Rabu, 21 Juli 2021

Sisa-Sisa Suaranya itu?

Danarto
majalah.tempointeraktif.com
 
Hamid Jabbar,
penyair yang berdendang itu
telah kembali ke lautan kekal puisi.
 
Setiap bertemu Hamid Jabbar, berderai senyum teman-temannya. Bukan karena apa, melainkan tersebab bagaimana tubuh yang kecil itu begitu energetik. Seperti tak kenal lelah. Seperti seluruh elan vital teman-temannya terkumpul di dalam tubuhnya seorang. Tentu tak mudah diburu, dijebak, diringkus seluruh ide-ide itu, tapi seperti mudah saja baginya menulis puisi itu. Tentu Hamid punya kiat sendiri untuk selalu terpanggang api puisi. Ia menulis dan berdendang, terus, terus, dan terus. Isu-isu politik lalu tiba-tiba saja menjadi baris-baris kalimat di dalam ponselnya yang panjang, yang rasanya benda logam itu dibuat pabrik khusus bagi para penyair.
 
Tubuhnya yang semakin kurus tak mengurangi perangainya yang gembira, ia memeriahkan diskusi-diskusi sastra, politik, dan kebudayaan. Ia, yang lahir 27 Juli 1949 di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat, menghardik dan marah terhadap pemerintah dalam diskusi politik, meskipun tugas kehadirannya untuk membaca puisi.
 
Bersama Wisran Hadi, ia mendirikan Bumi Teater di Padang, dan beberapa kali mengadakan pertunjukan. Demonstran Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia di Sukabumi, 1966, ini juga menulis cerpen, esai, dan novel. Ia pernah menjadi mandor perkebunan, kepala gudang, wartawan, asisten manajer administrasi keuangan, dan sekretaris Dewan Kesenian Jakarta (1993-1996), dan jabatan terakhirnya redaktur majalah sastra Horison.
 
Pertunjukan puisinya sudah digelar puluhan kali. Ia pernah muncul bersama istri dan putrinya di TIM dengan memukul-mukul rebana. Pernah mengisi baca puisi bulan suci Ramadan bersama para penyair papan atas, baca puisi di “Kenduri Cinta Emha Ainun Nadjib” dengan Kiai Kanjeng-nya setiap bulan di TIM. Memimpin acara Istiqlal International Poetry Reading di Masjid Istiqlal, Jakarta. Dan pada 1995 muncul dalam baca puisi bersama para penyair terkemuka Belanda di Den Hague.
 
Sejumlah buku puisinya sudah terbit. Paco-Paco (1974), Dua Warna (1975), Wajah Kita (1981), dan Super Hilang (1998) merupakan buku puisi paling tebal, 397 halaman, berisi 143 puisi. Ketika berusia 25 tahun, ia menyimpulkan bahwa hidupnya tak lebih dan tak kurang adalah semacam kumpulan pecahan-pecahan dari berbagai ragam alam pengalaman. Di sinilah agaknya sikap berpuisinya tampak. Sajak-sajaknya campur-baur antara yang ingar-bingar realitas sosial dan yang kelam. Juga perpaduan keduanya. Satu di antaranya yang sudah menjadi cap baginya dan disenangi penonton adalah:
 
Proklamasi 2
 
Kami bangsa Indonesia
dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia
untuk kedua kalinya!
Hal-hal yang mengenai hak asasi manusia, utang-piutang,
dan lain-lain yang tak habis-habisnya, insya Allah, akan habis
diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo
yang sesingkat-singkatnya
Jakarta, 25 Maret 1992
Atas nama bangsa Indonesia
Boleh siapa saja
 
Beberapa hari menjelang kepulangannya ke kampung sejati, Hamid banyak mengirim SMS kepada saya. Ia mengupas segala kelemahan para calon presiden. Saya senang mendapat masukan darinya. Ia juga mengusulkan pasangan Emha Ainun Nadjib dan Marwah Daud Ibrahim sebagai calon presiden dan calon wakil presiden dan meminta saya mengajukannya kepada Gus Dur. Bagi Hamid, Emha adalah tokoh yang mampu menghidupkan masyarakat yang mati. Dewasa ini, banyak sekali masyarakat yang mati. Mestinya pemerintah meminta pertolongan Emha.
 
Sebenarnya Hamid itu humoris. Ia doyan lelucon apa saja, termasuk banyolan sedih. Ia doyan pula main bola sodok. Ia cukup piawai. Pernah di Palembang, seusai acara “Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya” yang diselenggarakan majalah Horison dan Ford Foundation, ia menantang saya bertanding biliar. Yang kalah membayar ongkos permainan. Setiap kali ia menang, ia menari-nari dan berdendang mengitari meja biliar. Lagunya sepotong bait yang dinyanyikan Siti Nurhaliza. Tentu saja para pemain di meja-meja lain pada menengok ke meja kami sambil tertawa. Waktu itu jurinya penyair Bandung, Soni Farid Maulana. Dalam sepuluh pertandingan, saya keok semuanya.
 
Dalam pergaulan, semua sayang Hamid. Ada cerita dari Bagdad, Irak, ketika acara baca puisi internasional. Menurut Taufiq Ismail dan Kiai Mustofa Bisri, di sana Hamid selalu dikerumuni orang yang menyambutnya dengan hangat, sekalipun pakai bahasa tarzan.
 
Dalam malam cemerlang (insya Allah ia mati syahid), dies natalis Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Jakarta, mengundang Hamid pada 29 Mei untuk memberikan pidato kebudayaan bersama Jamal D. Rahman dan Franz Magnis-Soeseno. Sedangkan Putu Wijaya membaca cerpen dan Franky Sahilatua menyanyi.
 
Memang, hampir setiap kali baca puisi, Hamid tampak berdendang, menggeleng-geleng, meliukkan batang tubuhnya, melambaikan lengannya, memukul-mukul mimbar, bertepuk. Semua penonton diajaknya bergembira. Sampai pada Sabtu malam itu, ketika ia terkulai di atas panggung sehabis membaca puisinya. Sejenak tepuk tangan penonton berderai. Ketika beberapa menit tergeletak tak kunjung bangkit, panitia menggotongnya ke klinik depan universitas. Namun, Hamid Jabbar telah mendahului teman-temannya, pulang kembali ke lautan kekal puisi.
 
Dua hari kemudian, Senin, 31 Mei, sekitar pukul 23:00, saya menelepon ponselnya, 081 2815 4634, dan dari seberang sana terdengar sisa-sisa suaranya: “Saya Hamid Jabbar. Saya tak bisa menjawab sekarang. Tinggalkan pesan?.”
 
***
http://sastra-indonesia.com/2010/09/sisa-sisa-suaranya-itu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar