Rabu, 28 April 2021

Tempat Terbaik Bagi Buku

Eka Kurniawan *
Jawa Pos, 12 Jan 2019
 
Di manakah tempat terbaik untuk menyimpan buku? Di rak buku? Rak buku tempat yang sangat terbatas, kecuali rumahmu bisa terus berkembang. Seiring bertambah jumlah bukumu, rak bukumu akan menjadi tempat yang sempit, dan buku-buku mulai menjajah meja kerjamu, sofa tempatmu bersantai, bahkan tempat tidurmu.
 
Bicara tentang rak buku, bahkan rak-rak di toko buku yang ada sekarang seringkali tak sanggup menampung kedatangan buku-buku baru dari penerbit. Toko buku bukannya semakin meluas untuk mengakomodasi pendatang-pendatang baru, yang ada semakin menyempit, berbagi dengan alat-alat tulis dan pertokoan.
 
Rak di toko buku bahkan mulai dilihat sebagai aset properti. Luasnya, atau daya tampungnya, harus dihitung dengan berapa banyak yang bisa dihasilkan dari sana per bulan atau per tahun. Maka buku-buku yang dianggap lambat menghasilkan, dengan cepat digusur oleh buku-buku yang dianggap lebih cepat laku. Rak di toko buku bukan gudang, apalagi lemari arsip.
 
Kondisi ini memang sangat menjengkelkan untuk banyak penerbit, terutama penerbit-penerbit kecil. Apalagi jika penerbit-penerbit itu menerbitkan buku yang serius, atau agak serius, yang tak terjual cepat dalam satu-dua bulan. Memangnya buku penting macam The Origin of Species karya Charles Darwin bisa mendadak bestseller? Demikian pula buku macam biografi pelukis Basoeki Abdullah?
 
Untunglah kesulitan kadang memberi peluang bagi jiwa-jiwa yang kreatif. Iklim yang tidak menguntungkan bagi perkembangan literasi ini didobrak oleh munculnya toko-toko buku alternatif. Pertama, tentu saja toko-toko daring di internet. Mereka tak dihadapkan oleh sewa tempat yang mencekik rekening usaha mereka yang tak seberapa. Ini membuat mereka bisa menampung segala jenis buku, dari yang super laris hingga buku yang pembacanya mungkin hanya puluhan orang.
 
Toko-toko buku daring ini bisa dimiliki nyaris siapa pun. Ada yang benar-benar serius berbisnis, bahkan dengan mendirikan perusahaan secara resmi. Mereka tak hanya membuka situs penjualan, tapi juga hadir dalam bentuk aplikasi. Ada pula ibu rumah tangga, atau mahasiswa, yang melakukannya secara sambilan. Berjualan melalui laman media sosial mereka seperti Facebook atau Instagram.
 
Kedua, saya rasa imbas dari menjamurnya toko buku daring, juga bermunculan toko-toko buku kecil secara fisik. Mereka mungkin tak ditemukan di mal-mal yang benderang, tapi di lingkungan kampus atau komunitas-komunitas. Sama seperti toko buku daring, toko-toko ini juga menjadi tempat lain, bahkan lebih baik, bagi banyak jenis buku menunggu pembelinya. Mereka menjadi berkah bagi banyak penerbit, dan akhirnya bagi literasi di negeri ini.
 
Akan tetapi keadaan yang penuh optimisme ini dirusak oleh beberapa peristiwa razia buku yang datang beruntun. Pertama terjadi di Kediri, disusul peristiwa serupa di Padang. Terakhir, juga terjadi di Tarakan.
 
Ketiganya dilakukan oleh prajurit TNI, juga dengan kesamaan alasan: menyita buku-buku yang diduga mengandung ajaran komunisme. Dengan menduga-duga, jelas mereka belum membaca buku-buku itu. Terbukti bahkan buku-buku Soekarno, salah satu proklamator kita, juga ikut disita. Mereka mengabaikan hukum yang melarang pengambilan paksa buku tanpa izin dari pengadilan.
 
Ada yang mencoba berspekulasi razia ini ada hubungannya dengan politik menjelang pemilu. Apakah itu benar atau tidak, yang jelas ini merupakan pukulan bagi dunia literasi. Peristiwa-peristiwa itu menciptakan rasa takut. Takut menerbitkan buku, takut menjual buku, dan akhirnya takut membaca buku. Bahkan saking ketakutannya, dan mungkin rasa frustasi, penjual buku di Padang memutuskan mengobral bukunya dalam rangka menutup toko.
 
Salah satu cita-cita fundamental kita sebagai bangsa, tercantum dalam UUD 1945, adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Bagaimana kita bisa mencerdaskan bangsa, jika kita didera rasa takut berhubungan dengan buku? Beberapa dekade lalu, di bawah Orde Baru, buku-buku tak hanya dilarang. Orang yang tertangkap menjualnya bahkan masuk penjara. Apakah kita akan kembali ke masa itu?
 
Bagi saya, jelas itu bukan pilihan. Ketakutan ini harus dilawan, dan cara melawannya adalah persis melakukan apa yang mereka tak ingin kita melakukannya. Razia buku, sebagaimana pelarangan dan sensor, merupakan puncak dari ekspresi “kalian jangan membaca buku”. Maka untuk melawannya, ya baca buku-buku itu. Undang-undang paling tinggi di negara ini menjamin hak kita untuk cerdas, antara lain melalui buku.
 
Tentu saja teror bagi pembaca buku mungkin tak akan berakhir begitu saja. Razia dari toko-toko buku itu mungkin hanya awal. Diskusi-disukusi buku beberapa kali digerebek. Hal lebih buruk mungkin akan terjadi: buku ditarik dari toko. Orang yang menjual buku tertentu ditangkap. Dari sejarah runtuhnya peradaban, kita bahkan tahu, perpustakaan pun bisa dibakar.
 
Akan tetapi, sekali kita membaca sebuah buku, buku memperoleh tempat terbaiknya. Buku bisa dirampas, bisa lapuk, bisa dibakar, bisa dipinjam, dan bisa hilang, tapi gagasan yang tertanam di kepala hanya bisa dihapus oleh gagasan yang lain. Bagi kekuasaan yang menghendaki bangsa yang bodoh, buku menjadi berbahaya karena ia mengandung gagasan. Mereka takut gagasan itu masuk ke kepala pembaca.
 
Lawanlah, dengan menyimpan buku-buku itu di kepalamu. Dengan membacanya.
***

*) Eka Kurniawan, lahir di Tasikmalaya, 1975, menyelesaikan pendidikan dari Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta tahun 1999. Pada tahun itu ia menerbitkan buku pertamanya yang berasal dari tugas akhir kuliah, Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis. Ia menulis cerita pendek, novel, maupun esai di berbagai media. https://sastra-indonesia.com/2020/03/tempat-terbaik-bagi-buku/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar