Wawan Eko Yulianto *
berbagi-mimpi.info, 13 Apr 2010
Sebagian penulis harus mati dulu sebelum karyanya dibaca orang. Sebagian
lagi harus nulis beberapa buku dulu sebelum akhirnya karyanya menarik perhatian
orang. Percival Everett adalah salah satu di antara penulis dari golongan kedua
itu. Setelah sekitar lebih dari 18 tahun menekuni dunia gores pena),
menerbitkan beberapa judul buku, akhirnya bukunya yang berjudul Erasure
berhasil menjaring pembaca secara signifikan. Unik, buku yang secara struktur
sangat tidak wajar dan melayangkan kritik keras terhadap dunia penerbitan dan
elit sastra ini malah yang akhirnya menyukseskannya.
Erasure adalah novel yang bentuknya semacam entri jurnal, sebagaimana
diakui sang tokoh sejak awal. Thelonius Ellison adalah seorang profesor di
bidang creative writing dan sekaligus novelis idealis. Sebagai seorang kulit
hitam, Ellison memiliki minat yang bisa dibilang jauh dari lazimnya orang kulit
hitam. Novel-novel dan tulisan akademiknya menekuni teori-teori sosial,
filsafat, dan seni mutakhir dan cenderung menceburkan diri dalam diskusi
pemikiran global, di luar pengharapan orang dari seorang cendekiawan
afro-amerika, yaitu membahas hak sipil, ras, atau politik identitas secara
umum. Hal itu menjadikannya dicap “kurang hitam.”
Ellison sebal dengan yang seperti itu, karena kehidupannya sendiri memang
bukan termasuk “khas” afro-amerika. Kakeknya dokter, bapaknya dokter,
kakak-kakaknya juga dokter, hidupnya berkecukupan di Washington, bukan di
pedesaan Selatan Amerika, tempat lazimnya persoalan rasisme muncul. Karena itu,
menulis atau menekuni politik identitas atau konflik terkait ras bisa jadi
seperti berbohong. Selain itu, dia juga sebal dengan novelis-novelis
eksperimental yang tidak jelas juntrungannya dan menurutnya hanya penulis tanpa
bakat dan bisanya hanya saling bantu sesamanya dalam urusan penerbitan tulisan
atau buku sehingga, kalau mereka profesor, bisa segera diangkat menjadi dosen
tetap di kampus masing-masing.
Ellison semakin marah ketika melihat sebuah buku tentang kehidupan kulit
hitam, dengan bahasa Inggris Afro-Amerika (atau bahasa Ebonics) muncul dan
mengundang perhatian banyak orang dan membuat penulisnya kaya mendadak. Dia
menganggap buku itu sangat murahan dan terlalu blaxploitatif dan sama sekali
tidak nyeni. Di saat yang sama, keluarganya diterba musibah beruntun. Ibunya
mulai pikun dan tinggalan dari ayahnya mulai menipis dan mbaknya yang dokter
khusus perempuan miskin kota dan biasa menjaga ibunya tewas dibunuh kelompok
anti-aborsi dan masnya yang jadi dokter di kota lain juga cerai karena akhirnya
mengaku kepada istrinya bahwa dia gay dan pada akhirnya juga kehilangan hampir
semua pasiennya. Demi menjaga ibunya dia pun cuti dari mengajar untuk tinggal
bersama ibunya, dan itu artinya juga tertutupnya sumber penghidupannya,
sementara novel terakhirnya sudah 17 kali ditolak penerbit karena bukan jenis
novel yang dimaui pasar, nyeni tapi berat, dan pasarnya tidak jelas. Akhirnya,
dengan diserang kesebalan dari berbagai sisi ini, dia pun menulis novel
“murahan,” sebagai sindiran atas novel-novel blaxploitatif yang disukai banyak
orang. Novel pun selesai dalam waktu sekitar seminggu.
Karena tuntutan dari novelnya itu, dia pun memberi nama samaran buat
dirinya sendiri. Persoalan keluarganya tak juga selesai sementara novelnya pun
memiliki tuntutan tersendiri demikian pula perannya sebagai seorang yang masih
terbilang dihargai di kalangan elit sastrawan. Permasalahan yang berlapis-lapis
ini membawa cerita kepada jalinan kompleks kisah yang mau tak mau membahas berbagai
persoalan, antara lain identitas, kritik estetika yang menyentuh para jawara
sastra dunia sekelas Joyce maupun para jagoan sastra Afro-Amerika semacam
Richard Wright, James Baldwin, Ralph Ellison dsb, permasalahan dunia
penerbitan, dan (yang mungkin akan menggairahkan buat para penulis Indonesia
yang cenderung curiga pada penulis Jakarta) politik di balik penjurian
sayembara sastra.
Sesuai dengan semangat novel yang kompleks, “bentuk” novel ini juga tidak
lazim, setidaknya tidak lazim jika dijajarkan dengan novel-novel Afrika-Amerika
kontemporer. Sebagian besar isinya memang entri jurnal, dan sebagaimana
layaknya entri jurnal, isinya tidak linier berkisah seperti novel standar. Di
antara narasi atas kejadian yang tengah berlangsung saat ini, tiba-tiba muncul
entri tentang masa kecilnya, hobi waktu senggang (yakni memancing), dan juga
catatan tentang pertukangan (Ellison punya kegemaran senggang membuat-buat
perabot kayu). Ada juga makalah rumit (yang saya sendiri njungkel-njungkel
mencoba memahami maksudnya) tentang buku Barthes S/Z yang dia sajikan di sebuah
konferensi. Bahkan, mulai halaman 63 sampai 131 pembaca bisa menemukan novel
blaxploitatif bikinan Ellison. Ada juga dialog-dialog pendek tentang estetika
yang tokohnya berkisah dari filsuf Yunani sampai Hitler dan Derrida. Tak lupa,
di awal paruh kedua buku ini juga ada sebuah cerita pendek bikinan Ellison.
Sungguh tidak sepantasnya kalau saya mencoba menarik garis merah antara
pecahan-pecahan tulisan ini dalam postingan sependek ini.
Dengan kompleksitas tema dan kekayaan cara ungkap ini, Erasure benar-benar
menjadi undangan kepada para pembacanya untuk melakukan pembacaan dari berbagai
sudut. Tapi, kalau mengingat keberhasilan Percival Everett menjaring pembaca
bukunya hanya setelah penerbitan Erasure ini, seperti halnya Thelonius Ellison
baru mendapatkan pembacanya setelah menulis novel “murahan”-nya, bukankah ini
berarti bahwa khalayak pembaca masih memiliki pengharapan-pengharapan
tersendiri atas para penulis berdasarkan latar belakangnya? Atau apakah mungkin
ada pembacaan yang lain atas hal ini? Ataukah memang wajar dan lebih pas jika
penulis afro-amerika menulis “for the cause” of kaumnya alih-alih meleburkan
diri dalam diskusi wacana global? Wallahu a’lam bissawaab.
***
*) Wawan Eko Yulianto, lulusan sastra Inggris dari Universitas Negeri
Malang, telah menulis sejumlah cerita pendek, resensi, menerjemahkan tiga novel
James Joyce, dan sejumlah novel lain. Bekerja sebagai penulis lepas untuk
beberapa penerbit: GPU, Jalasutra, Ufuk Press dan Banana Publisher. Aktif di
Bengkel ImaJINASI dan OPUS 275. http://sastra-indonesia.com/2011/08/erasure-penulis-dan-pengharapan-pembacanya/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Jalal
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Abdoel Moeis
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Abubakar Batarfie
Abdullah Harahap
Acep Zamzam Noor
Achi Breyvi Talanggai
Achiar M Permana
Aditya Ardi N
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Gaus
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhmad Fatoni
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akrom Hazami
Al Azhar Riau
Alang Khoiruddin
Albert Camus
Albertus Prasetyo Heru Nugroho
Aldika Restu Pramuli
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alia Swastika
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aming Aminoedhin
An. Ismanto
Ana Mustamin
Andhika Dinata
Andong Buku #3
Andong Buku 3
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardi Wina Saputra
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asrul Sani
Astrikusuma
Ayung Notonegoro
Azizah Hefni
Badrul Munir Chair
Bahrum Rangkuti
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin
Benee Santoso
Beni Setia
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hatees
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Cak Sariban
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chusnul Cahyadi
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Damiri Mahmud
Danang Ari
Danarto
Daoed Joesoef
Darju Prasetya
Dedy Tri Riyadi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
di Bentara Budaya Yogyakarta
Dian Sukarno
Dick Hartoko
Didin Tulus
Din Saja
Diskusi
Djohar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dodit Setiawan Santoso
Donny Anggoro
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Tunas
Emha Ainun Nadjib
Erik Purnama Putra
Esai
Evan Ys
F. Aziz Manna
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Alayubi
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gusti Eka
H.A. Karomani
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Happy Widiamoko
Hardy Hermawan
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Haris Firdaus
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hazwan Iskandar Jaya
HB Jassin
Helvy Tiana Rosa
Hendri R.H
Herry Lamongan
Herta Muller
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Gusti Ngurah Parthama
I Nyoman Tingkat
I Putu Sudibawa
IBM Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Ika Feni Setiyaningrum
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Nawawi
Iman Budhi Santosa
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Ipik Tanoyo
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iva Titin Shovia
Iwan Simatupang
J Anto
Jefrianto
Jhumpa Lahiri
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Junaidi Khab
Jurnalisme Sastrawi
Kahfie Nazaruddin
Kalis Mardi Asih
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kiki Astrea
Koesalah Soebagyo Toer
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kuntowijoyo
Kurnia Effendi
Kurniasih
Kurniawan
Kuswaidi Syafi’ie
Kuswinarto
L.K. Ara
Laila Putri Rizalia
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Linus Suryadi
Literasi
LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu)
M Fadjroel Rachman
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
Mahbib
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mariana A Sardino
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Masuki M. Astro
Matdon
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Moh Khairul Anwar
Moh. Husen
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Ali
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Rasyid Ridho
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musfeptial Musa
Muslim Basyar
Mustafa ismail
Mustakim
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Neli Triana
Nelson Alwi
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Nobel Sastra
Noor H. Dee
Nur St. Iskandar
Nur Taufik
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Pagelaran Musim Tandur
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Penerbit Pelangi Sastra
Pentigraf
Pidato Kebudayaan
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Politik
Pramoedya Ananta Toer
Priska
Priyo
Prosa
Puisi
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qomarul Adib
R. M. Sutjipto Wiryosuparto
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahadian Bagus
Rahmadi Usman
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Ridwan
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Rodli TL
Ronny Agustinus
Rosidi
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini K.M.
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST)
Sanusi Pane
Sapardi Djoko Damono
Sastra dan Kuasa Simbolik
Satu Jam Sastra
Saut Situmorang
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Indonesia
Sergi Sutanto
Shella
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sides Sudyarto DS
Sigit Sugito
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siti
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Hadi Purnomo
Soe Hok Gie
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sri Harjanto Sahid
St. Takdir Alisjahbana
Subagio Sastrowardoyo
Sumargono SN
Suminto A. Sayuti
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaifuddin Gani
Syamsudin Walad
T Agus Khaidir
Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan
Tatan Daniel
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thomas Ekafitrianus
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Pustaka Pujangga
Toto Sudarto Bachtiar
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Umar Kayam
Umbu landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Universitas Jember (UNEJ)
Veven Sp Wardhana
Veven Sp. Wardhana
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Triono KS
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widodo DS
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wizna Hidayati Umam
Wuryanti Puspitasari
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yok's Slice Priyo
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yos Rizal S
Yudha Manggala P Putra
Yudhi Fachrudin
Yulhasni
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Zadie Smith
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar