Sabtu, 08 Desember 2018

Hilangnya Dongeng Ibu

Gita Ananda
harian.analisadaily.com

DONGENG bentuk sastra la­ma. Bercerita tentang suatu keja­dian yang luar biasa, penuh kha­yalan yang di­ang­gap oleh ma­syarakat suatu hal yang tidak be­­nar terjadi. Dongeng merupa­kan bentuk cerita tradisional atau cerita yang disampaikan secara turun-temurun dari nenek mo­yang.


Sebelum teknologi berkem­bang seperti sekarang, do­ngeng se­belum tidur telah la­ma menjadi bagian dari rutinitas ibu dan anak pada malam hari. Memba­ca­kan dongeng tidak harus selalu dila­kukan pada malam hari. Saat akan tidur siang pun, ibu dapat membacakan dongeng untuk anak. Demikian saat menemani anak di waktu luang, ibu bisa membacakan dongeng untuk me­nambah daya imajinasi anak.



Meskipun terdengar keting­ga­l­an zaman, membacakan do­ngeng kepada anak merupakan salah satu interaksi pen­ting an­tara anak dan orang tua, khu­sus­­nya ibu. Ibu adalah sekolah per­tama untuk anak yang dapat mem­bangun dan mempengaruhi perkembangan anak.



Dengan mendengarkan dongeng yang dibacakan akan membantu me­ning­katkan perkembangan otak anak. Meningkatkan ke­mam­puan bahasa, menumbuh­kan minat membaca, dan menam­bah daya imajinasi anak.



Ada beberapa dongeng yang po­pular di Indonesia. Seperti Bawangmerah dan Bawang Pu­tih yang menceritakan ten­tang se­pasang saudara yang memiliki sifat sangat bertolak belakang. Ada do­ngeng Malin Kundang yang menceri­takan tentang se­orang anak laki-laki dur­ha­ka kepada ibunya, lalu dikutuk menjadi batu. Masih banyak cerita dongeng lainnya.



Kehilangan



Seiring berkembangnya za­man, sangat sulit ditemukan ke­giatan seorang ibu yang mendo­ngeng untuk anaknya. Saat ini ibu lebih sering menghadapkan anak pada televisi yang menyaji­kan ber­bagai macam acara. Mu­lai dari kartun, berita, acara kuis, hingga sinetron yang kurang pantas untuk anak-anak.



Selain televisi, anak diberikan kebe­ba­s­an untuk menggunakan gawai, untuk bermain game, hingga menonton video di You­tube. Padahal dengan mendo­ngeng ibu dapat membangun dan me­ngem­bangkan kepribadian anak.



Secara naluriah, setiap anak senang mendengarkan cerita atau dongeng. Dengan mende­ngar­kan dongeng anak akan men­dapatkan kosa kata baru. Sela­in itu anak juga suka melihat eks­presi atau mimik muka ibu yang ekspre­sif ke­tika membaca­kan dongeng. Kare­na mimik se­suai dengan ka­rakter yang se­dang diceritakan.



Selain itu, ke­giatan membacakan dongeng ju­ga dapat mempererat ikatan ko­munikasi yang terjalin antara ibu dan anak. Tidak ada batas manusia yang te­pat mengenai kapan sebaiknya anak da­pat mulai diberi dongeng. Sebaiknya orang­tua memberi­kan dongeng anak se­di­ni mung­kin bahkan saat anak masih ber­ada dalam kandungan. Karena pada saat janin dalam kandungan diberi sti­mulus dengan diajak berbicara mela­lui cerita.



Untuk anak-anak usia prase­kolah, dongeng dapat membantu mengem­bangkan kosa kata. Ce­rita yang dipilih adalah cerita yang sederhana dan kerap dite­mui anak dalam kesehariannya. Seperti dongeng tentang bina­tang, Si Kancil dan Buaya, Tupai dan Kelinci Pemalas, dan sebagainya. Sedangkan untuk anak-anak usia sekolah dasar da­pat dipilihkan cerita yang me­ngandung teladan. Mengadnung nilai dan pesan moral serta pe­nyelesaian masalah.



Harapannya nilai dan pesan yang terdapat dalam dongeng, dapat diterap­kan anak dalam kehidupan sehari-hari. Seperti cerita Bawang Merah dan Ba­wang Putih, Malin Kundang, Sang­kuryang, dan cerita lainnya yang me­ngan­dung teladan serta pesan moral.



Keberhasilan suatu dongeng ti­­dak saja ditentukan oleh daya rangsang imajinatif sang anak, juga kemampuan pendongeng untuk menyajikannya secara menarik. Untuk itu ibu dapat menggunakan berbagai alat ban­tu. Seperti boneka atau berbagai buku cerita berjenis pop up se­bagai sumber yang dapat dibaca sebelum mendongeng.



Dengan alat bantu menarik dan gaya ber­variasi anak akan lebih tertarik dan senang saat mendengar do­ngeng yang diceritakan. Jika ibu hanya mencerita­kan dongeng sa­ja tanpa alat bantu dan gaya yang berbeda, cerita yang dido­ngeng­­kan tidak akan menarik. Anak akan cepat bosan.


Keistimewaan

Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat yang dapat di­gali dari pemberi­an cerita do­ngeng pada anak. Antara lain, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menon­ton dari televisi.


Anak dapat membentuk vi­sua­lisasi­nya sendiri dari cerita yang didengarkan. Dia dapat membayangkan seperti apa to­koh-tokoh maupun situasi yang mun­cul dari dongeng tersebut. Lama-kela­maan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.



Kedua, cerita atau dongeng me­­ru­pakan media efektif mena­namkan ber­bagai nilai dan etika kepada anak. Bah­kan untuk me­numbuhkan rasa empati. Mi­sal­­nya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetia kawanan, kerja ke­ras, mau­pun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari. Seperti pen­tingnya makan sayur dan meng­gosok gigi. Anak juga diha­rap­kan dapat lebih mudah me­nye­rap ber­bagai nilai tersebut ka­rena do­ngeng tidak bersikap memerintah atau meng­gurui. Sebaliknya para tokoh cerita da­lam dongeng tersebutlah yang diha­rap­kan menjadi contoh atau teladan bagi anak.



Ketiga, dongeng dapat menja­di lang­kah awal untuk menum­buhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berba­gai dongeng yang diceritakan orang tua, anak diharapkan mulai menum­buh­kan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku do­ngeng yang kerap didengarnya. Ke­mudian me­luas pada buku-bu­ku lain seperti buku pengeta­huan, sains, agama dan sebagai­nya.



Para ahli psikologi juga me­nyarankan agar orangtua, khu­susnya ibu membia­sa­kan men­do­ngeng untuk mengurangi pe­ngaruh buruk alat permainan mo­dern. Hal itu dipenting, meng­ingat interaksi langsung antara anak dengan ibu dengan mendo­ngeng sangat berpengaruh dalam memben­tuk karakter anak men­jelang dewasa.



Selain itu, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng me­ru­pakan cara yang tak kalah am­puh dan efektif untuk membe­rikan human touch (sentu­h­an manusiawi) dan sportivitas bagi anak. Melalui dongeng pula jelajah cakra­wala pemikiran anak akan menjadi lebih baik, lebih kritis, dan cerdas.



Anak juga bisa memahami hal yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru. Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifi­ka­sikan diri dengan lingku­ngan sekitar, juga memudahkan mereka menilai dan memposi­sikan diri di tengah-tengah orang lain.



Kesibukan ibu di era globa­lisasi ini membuat para ibu mulai menghilangkan kebiasaan mem­ba­cakan dongeng untuk anaknya. Banyak hal yang mempe­ngaru­­hi­nya, seperti wanita ka­­rir meng­ha­bis­kan waktunya un­tuk pekerjaan.



Ada juga yang beralasan tidak perca­ya diri saat membacakan dongeng. Lebih me­­milih membiarkan anak me­nonton video kartun atau hal yang disukai anak. Hal ter­sebut membuat interaksi antara ibu dan anak berkurang.


Membacakan do­ngeng tidak memer­lu­kan waktu yang lama, cu­kup 10-30 menit. Dalam rentang waktu itu, hubu­ng­an ibu dan anak akan semakin dekat. Karena itu, mulai sekarang mari kita luangkan waktu sejenak untuk mem­bacakan dongeng untuk anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar