Beni Setia
Koran Merapi, 16 Juni 2012
"...kekuatan sastrawan itu menangkap realitas sosial, intuitif mencatat, dan menghadirkan
catatan itu untuk direnungkan masyarakat. Laku aplikatif puisi dan kememihakannya
itu tanggung jawab semua orang--bukan sastrawan." (Beni Setia).
PADA awalnya gagasan sederhana, menulis puisi dengan spirit untuk menolak korupsi--mungkin juga semacam ketidaksepakatan akan korupsi yang telah merasuki segala sendi kehidupan. Ketika gagasan itu diunggah di FB, terbangunlah komunikasi dari banyak pihak yang mendadak sepakat: untuk mengumpulkan serta menerbitkan puisi-puisi itu dalam sebuah buku. Dan meski memakai kop penerbitan Forum Sastra Surakarta, seluruh biaya penerbitan ditanggung bersama. Sebuah kesepakatan spontan yang dihadirkan secara transparan untuk melawan virus korupsi yang seksi menggoda.
Maka terbitlah antoloji Puisi Menolak Korupsi, dari 85 penyair dengan tebal 476 halaman. Satu buku bersama yang dibiayai bersama, karenanya tiap penyair memiliki saham produksi yang kembali jadi produk buku yang dihitung berdasar besar saweran dibagi bea produk cetak. Jadilah buku yang paling murah sebab tak memperhitungkan honor penulis, kerja penyuntingan dan pra-cetak--membuat buku itu dieditori Penyair Indonesia, bukan Sosiawan Leak yang mempertimbangkan naskah serta membangun komunikasi FB. Tapi, masalahnya, setelah buku terbit dan relatif terdistribusikan, apa lagi yang harus dilakukan agar kegiatan ”melawan” korupsi itu bisa dilakukan?
Dari kebutuhan terakhir ini terlahirlah gagasan road show, pergi ke daerah untuk me-launching, membaca puisi oleh penyair komunitas Melawan Korupsi, dan diskusi tentang korupsi dengan nara sumber umum dan sastrawan. Kegiatan ini diserahkan ke panitia daerah, yang menyusun kegiatan, mencari tempat untuk kegiatan, serta relatif membiayai akomodasi kegiatan sebab para peserta datang dengan biaya sendiri. Dan terlaksanallah kegiatan dua hari di Blitar (18-19/5), di Tegal (1-2/6), dan mungkin di Banjarbaru (Kalimantan Selatan) sekitar 27-28/6--dengan perjalanan kapal laut karena ada dana ajaib yang mendadak hadir untuk sekitar 10 penyair.
***
DI Tegal ada tuntutan dari floor agar sastrawan yang menulis puisi itu tak hanya menulis tapi mengaplikasikan ”perlawanan” pada korupsi itu dengan turun ke jalanan dan berdemonstrasi. Itu kegiatan yang wajar sesuai iklim Reformasi saat ini, tapi juga amat menyeret aktivitas sastrawan ke lapangan yang tak sepenuhnya dikuasai. Sesuatu yang mungkin membuat sastrawan jadi makluk politik--seperti Wiji Thukul--, padahal kekuatan sastrawan itu menangkap realitas sosial, intuitif mencatat, dan menghadirkan catatan itu untuk direnungkan masyarakat. Laku aplikatif puisi dan kememihakannya itu tanggung jawab semua orang--bukan sastrawan.
Yang menarik, dalam proyek roadshow pertama kepala daerah ingin terlibat dan menocoba melobi panitia roadshow agar dilibatkan, padahal di menjelang akhir masa jabatannya itu ia terindikasi tindakan korupsi. Maka panitia daerahpun sekuat tenaga menata acara agar sang kepala daerah tak terlibat meski tetap dilibatkan--dengan amat mengabaikan kemungkinan bantuan dana yang tidak lumayan. Rongrongan yang bisa membuat kemurnian sastrawi menolak korupsi disusupi dan kehilangan ketulusannya. Untung langkah berhati-hati membuat konstelasi spontanitas perlawanan tetap terjaga. Mungkin perlawanan pada korupsi itu bermula dari penolakan pada fatamorgana dana berlimpah yang bisa dipertanggungjawabkan secara longgar.
Penegasan kasus ini terjadi ketika roadshow kedua, ketika satu terpidana korupsi meminta agar stigma koruptor jangan terlalu ketat dilekatkan, karena tindakan korupsi memiliki gradasi. Pada dirinya, ketika melaksanakan proyek berhadapan dengan fakta labirin manejemen dan pencairan dana yang melibatkan pihak ketiga, yang cenderung minta fee. Saat pengerjaan proyek usai dana siluman tak bisa dipertanggungjawabkan --mungkin disisipkan di pos lain hingga terlihat di-mark up--, maka iapun menghadapi konsekuensi hukum. Katakberdayaan pada labirin korupsi itu membuatnya terindikasi korupsi sehingga si koruptor sejati bisa ongkang-ongkang. Kenapa begitu?
Saya pikir karena korupsi selalu dikaitkan dengan jabatan, kekuasaan legal atas pengelolaan, dan bagaimana tanggungjawab profesi dimanipulasi untuk kepentingan pribadi dan golongan. Ada unsur sengaja memperkaya diri sendiri dan orang lain, tapi semua kesalahan ada pada diri si pejabat--bukan yang diuntungkan. Padahal korupsi itu seharusnya manipulasi nilai-nilai, sehingga sesuatu yang harusnya lurus dan sesuai dengan aturan, dilanggar, diabaikan, dan dipersetankan demi efek keuntungan pribadi. Ketidakpatuhan itu yang terjadi, dan demi ketidakpatuhan itu pihak ketiga membayar, membangun komplotan, dan seterusnya agar semua urusan beres.
***
INDONESIA sudah sampai tahap kritis ini--bukan korupsi yang membudaya itu tapi kesepakatan tidak tertulis buat pemersetankan aturan dan proses yang benar telah rasuk menyusupi seluruh aspek kehidupan. Sastrawan, lewat Puisi Menolak Korupsi, coba mengingatkan, meski mungkin harus diikuti yang lain sehingga terjadi gerakan bersama. Mungkin bermula dari mengantri secara tertib, menyeberang secara benar, sebelum akhirnya jadi gerakan sosial: menggantung semua koruptor serta konsekuen merampas hartanya. Kenapa? Karena ada itung-itungan korupsi yang kapitalistik, bila bisa dapat sekian M, dengan ongkos hukum serta penyitaan sekian M, akan memiliki sisa berapa M lagi saat bebas.
Dengan kata lain, korupsi itu tak semata masalah uang dan rasionalitas tindakan demi dapat saldo berapa, tapi pembengkokan nilai-nilai. Kita harus kembali istiqomah dan mengaja semua orang untuk istiqomah.
***
BENI SETIA, pengarang
E-Mail: benisetia54@yahoo.com
http://serampaikata.blogspot.com/2013/06/tiga-level-kegiatan-esai-beni-setia-di.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Jalal
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Abdoel Moeis
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Abubakar Batarfie
Abdullah Harahap
Acep Zamzam Noor
Achi Breyvi Talanggai
Achiar M Permana
Aditya Ardi N
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Gaus
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhmad Fatoni
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akrom Hazami
Al Azhar Riau
Alang Khoiruddin
Albert Camus
Albertus Prasetyo Heru Nugroho
Aldika Restu Pramuli
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alia Swastika
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aming Aminoedhin
An. Ismanto
Ana Mustamin
Andhika Dinata
Andong Buku #3
Andong Buku 3
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardi Wina Saputra
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asrul Sani
Astrikusuma
Ayung Notonegoro
Azizah Hefni
Badrul Munir Chair
Bahrum Rangkuti
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin
Benee Santoso
Beni Setia
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hatees
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Cak Sariban
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chusnul Cahyadi
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Damiri Mahmud
Danang Ari
Danarto
Daoed Joesoef
Darju Prasetya
Dedy Tri Riyadi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
di Bentara Budaya Yogyakarta
Dian Sukarno
Dick Hartoko
Didin Tulus
Din Saja
Diskusi
Djohar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dodit Setiawan Santoso
Donny Anggoro
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Tunas
Emha Ainun Nadjib
Erik Purnama Putra
Esai
Evan Ys
F. Aziz Manna
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Alayubi
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gusti Eka
H.A. Karomani
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Happy Widiamoko
Hardy Hermawan
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Haris Firdaus
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hazwan Iskandar Jaya
HB Jassin
Helvy Tiana Rosa
Hendri R.H
Herry Lamongan
Herta Muller
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Gusti Ngurah Parthama
I Nyoman Tingkat
I Putu Sudibawa
IBM Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Ika Feni Setiyaningrum
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Nawawi
Iman Budhi Santosa
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Ipik Tanoyo
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iva Titin Shovia
Iwan Simatupang
J Anto
Jefrianto
Jhumpa Lahiri
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Junaidi Khab
Jurnalisme Sastrawi
Kahfie Nazaruddin
Kalis Mardi Asih
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kiki Astrea
Koesalah Soebagyo Toer
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kuntowijoyo
Kurnia Effendi
Kurniasih
Kurniawan
Kuswaidi Syafi’ie
Kuswinarto
L.K. Ara
Laila Putri Rizalia
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Linus Suryadi
Literasi
LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu)
M Fadjroel Rachman
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
Mahbib
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mariana A Sardino
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Masuki M. Astro
Matdon
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Moh Khairul Anwar
Moh. Husen
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Ali
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Rasyid Ridho
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musfeptial Musa
Muslim Basyar
Mustafa ismail
Mustakim
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Neli Triana
Nelson Alwi
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Nobel Sastra
Noor H. Dee
Nur St. Iskandar
Nur Taufik
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Pagelaran Musim Tandur
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Penerbit Pelangi Sastra
Pentigraf
Pidato Kebudayaan
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Politik
Pramoedya Ananta Toer
Priska
Priyo
Prosa
Puisi
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qomarul Adib
R. M. Sutjipto Wiryosuparto
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahadian Bagus
Rahmadi Usman
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Ridwan
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Rodli TL
Ronny Agustinus
Rosidi
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini K.M.
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST)
Sanusi Pane
Sapardi Djoko Damono
Sastra dan Kuasa Simbolik
Satu Jam Sastra
Saut Situmorang
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Indonesia
Sergi Sutanto
Shella
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sides Sudyarto DS
Sigit Sugito
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siti
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Hadi Purnomo
Soe Hok Gie
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sri Harjanto Sahid
St. Takdir Alisjahbana
Subagio Sastrowardoyo
Sumargono SN
Suminto A. Sayuti
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaifuddin Gani
Syamsudin Walad
T Agus Khaidir
Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan
Tatan Daniel
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thomas Ekafitrianus
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Pustaka Pujangga
Toto Sudarto Bachtiar
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Umar Kayam
Umbu landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Universitas Jember (UNEJ)
Veven Sp Wardhana
Veven Sp. Wardhana
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Triono KS
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widodo DS
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wizna Hidayati Umam
Wuryanti Puspitasari
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yok's Slice Priyo
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yos Rizal S
Yudha Manggala P Putra
Yudhi Fachrudin
Yulhasni
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Zadie Smith
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar