Minggu, 27 Juni 2021

Pendidikan Gender Berbasis Sastra

Teguh Trianton *
suarakarya-online.com
 
Tatkala karya sastra banyak mengangkat isu ketimpangan gender, sastra dianggap turut berperan mengkonstruk bias gender. Karya sastra boleh jadi selalu merepresentasikan kondisi sosial budaya masyarakat di mana sastrawan tinggal. Sehingga ketika seorang sastrawan hidup dalam tekanan, maka karya sastra yang ditulis akan menyuarakan penolakan atas tekanan tersebut.
 
Nah, hal yang sama terjadi pada wacana gender atau gerakan feminisme. Banyak sastrawan yang secara sadar sengaja menulis atau menyuarakan isu gender dalam karyanya. Sehingga sastra sesungguhnya turut andil dalam mengkonstruk gerakan penyetaraan gender. Dengan metode bercerita atau berkisah, sastrawan dengan leluasa dapat menampilkan wacan gender tanpa menggurui.
 
Beberapa diantaranya adalah Ahmad Tohari yang menulis Ronggeng Dukuh Paruk (RDP). Novel ini mengisahkan relasi perempuan-pria di pedalaman Banyumas. Energi ideologi gender yang diangkat dalam RDP berlatar kehidupan seorang penari ronggeng di masa isu pemberontakan komunis di Indonesia.
 
Ayu Utami, beberapa novelnya juga mengankat wacana gender seperti Saman, dan Larung. Abidah el Khailiqi, karya puisi, cerpen dan novelnya banyak meneriakan isu bias gender.
 
Dalam novel Perempuan Berkalung Sorgan (PBS) dan Geni Jora, Abidah mencoba mengakat budaya patriarkhi dalam lingkungan tradisional pondok pesantren.
 
Sesungguhnya masih banyak sastrawan yang menyuarakan isu kesetaraan gender melalui karya sastra, baik puisi, cerpen atau novel.
 
Namun demikian tidak serta merta karya mereka berterima di masyarakat. Masuknya persoalan domestic kaum perempuan dalam karya sastra dituding turut berperan dalam mendeskreditkan posisi perempuan.
 
Ini terjadi pada pembaca yang belum paham bagaimana karya sastra bekerja. Atau bagaimana sastrawan melakukan ketaklangsungan ekspresi, menciptakan metafora sehingga pesan penolakan yang disampaikan terasa indah.Fungsi sastrawan adalah membuat manusia melihat apa yang sehari-hari ada di dalam kehidupan, dan membayangkan apa yang secara konseptual dan nyata sebenarnya sudah diketahui.
 
Sastra sendiri memiliki dua cirri utama, yaitu indah (menyenangkan) dan berguna. Kedua ciri saling melengkapi sehingga keberadaan karya sastra patut diperhitungkan.
 
Sastra Feminim
 
Teori sastra feminis adalah teori yang menghubungkan gerakan perempuan dengan karya sastra. Teori sastra feminis banyak memberikan sumbangan perkembangan studi kultural. Sastra feminis berakar pada pemahaman mengenai inferioritas perempuan.
 
Teori sastra feminis berangkat dari teori feminisme. Feminisme ini menfokuskan diri pada pentingnya kesadaran mengenai persamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam semua bidang. Feminisme berusaha mendekonstruksi sistem yang dicurigai telah menimbulkan kelompok yang mendominasi dan didominasi, sistem hegemoni dan lahirnya kelompok subordinat.
 
Pendek kata feminisme menolak ketidakadilan masyarakat patriarki, menolak sejarah dan filsafat sebagai disiplin yang berpusat pada laki-laki. Dalam karya sastra, permasalahan mengenai gender merupakan bentukan dari kebudayaan khusus bentukan budaya patriarki yang mendudukkan posisi perempuan sebagai inferior sedangkan laki-laki sebagai superior.
 
Fenomena peneterasi gerakan feminisme dalam karya sastra sesungghnya telah terjadi sejak lama. Sejak karya sastra ditulis dan bercerita tentang wanita. Ini dapat dibuktikan dengan melihat karya-karya para pengarang wanita, dan pria dari segala angaktan.
 
Pada masa Balai Pustaka muncul tiga pengarang wanita, yaitu Paulus Supit, Selasih dan Hamidah. Tema novel berkisar pada persoalan cinta yang tidak berjalan mulus dan perkawinan yang gagal.
 
Pendidikan PUG
 
Pengarusutamaan gender (PUG) kini menjadi isu paling actual dibicarakan. Dalam banyak kontestasi isu gender tak pernah kering dari pembahasan. Penetrasi isu mulai masuk wilayah pendidikan. Gender ditawarkan menjadi bagian penting dari kurikulum pendidikan. Dari sini kemudian muncul wacana pendidikan gender, yaitu sebuah proses internalisasi isu kesetaraan gender melalui jalur pendidikan formal.
 
Gerakan PUG melalui jalur pendidikan formal mulai ramai diperdebatkan. PUG yang lazim disebut sebagai gerakan feminisme ini bertujuan mengikis habis bias ketimpangan gender antara kaum pria dengan wanita. Salah satu strateginya dengan diterbitkannya Inpres No. 9 / 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional. Titik baliknya adalah keseteraan peran dan tanggungjawab antara kaum perempuan (feminim) dengan kaum laki-laki dalam segala aspek kehidupan.
 
Awal terjadinya ketimpangan gender sesungguhnya bermula dari pendidikan. Dalam sejarah pergerakan feminisme di Indonesia, yang dipelopori RA Kartini, gerakan emansipasi wanita sesungguhnya dilatarbelakangi oleh perbedaan kesempatan memperoleh pendidikan kala itu.
 
Lihat diantaranya; Pramoedya Ananta Toer dalam “Panggil Aku Kartini Saja”, dan Siti Soemandari Soeroto,dalam “Kartini: Sebuah Biografi”. Kartini mendobrak keterbelakangan kaumnya dari dominasi pria terutama dalam bidang pendidikan.
 
Ini membuktikan bahwa sejak awal perbedaan tingkat pendidikanlah yang menjadi faktor utama yang menurunkan derajat wanita sedikit lebih rendah dari pria. Yang terjadi kemudian adalah dominasi pria atas wanita dalam berbagai bidang kehidupan. Inilah yang kemudian disebut sebagai budaya patriarkhi.
 
Budaya ini sesungguhnya merupakan bentukan atau kontruk sosial masyarakat yang telah terjadi bertahun-tahun dalam sebuah proses pembangunan peradaban. Dalam sejarah relasi perempuan-laki-laki, masyarakat terlanjur menganggap kaum pria memiliki kelebihan dibanding wanita. Akibatnya pada fungsi-fungsi tertentu -dalam praktek pembangunan- wanita dianggap tidak mampu mengemban tanggung jawab.
 
Rendahnya derajat kaum perempuan sesungguhnya terjadi akibat rendahnya tingkat dan kualitas pendidikan mereka. Pendidikan adalah kata kunci untuk membuka kebuntuan gerakan feminisme.
 
Sudah sejak lama, sastra menjadi bagian integral dari pendidikan formal. Artinya ketika sastra mengankat isu feminisme, dengan serta merta sastra menjadi media alternatif internalisasi (pendidikan) gender di kalangan remaja.
 
Di sini Saya melihat, sastra memiliki nilai strategis atau bahkan menjadi pelopor media kampanye PUG yang efektif.
***
 
*) Penikmat Sastra, Staf Edukatif SMK Widya Manggala Purbalingga. http://sastra-indonesia.com/2009/12/pendidikan-gender-berbasis-sastra/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar