Minggu, 27 Juni 2021

Revitalisasi Ajaran Sutasoma Pendidikan Demokrasi

Berharap Mengakui sebuah Perbedaan
 
I Putu Sudibawa *
balipost.co.id
 
PENDIDIKAN demokrasi yang ingin dideklarasikan, telah terjadi kegagalan yang mengerikan – disadari atau tidak – terutama ditunjukkan oleh superioritas kesombongan intelektual kita dewasa ini, sebagai sesuatu yang menggejala sangat umum. Tidak sedikit dari mereka telah tergerus jatuh menjadi hamba sahayu, yang oleh Ida Wayan Oka Granoka disebut dengan ”keangkeran” perangkat simbolis ”logika-artificial” (materi-formal). Dan kita tidak bisa menutup mata kondisi ini telah mewabah lalu menguakkan ”ketololan-ketokohan” sang ”maha widya” yang mengakibatkan keruntuhan moral pakar intelektual kita.
 
IMBAS dari apa yang terungkap di atas, semakin seringnya muncul perilaku-perilaku yang tidak mencerminkan nilai-nilai demokrasi yang sangat mengkwatirkan disintegrasi bangsa. Berbagai tragedi horizontal berbau SARA sangat akrab terngiang di telinga kita. Memang inilah resiko suatu bangsa yang tidak hanya menghadapi keragaman batas-batas primodial seperti SARA, tetapi juga menghadapi ke-bhineka-an yang bersifat humanities (kemanusian), sosiologis, dan ke-bhineka-an demografis.
 
Memang sungguh tragis dan ironis, di tengah gencarnya gemuruh ”retorika” reformasi dan semakin kuatnya momentum kesejagatan (globalisasi), kita malah terpelosok ke dalam sekat-sekat primodial yang menyesatkan. Di sinilah, menghadirkan nilai-nilai demokrasi dalam pendidikan sangat diharapkan. Menghadirkan nilai-nilai demokrasi dalam pendidikan, dapat dimulai dengan menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan peserta didik menjadi dirinya sendiri, tanpa harus dipaksa untuk dapat ”menerima” nilai-nilai yang bertentangan dengan diri peserta didik. Menghadirkan nilai demokrasi dalam pendidikan akan membuka kultur demokratis sebagai langkah awal tonggak untuk membentengi dan bahkan meruntuhkan tirani, sebagaimana yang terungkap oleh Thomas Jefferson ”… kecerdasan masyarakat diimbangi dengan pengambilan keputusan yang demokratis akan menghasilkan benteng untuk munculnya tirani”. Benang merah yang dapat dirunut dari ungkapan di atas, menghadirkan nilai demokrasi dalam pendidikan dapat mempersiapkan warga belajar guna dapat mengambil keputusan yang baik, tidak hanya untuk kepentingan individu melainkan keputusan terbaik secara keseluruhan. Pengambilan keputusan semacam inilah merupakan pupuk bagi perkembangan demokrasi.
 
PENGEJEWANTAHAN dimensi nilai-nilai demokrasi dalam pendidikan memang menjadi amat terjal, karena mengedepankan nilai-nilai demokrasi dalam pendidikan dianggap bukan poros segalanya. Aktivitas kontradiktif dari dogmatis ini, kita perlu mengkristalisasi dan menrefleksikan kembali konfigurasi payung negara bangsa Indonesia ”Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangruwa”. Konfigurasi ini diharapkan untuk tidak memarginalisasi hak suatu kelompok. Nilai-nilai demokrasi yang ingin dihadirkan dalam pendidikan diharapkan dapat berdengung kelu sebagai parlemen jalanan, menjadikan setiap proses pendidikan semakin adab, penuh dengan permenungan dan pengahayatan yang welas asih. Hal ini perlu kita sikapi secara arif, karena kita meyakini konfigurasi ”Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangruwa” yang diformulasikan oleh Mpu Tantular yang dalam karyanya berjudul ”kakawin Purusadasanta” (di masyarakat lebih popular dikenal sebagai kakawin Sutasoma) merupakan puncak permenungan hakikat keberagaman jagat-semestaraya.
 
Kita perlu menyadari, bahwa formulasi yang telah dirumuskan oleh Mpu Tantular tidak serta merta begitu saja terfomulasikan, melainkan melewati dinamika proses perenungan, permenungan, penghayatan dan kristalisasi pemikiran yang panjang untuk dapat mencapai formulasi yang gemilang. Tampak jelas Mpu Tantular telah menyemai dan menanam ”benih” idiologi atau faham kesatuan kesederajatan (pada dimensi sosiologis), keesaan (dimensi spritualitas) lewat tingkah laku hidup yang bertoleransi.
 
MELIRIK kembali esensi argumentasi yang telah dimunculkan oleh tokoh-tokoh bangsa untuk menjadikan konsep Mpu Tantular sebagai motto bangsa yang bhineka ini, menghadirkan nilai demokrasi dalam pendidikan diharapkan dapat mewujudkan era baru kesejagatan di bawah payung Yang Maha Esa : ”Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangruwa”. Sejauh mana kita bisa bersandar pada motto yang maha agung ini? Semoga dengan mengkristalisasi konsep ”Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangruwa” dapat memberikan sumbangan eksistensial dan monumental secara holistik yang sasaran utamanya mendesak untuk lahirnya kepercayaan diri yang telah hilang dan upaya pemekaran aspek kejiwaan ”jati diri’ yang murni. Mari kita mencoba untuk merenung dan berbuat yang terbaik untuk bangsa sesuai dengan karma kita masing-masing!
***

*) Guru Kimia SMAN 1 Sidemen, Karangasem. http://sastra-indonesia.com/2011/04/revitalisasi-ajaran-sutasoma-pendidikan-demokrasi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar