Qomarul
Adib, Mahbib
Dunia sastra memiliki arti sangat penting dalam kehidupan
sosial. Sastra dapat menjelma sebagai pembela rakyat dan menjadi pengingat para
pemegang kekuasaan.
Demikian
disampaikan Sekretaris Lembaga Seni Budaya Muslimin Nahdlatul Ulama (Lesbumi
NU) Kudus Abu Hasan Asy'ari dalam perbincangan dengan NU Online di sela-sela
Lomba Puisi Porseni (Pekan Olahraga dan Seni) Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan
Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) di Kampus STAIN Kudus, Jawa Tengah, awal pekan
lalu (24/7).
Abu
Hasan mengatakan, sastra dengan diiksinya di satu sisi seolah angin syahdu yang
perlahan bisa menentramkan segala kerisaun dan kegalauan yang berkembang di
masyarakat. Di sisi lain, ia mampu menjadi pelecut atas segala bentuk
ketidakadilan pemerintah.
"Kita
bisa melihat contoh puisi sastra karya WS Rendra maupun Wiji Tukul yang sarat
dengan nuansa kritik sosial. Hal ini supaya hakikat berkehidupan sosial di
masyarakat senantiasa berjalan dalam koridor ketentramannya," kata Abud,
sapaan akrabnya.
Ia menegaskan, sastra mampu memberi manfaat sebagai mediasi ketika permasalahan sosial banyak ditanggapi dengan kekerasan. "Sastralah mediasi yang tepat dalam menentramkan suasana melalui kata-kata indah penuh makna," tandas Abud.
Terkait
perkembangan sastra di kalangan pelajar dan santri, ia menilai bagus dan pesat.
Terlebih lagi pada komunitas santri banyak yang kemudian menciptakan kumpulan
puisi, cerpen, dan beberapa karangan indah yang menyiratkan kehidupan sekarang
berpadu dengan tuntunan dalam kitab kuning dan arahan kiai.
"Apalagi sekarang banyak pesantren membuka kelas sastra untuk mengasah santri supaya bisa menulis sastra. Alhamdulillah, ini sangat menggembirakan dalam dunia sastra pesantren," imbuh Abud .
Lesbumi NU Kudus yang baru dikukuhkan bulan Mei 2016 lalu akan mengakomodasi para pegiat sastra di kalangan Nahdliyin di samping budayawan maupun seniman lainnya. Lesbumi, kata Abud, mengajak dan memberi ruang mereka berapresiasi lewat bentuk pementasan dan juga penerbitan antologi puisi atau cerpen.
"Harapannya,
agar eksistensi para pegiat sastra tidak tergerus dan senantiasa tersalurkan.
Karenanya, para pegiat sastra, seniman atau budayawan pecinta sastra tetap
berkreasi tanpa batas. Berkarya, berkarya, dan berkarya," harapnya menutup
perbincangan.
http://www.nu.or.id/post/read/70047/sastra-dapat-menjelma-pembela-rakyat-dari-ketidakadilan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar