Kamis, 06 Desember 2018

Tiga Level Kegiatan

Beni Setia
Koran Merapi, 16 Juni 2012

"...kekuatan sastrawan itu menangkap realitas sosial, intuitif mencatat, dan menghadirkan
catatan itu untuk direnungkan masyarakat. Laku aplikatif puisi dan kememihakannya
itu tanggung jawab semua orang--bukan sastrawan." (Beni Setia).

PADA awalnya gagasan sederhana, menulis puisi dengan spirit untuk menolak korupsi--mungkin juga semacam ketidaksepakatan akan korupsi yang telah merasuki segala sendi kehidupan. Ketika gagasan itu diunggah di FB, terbangunlah komunikasi dari banyak pihak yang mendadak sepakat: untuk mengumpulkan serta menerbitkan puisi-puisi itu dalam sebuah buku. Dan meski memakai kop penerbitan Forum Sastra Surakarta, seluruh biaya penerbitan ditanggung bersama. Sebuah kesepakatan spontan yang dihadirkan secara transparan untuk melawan virus korupsi yang seksi menggoda.

Maka terbitlah antoloji Puisi Menolak Korupsi, dari 85 penyair dengan tebal 476 halaman. Satu buku bersama yang dibiayai bersama, karenanya tiap penyair memiliki saham produksi yang kembali jadi produk buku yang dihitung berdasar besar saweran dibagi bea produk cetak. Jadilah buku yang paling murah sebab tak memperhitungkan honor penulis, kerja penyuntingan dan pra-cetak--membuat buku itu dieditori Penyair Indonesia, bukan Sosiawan Leak yang mempertimbangkan naskah serta membangun komunikasi FB. Tapi, masalahnya, setelah buku terbit dan relatif terdistribusikan, apa lagi yang harus dilakukan agar kegiatan ”melawan” korupsi itu bisa dilakukan?

Dari kebutuhan terakhir ini terlahirlah gagasan road show, pergi ke daerah untuk me-launching, membaca puisi oleh penyair komunitas Melawan Korupsi, dan diskusi tentang korupsi dengan nara sumber umum dan sastrawan. Kegiatan ini diserahkan ke panitia daerah, yang menyusun kegiatan, mencari tempat untuk kegiatan, serta relatif membiayai akomodasi kegiatan sebab para peserta datang dengan biaya sendiri. Dan terlaksanallah kegiatan dua hari di Blitar (18-19/5), di Tegal (1-2/6), dan mungkin di Banjarbaru (Kalimantan Selatan) sekitar 27-28/6--dengan perjalanan kapal laut karena ada dana ajaib yang mendadak hadir untuk sekitar 10 penyair.
***

DI Tegal ada tuntutan dari floor agar sastrawan yang menulis puisi itu tak hanya menulis tapi mengaplikasikan ”perlawanan” pada korupsi itu dengan turun ke jalanan dan berdemonstrasi. Itu kegiatan yang wajar sesuai iklim Reformasi saat ini, tapi juga amat menyeret aktivitas sastrawan ke lapangan yang tak sepenuhnya dikuasai. Sesuatu yang mungkin membuat sastrawan jadi makluk politik--seperti Wiji Thukul--, padahal kekuatan sastrawan itu menangkap realitas sosial, intuitif mencatat, dan menghadirkan catatan itu untuk direnungkan masyarakat. Laku aplikatif puisi dan kememihakannya itu tanggung jawab semua orang--bukan sastrawan.

Yang menarik, dalam proyek roadshow pertama kepala daerah ingin terlibat dan menocoba melobi panitia roadshow agar dilibatkan, padahal di menjelang akhir masa jabatannya itu ia terindikasi tindakan korupsi. Maka panitia daerahpun sekuat tenaga menata acara agar sang kepala daerah tak terlibat meski tetap dilibatkan--dengan amat mengabaikan kemungkinan bantuan dana yang tidak lumayan. Rongrongan yang bisa membuat kemurnian sastrawi menolak korupsi disusupi dan kehilangan ketulusannya. Untung langkah berhati-hati membuat konstelasi spontanitas perlawanan tetap terjaga. Mungkin perlawanan pada korupsi itu bermula dari penolakan pada fatamorgana dana berlimpah yang bisa dipertanggungjawabkan secara longgar.

Penegasan kasus ini terjadi ketika roadshow kedua, ketika satu terpidana korupsi meminta agar stigma koruptor jangan terlalu ketat dilekatkan, karena tindakan korupsi memiliki gradasi. Pada dirinya, ketika melaksanakan proyek berhadapan dengan fakta labirin manejemen dan pencairan dana yang melibatkan pihak ketiga, yang cenderung minta fee. Saat pengerjaan proyek usai dana siluman tak bisa dipertanggungjawabkan --mungkin disisipkan di pos lain hingga terlihat di-mark up--, maka iapun menghadapi konsekuensi hukum. Katakberdayaan pada labirin korupsi itu membuatnya terindikasi korupsi sehingga si koruptor sejati bisa ongkang-ongkang. Kenapa begitu?

Saya pikir karena korupsi selalu dikaitkan dengan jabatan, kekuasaan legal atas pengelolaan, dan bagaimana tanggungjawab profesi dimanipulasi untuk kepentingan pribadi dan golongan. Ada unsur sengaja memperkaya diri sendiri dan orang lain, tapi semua kesalahan ada pada diri si pejabat--bukan yang diuntungkan. Padahal korupsi itu seharusnya manipulasi nilai-nilai, sehingga sesuatu yang harusnya lurus dan sesuai dengan aturan, dilanggar, diabaikan, dan dipersetankan demi efek keuntungan pribadi. Ketidakpatuhan itu yang terjadi, dan demi ketidakpatuhan itu pihak ketiga membayar, membangun komplotan, dan seterusnya agar semua urusan beres.
***

INDONESIA sudah sampai tahap kritis ini--bukan korupsi yang membudaya itu tapi kesepakatan tidak tertulis buat pemersetankan aturan dan proses yang benar telah rasuk menyusupi seluruh aspek kehidupan. Sastrawan, lewat Puisi Menolak Korupsi, coba mengingatkan, meski mungkin harus diikuti yang lain sehingga terjadi gerakan bersama. Mungkin bermula dari mengantri secara tertib, menyeberang secara benar, sebelum akhirnya jadi gerakan sosial: menggantung semua koruptor serta konsekuen merampas hartanya. Kenapa? Karena ada itung-itungan korupsi yang kapitalistik, bila bisa dapat sekian M, dengan ongkos hukum serta penyitaan sekian M, akan memiliki sisa berapa M lagi saat bebas.

Dengan kata lain, korupsi itu tak semata masalah uang dan rasionalitas tindakan demi dapat saldo berapa, tapi pembengkokan nilai-nilai. Kita harus kembali istiqomah dan mengaja semua orang untuk istiqomah.
***

BENI SETIA, pengarang
E-Mail: benisetia54@yahoo.com
http://serampaikata.blogspot.com/2013/06/tiga-level-kegiatan-esai-beni-setia-di.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar