Anindita S Thayf
Minggu Pagi, Januari/2019
Perbincangan tentang sastra anak kembali terdengar akhir-akhir ini. Menyertainya, muncul keprihatinan perihal penulis sastra anak di Indonesia yang, konon katanya, sangat sedikit jumlahnya. Benarkah begitu?
Sastra anak merupakan karya sastra yang dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan orang tua, demikian tulis Riris K. Toha-Sarumpaet dalam esainya Sastra dan Anak: Penjajah dan Taklukkannya. Dalam perkembangannya, anak-anak juga mulai menulis sastra anak sebagai bahan bacaan untuk pembaca seusianya. Adapun secara umum, yang termasuk karya sastra adalah karya fiksi seperti prosa (novel, cerpen), puisi, naskah drama. Berdasarkan batasan di atas maka semua karya fiksi untuk anak bisa dianggap sebagai karya sastra anak.
Dalam konteks sastra anak, masih menurut Sarumpaet, yang terpenting bagi sebuah karya adalah ia mesti bisa memperlakukan anak dengan baik sesuai usianya. Bahasa yang sastrawi jelas bukan patokan. Sarumpaet malah lebih menuntut karya yang bisa dipahami anak.
Contoh sastra anak dalam bentuk cerpen bisa ditemukan di Majalah Bobo. Sebagai majalah anak berumur paling panjang yang masih ada hingga sekarang, Bobo telah menemani anak-anak Indonesia sejak 1973. Lewat majalah ini pula, lahir penulis-penulis sastra anak yang sebagian besar masih produktif berkarya hingga hari ini. Bisa dikatakan, Majalah Bobo ibarat Majalah Horison-nya sastra anak Indonesia. Selain di Bobo, cerita anak juga rutin muncul di koran-koran, baik lokal maupun nasional, yang terbit pada hari Minggu.
Serupa sastra untuk pembaca dewasa, dunia sastra anak juga lebih diramaikan penulis cerpen ketimbang penulis novel. Endang Firdaus, Bambang Irwanto, Rae Sita Patappa adalah beberapa di antara penulis sastra anak yang produktif menulis cerpen sejak lama. Cerpen yang mereka tulis tidak sebatas cerita realis, tapi juga dongeng dan cerita rakyat. Guna menyebut beberapa nama penulis sastra anak lainnya, dalam jajaran mereka yang menulis novel, ada Ary Nilandari, Iwoq Abqary, Wikan Satriati, dan Tria Ayu K.
Pasar yang Kejam
Memang tidak gampang menulis cerita anak, tapi lebih tidak gampang lagi memasarkannya. Ketika bekerja sebagai editor divisi anak pada salah satu penerbit, hal itu turut saya rasakan. Pasar buku anak berbeda dengan pasar buku secara umum. Dibutuhkan taktik khusus untuk menaklukkannya. Target pasar ini jelas anak-anak, tapi konsumennya adalah orang dewasa: orang tua si anak, pembeli yang sangat selektif.
Pada pertengahan tahun 2000-an, produk buku anak yang ditulis oleh anak-anak meramaikan pasar buku Indonesia. Produk baru ini disambut meriah oleh konsumen, terutama anak-anak. Pun, orang tua yang berpikir bahwa tiada yang lebih tepat menulis cerita anak selain anak-anak itu sendiri. Peta persaingan pun berubah.
Demi bisa bertahan, penulis dewasa yang menulis sastra anak dipaksa berakrobat. Menggenjot kemampuan, kreativitas dan imajinasinya agar sanggup menulis apa saja. Tidak hanya cerpen, tapi juga buku kreativitas seperti mewarnai. Tidak hanya novel, tapi juga buku cerita bergambar. Atas semua pencapaian itu, mereka tidak pernah menuntut gelar cerpenis, novelis apalagi sastrawan.
Sempitnya celah yang tersedia di pasar buku anak membuat banyak penulis sastra anak terdorong melebarkan sayap. Ada yang menulis cerpen remaja, cerpen populer, novel komedi, novelet bahkan buku non fiksi, seperti buku seputar pengasuhan anak. Jadilah mereka penulis yang nyaris serba bisa. Sayangnya, tidak semua penulis sastra anak sanggup menerbitkan buku solo. Karya sebagian dari mereka umumnya hadir di rak toko-toko buku dalam bentuk buku antologi cerita anak bersama penulis lain.
Terlepas dari kondisi pasar buku anak, kehadiran sastra anak sangat penting sebagaimana diungkapkan Plato dalam Republik. Sebagai salah satu sarana pendidikan dan pengasuhan, dengan caranya sendiri, bisa dibilang sastra anak turut berperan dalam proses tumbuh-kembang seorang anak. Lewat sastra, anak-anak dibimbing dan disiapkan dirinya untuk memasuki kehidupan bermasyarakat saat dewasa kelak. Menyadari hal ini, sejumlah sastrawan turut memberikan sumbangsih mereka dengan menulis sastra anak. Umpamanya, Sugiarti dan Leo Tolstoy. Sugiarti bahkan rutin mengisi cerita untuk kolom khusus anak-anak dalam media terbitan Lekra. Sastrawan menulis sastra anak adalah sesuatu yang lumrah, apalagi bila dilakukan sebagai persembahan untuk anaknya. Misalnya, Salman Rushdie yang menulis beberapa buku untuk puteranya.
Dalam Bayang-Bayang
Diberitakan bahwa daya saing buku anak Indonesia ternyata tidak kalah dengan buku sastra Indonesia dalam ajang London Book Fair (LBF) 2018. Rupanya, buku anak Indonesia sudah sanggup memikat hati dunia. Sayangnya, kabar baik tersebut tidak diiringi dengan perhatian yang sepantasnya dari berbagai kalangan. Dalam daftar 12 Penulis Indonesia yang akan dikirim ke LBF 2019, hanya ada satu nama yang dianggap mewakili penulis sastra anak Indonesia. Nama itu rutin tampil di media. Nama dari penulis yang sudah menjadi langganan pentas-pentas literasi.
Dalam dunia sastra Indonesia, pengistimewaan semacam ini sudah lumrah. Mengabaikan sekian banyak penulis yang ada, perhatian istimewa hanya akan diberikan kepada segelintir orang pilihan. Yaitu, satu-dua penulis senior, dua-tiga penulis laris atau penglaris, dan sisanya yang cukup banyak adalah penulis yang rajin mengabsenkan namanya di media atau rupa-rupa festival literasi. Dalam dunia sastra anak, hal serupa terjadi pula.
Para penulis gurem, entah yang ada di dunia sastra anak atau sastra Indonesia, memang selalu berada dalam bayang-bayang. Mereka ada, tapi sering disepelekan. Mereka banyak berkarya, tapi karya-karya itu lebih sering kalah daripada menang dalam persaingan di meja redaksi atau pasar. Sementara itu, nama mereka dianggap belum cukup besar untuk mampu 'membeli' segala kemudahan yang disediakan popularitas.
Maka jangan heran apabila ada yang mengira jumlah penulis sastra anak Indonesia sangat sedikit. Hal ini membuktikan besarnya pengaruh media dalam dunia sastra kita. Dan sebaliknya, betapa kurangnya pengetahuan awam tentang kondisi sastra (anak) kita yang sebenarnya. Semua itulah yang membuat perjuangan para penulis gurem di dunia sastra Indonesia secara keseluruhan menjadi kian berat. Kerja keras mereka menulis selama belasan atau puluhan tahun seolah sia-sia jika nama mereka tidak muncul di media. Mereka akan dianggap tidak ada. ***
*) Novelis dan esais
https://www.facebook.com/anindita.thayf/posts/10205701138245935
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Jalal
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Abdoel Moeis
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Abubakar Batarfie
Abdullah Harahap
Acep Zamzam Noor
Achi Breyvi Talanggai
Achiar M Permana
Aditya Ardi N
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Gaus
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhmad Fatoni
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akrom Hazami
Al Azhar Riau
Alang Khoiruddin
Albert Camus
Albertus Prasetyo Heru Nugroho
Aldika Restu Pramuli
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alia Swastika
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aming Aminoedhin
An. Ismanto
Ana Mustamin
Andhika Dinata
Andong Buku #3
Andong Buku 3
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardi Wina Saputra
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asrul Sani
Astrikusuma
Ayung Notonegoro
Azizah Hefni
Badrul Munir Chair
Bahrum Rangkuti
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin
Benee Santoso
Beni Setia
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hatees
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Cak Sariban
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chusnul Cahyadi
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Damiri Mahmud
Danang Ari
Danarto
Daoed Joesoef
Darju Prasetya
Dedy Tri Riyadi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
di Bentara Budaya Yogyakarta
Dian Sukarno
Dick Hartoko
Didin Tulus
Din Saja
Diskusi
Djohar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dodit Setiawan Santoso
Donny Anggoro
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Tunas
Emha Ainun Nadjib
Erik Purnama Putra
Esai
Evan Ys
F. Aziz Manna
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Alayubi
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gusti Eka
H.A. Karomani
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Happy Widiamoko
Hardy Hermawan
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Haris Firdaus
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hazwan Iskandar Jaya
HB Jassin
Helvy Tiana Rosa
Hendri R.H
Herry Lamongan
Herta Muller
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Gusti Ngurah Parthama
I Nyoman Tingkat
I Putu Sudibawa
IBM Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Ika Feni Setiyaningrum
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Nawawi
Iman Budhi Santosa
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Ipik Tanoyo
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iva Titin Shovia
Iwan Simatupang
J Anto
Jefrianto
Jhumpa Lahiri
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Junaidi Khab
Jurnalisme Sastrawi
Kahfie Nazaruddin
Kalis Mardi Asih
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kiki Astrea
Koesalah Soebagyo Toer
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kuntowijoyo
Kurnia Effendi
Kurniasih
Kurniawan
Kuswaidi Syafi’ie
Kuswinarto
L.K. Ara
Laila Putri Rizalia
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Linus Suryadi
Literasi
LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu)
M Fadjroel Rachman
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
Mahbib
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mariana A Sardino
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Masuki M. Astro
Matdon
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Moh Khairul Anwar
Moh. Husen
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Ali
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Rasyid Ridho
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musfeptial Musa
Muslim Basyar
Mustafa ismail
Mustakim
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Neli Triana
Nelson Alwi
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Nobel Sastra
Noor H. Dee
Nur St. Iskandar
Nur Taufik
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Pagelaran Musim Tandur
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Penerbit Pelangi Sastra
Pentigraf
Pidato Kebudayaan
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Politik
Pramoedya Ananta Toer
Priska
Priyo
Prosa
Puisi
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qomarul Adib
R. M. Sutjipto Wiryosuparto
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahadian Bagus
Rahmadi Usman
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Ridwan
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Rodli TL
Ronny Agustinus
Rosidi
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini K.M.
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST)
Sanusi Pane
Sapardi Djoko Damono
Sastra dan Kuasa Simbolik
Satu Jam Sastra
Saut Situmorang
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Indonesia
Sergi Sutanto
Shella
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sides Sudyarto DS
Sigit Sugito
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siti
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Hadi Purnomo
Soe Hok Gie
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sri Harjanto Sahid
St. Takdir Alisjahbana
Subagio Sastrowardoyo
Sumargono SN
Suminto A. Sayuti
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaifuddin Gani
Syamsudin Walad
T Agus Khaidir
Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan
Tatan Daniel
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thomas Ekafitrianus
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Pustaka Pujangga
Toto Sudarto Bachtiar
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Umar Kayam
Umbu landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Universitas Jember (UNEJ)
Veven Sp Wardhana
Veven Sp. Wardhana
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Triono KS
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widodo DS
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wizna Hidayati Umam
Wuryanti Puspitasari
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yok's Slice Priyo
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yos Rizal S
Yudha Manggala P Putra
Yudhi Fachrudin
Yulhasni
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Zadie Smith
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar