul-amburadulnya.

Sejauh mana kita melibatkan Tuhan dalam teater kita, dalam hidup kita?
***

Kamis, 30 Januari 2020
Dipresentasikan di Kedai Kopi Sastra Asuhan Zuhdi SWT.
Jl. Raya Ketanen, Sono, Siwalan, Kec. Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur 61156.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar