Sabtu, 05 Juni 2021

Kalangan Sastrawan Usulkan Nobel Sastra untuk Sutardji Calzoum Bachri (SCB)

 
Editor: Amel
scientia.id, 2 Juni 2021
 
Kalangan sastrawan luncurkan buku “Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri (SCB)”. Dalam buku tersebut, menyinggung hadiah Nobel Sastra untuk Sutardji.
 
“Usulan pemberian Nobel Sastra untuk SCB ternyata sudah sejak lama disuarakan berbagai kalangan sastrawan, baik Indonesia maupun mancanegara,” kata wartawan sastrawan, Taufik Ikram Jamil yang juga penulis buku Biografi SCB, Rabu (2/6).
 
Taufik menambahkan, dukungan untuk pemberian hadiah nobel sastra tersebut datang dari Ketua Gabungan Penulis Nasional (Gapena) Malaysia, Zainal Abidin Borhan, guru besar sastra Universitas Negeri Malang, Djoko Saryono dan Asosiasi Tradisi Lisan Al Azhar. Pakar lain dari Brunei, Singapura, Korea Selatan dan Indonesia juga menunjukkan keunggulan SCB dari penyair lain serumpun.
 
“Begitu juga dengan sarjana sastra dari Universitas Leiden Belanda, Will Derks, meletakkan perkembangan baru sastra di barat. Sudah lama terjadi di Indonesia, dengan SCB sebagai penyair yang berada di depannya. Tak heran bila SCB sendiri sejak lama mengatakan bahwa dia dan generasinya bukan ahli waris kebudayaan dunia, tapi justru mewariskan kepada dunia,” terang Taufik.
 
Kata Taufik, Nobel Sastra untuk SCB sudah sejak dulu dibicarakan. Bahkan, sastrawan Leon Agusta semasa hidup selalu mengumandangkan hal itu. Tentu banyak hal lain, termasuk cerita-cerita lucu dan sedih dalam hidup SCB yang juga alasan nobel untuk SCB.
***
 
SUTARDJI CALZOUM BACHRI
 
Sutardji Calzoum Bachri (SCB) lahir di Rengat, Riau, 24 Juni 1941 dari pasangan Mohammad Bachri dengan May Calzoum. Oleh karena ayahnya seorang polisi yang berpindah-pindah tempat tugas, tak pelak lagi menyebabkan SCB juga berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain juga di Riau. Selain di Rengat, masa kecilnya juga ditempuh di Bengkalis, Pasirpengarayan, Pekanbaru, dan Tanjungpinang—seperti menjelajahi kawasan jantung-jantung Melayu. Semasa kecil SCB akrab dengan berbagai cerita rakyat yang disampaikan ibunya menjelang tidur. Ia juga menyerap begitu banyak tradisi pantun, gurindam, dan mantra yang dalam masyarakat Melayu sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dalam kepungan tradisi dan kebudayaan itulah SCB secara otodidak mempelajari kesusastraan, khususnya menafsir kembali keindahan puitik karya-karya Hamzah Fansuri, Raja Ali Haji, Amir Hamzah, dan Chairil Anwar. Setelah lulus SMA ia melanjutkan studi ke Fakultas Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjajaran, Bandung. Mulai menulis dalam surat kabar dan mingguan di Bandung, kemudian sajak-sajaknya dimuat dalam majalah Horison dan ruang kebudayaan Sinar Harapan serta Berita Buana. Pada masa itu kesusastraan Indonesia dan kesenian pada umumnya sedang memasuki fase mempertanyakan kembali segala bentuk estetika yang berkembang. Sejumlah eksperimentasi dilakukan. Eksistensialisme dan absurdisme menjadi kecenderungan. Beberapa sastrawan mencoba melakukan penggalian estetika dari tradisi tasawuf yang dikembangkan para penyair sufi di satu pihak dan tradisi etnisitas di lain pihak. Semangat yang mengemuka pada saat itu adalah kembali ke akar, kembali ke tradisi. Di antara sastrawan yang mengusung semangat tersebut, SCB tampil secara fenomenal. Pada 1975 ia hijrah dari Bandung ke Jakarta. Lalu, ia menjadi salah seorang redaktur majalah sastra Horison. Di Jakarta, SCB seperti menemukan tempat yang tepat pada saat yang tepat. Lahirlah karya-karyanya yang secara sadar mencoba menghancurkan bentuk estetika sebelumnya. Puisi yang bermain dalam tataran kata dan makna kata, sintaksis dan semantik, dibongkar dengan mengusung kata yang merdeka. ”Kata-kata bukanlah mengantarkan pengertian … kata adalah pengertian itu sendiri. Ia bebas … Kata-kata harus bebas dari penjajahan pengertian, dari beban idea…”. Dalam tataran pemahaman terhadap kata-kata itulah, SCB melihat mantra di kawasan Melayu Riau sebagai suatu pijakan kreatif. Sebab dalam mantra Melayu, kata-kata selalu terlihat otonom, memiliki dirinya sendiri sehingga dapat memberi sesuatu kepada manusia yang dalam bahasa lain dapat juga disebut memiliki sugesti. SCB menyebutnya sebagai semangat kata-kata, sehingga kreativitas yang digelutinya berkisar pada bagaimana mengembalikan kata-kata pada hakikatnya yang sebenar. Tak pelak lagi, auman SCB itu memang merupakan suara besar bagi daya cipta sastrawan karena bukankah pada hakikatnya pula, keberadaan sastrawan tidak terlepas dari memosisikan kata-kata. Sementara di kalangan umum, kata-kata senantiasa difungsikan bagi kepentingan si pemakainya, kemudian terjebak dalam pengertian-pengertian tertentu dan dipatrikan dalam makna kamus. Setidak-tidaknya, SCB sangat merisaukan keberadaan kata-kata sebagai elemen terpenting dalam bahasa. Cuma di sisi lain, kata-kata sebagaimana halnya bahasa, pada hakikatnya adalah lisan, bukan tulisan. Bagi kepentingan itu pulalah, maka SCB dengan amat fenomenal pula tampil sebagai pembaca puisi terdepan di Tanah Air, seperti berjalan seiring dengan sajak-sajak yang ditulisnya. Berbagai alat dipergunakannya untuk melengkapi kehadiran lisan atau pelisanan sajak-sajaknya itu, seperti harmonika. Tidakkah dengan demikian, dapat membayangkan bagaimana tradisi lisan Melayu Riau dilantunkan seperti pengkoba di Sungai Rokan yang tidak akan tinggal dengan gebanonyo. Alkisah, musim panas 1974, Sutardji mengikuti International Poetry Reading di Rotterdam. Oktober 1974 sampai April 1975 mengikuti International Writing Program di Iowa City, USA. Bersama penyair K.H. Mustofa Bisri, Taufiq Ismail, SCB diundang ke Pertemuan International Para Penyair di Baghdad, Irak. Pernah pula diundang Datuk Anwar Ibrahim (ketika masih menjabat sebagai Menteri Keuangan Malaysia) membaca puisi di Departemen Keuangan Malaysia. Dia Ikut menghadiri berbagai pertemuan sastrawan ASEAN, pertemuan sastrawan nusantara di Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Pengelanaan SCB ke mancanegara itu tidak hanya mengangkat reputasi puisi SCB yang sarat dengan kultur kemelayuan, tetapi juga mengangkat reputasi kesusastraan Indonesia secara umum sebagai warga sastra dunia. Tahun 1997 misalnya, dengan sponsor Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, SCB dipercayai mewakili Indonesia untuk memenuhi undangan membaca puisi pada Festival Puisi Internasional Medellin, Colombia. Tahun 2004, membaca puisi pada Poetry Festival Durban, Afrika Selatan. Pada tahun yang sama juga membaca puisi di Tradewinds Literature International Festival, Capetown, Afrika Selatan. Ini disusul membaca puisi di Winternachten Poetry Festival di Den Haag, Belanda, 2005. Buku O, Amuk, Kapak (1981) merupakan kumpulan puisinya dari tiga buah buku, yaitu O (1973), Amuk (1977; mendapat hadiah puisi DKJ 1976-1977), dan Kapak (1979). Di samping itu, puisi-puisinya telah termuat dalam berbagai antologi, seperti Arjuna in Meditation (Calcutta, India, 1976), Writing from the World (USA), Westerly Review(Australia), Dichters in Rotterdam(Rotterdamse Kuststichting, 1975) dan Ik Wil Nog Dulzendjaar Leven, Negen Moderne Indonesische Dichter (1979). Juga dalam Ajip Rosidi (editor), Laut Biru, Langit Biru (1997), Parade Puisi Indonesia (1990), majalah Tenggara, Journal of Southeast Asian Literature 36-37 (1997), dan lain-lain. SCB juga menulis esai dan cerpen. Kumpulan cerpennya yang sudah diterbitkan adalah Hujan Menulis Ayam (2001) dan kumpulan esai bertajuk Isyarat (2007). Ia bahkan menulis novel anak-anak berjudul Lumba-lumba Ungu (1984), kisah heorik anak-anak melawan serangan aksi polisionil tentara Belanda. Sutardji mendapat berbagai penghargaan, antara lain Anugerah Seni Dewan Kesenian Jakarta (1977), South East Asia Write Award–SEA Write Award (1979) dari Kerajaan Thailand, Anugerah Seni Pemerintah Republik Indonesia (1993), Penghargaan Mastera-Majelis Sastra Asia Tenggara (1995), Penghargaan Sastra Chairil Anwar (1998), dan dianugerahi gelar ”Sastrawan Perdana” oleh Dewan Kesenian Riau (2001). Pada tahun 2008, tepatnya pada tahun 14 Agustus 2008, SCB menerima dua penghargaan yaitu penghargaan Bintang Budaya Parama dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Bakrie Award. Sampai sekarang, kepenyairan Sutardji tetap kokoh sebagai salah satu monumen perjalanan kesusastraan Indonesia. Reputasinya menjadi salah satu alasan yang mengantarkan Sutardji Calzoum Bachri mendapat predikat ”Presiden Penyair Indonesia”. Sebuah julukan yang menunjukkan reputasi dan kewibawaannya sebagai penyair, sebagai maestro.
 
Sumber: Buku Panduan Acara Penabalan Gelar Kehormatan Adat kepada Tuan H. Sutardji Calzoum Bachri, Lembaga Adat Melayu Riau, 29 Shafar 1440 H bersamaan 7 November 2018.
http://sastra-indonesia.com/2021/06/kalangan-sastrawan-usulkan-nobel-sastra-untuk-sutardji-calzoum-bachri-scb/
Link terkait: http://sastra-indonesia.com/2021/06/biografi-presiden-penyair-sutardji-calzoum-bachri/

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar