Editor : Slamet Hadi Purnomo
Antara JaTim, 28 Feb 2015
"Untuk menjadi pengarang, hal penting yang hampir tidak pernah ditegaskan para pendidik adalah komitmen untuk mencintai bahasa," demikian kata penulis novel, S. Jai selepas memberikan materi Rahasia Menulis Novel di Bait Kata Library, Larangan-Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (26/2).
Begitu banyak buku-buku panduan mengarang, pelatihan, workshop, juga tips-tips menulis karya fiksi cerita pendek atau novel, baik dalam bentuk buku maupun melalui website.
Akan tetapi, masih menurut S. Jai, hal lebih banyak memperlihatkan cara instan untuk bisa menulis, dan bukan suatu gairah agar mencintai bahasa.
"Yang paling punya peran besar untuk menumbuhkan kecintaan pada bahasa mestinya guru, para tutor, para pegiat literasi, atau pengelola perpustakaan," kata pemenang sayembara novel etnografis Dewan Kesenian Jawa Timur 2012 dengan judul novelnya Kumara, Hikayat Sang Kekasih itu.
Hal itu pula yang berkali-kali ditegaskan S. Jai pada kesempatan di depan peserta bincang-bincang novel yang banyak dihadiri siswa SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi, serta penulis dan pengelola perpustakaan tersebut.
Hal mendasar dalam mencintai bahasa, menurutnya, adalah minat membaca dan menulis, yang tentu lebih baik bila ditumbuhkan sejak dini dengan bacaan-bacaan bermutu dan latihan-latihan menulis yang teratur.
S. Jai mengisahkan, bagaimana proses kreatifnya sejak kelas 4 SD, setahun setelah lancar membaca, pertama kali membaca buku novel anak Peladang yang Loba, karangan Djauhari Balik.
Buku itu berkisah tentang seorang peladang miskin yang kemudian kaya raya karena balas budi seekor tikus yang diselamatkan dari cengkeraman elang. Peladang itu masih juga ingin mendapatkan kekayaan berlimpah dengan cara licik, menyuruh orang menyiksa puluhan tikus lalu peladang itu berpura-pura menolongnya agar kembali mendapat balas budi tikus-tikus celaka itu.
"Sehabis membaca, ketika itu juga timbul hasratku ingin menulis. Hampir bersamaan waktu, aku sudah hafal sajak A Hajmi, judulnya 'Menyesal'; Pagiku hilang sudah melayang, hari mudaku sudah pergi, sekarang petang datang membayang, batang usiaku sudah tinggi..." kenang pengarang yang kelahiran Kediri, 4 Pebruari 1973 ini sekaligus memperlihatkan kecintaannya pada bahasa.
Lantas, sewaktu SMP, lanjutnya, ayahnya yang tukang sapu di kediaman staf pabrik gula (PG) Ngadirejo sering bawa pulang barang-barang bekas milik juragannya.
Salah satu barang bekas yang dibawa pulang dan kemudian dibacanya adalah buku Pujangga Baru susunannya HB Yasin. Dibacanya puisi-puisi dan cerpen di buku itu.
"Dari puisi-puisi itu kemudian kuacak dan bahasanya kugunakan untuk menulis tulisan panjang, mungkin kumaksudkan sejenis novel waktu itu," akunya yang dari pengalaman itu bertahun-tahun kemudian ia bisa menulis sejumlah novel, di antaranya berjudul Tanah Api, Tanha, Khutbah di Bawah Lembah ini.
Tak Bisa Cara Instan
Kecintaan dan kesediaan untuk bergulat dengan bahasa itulah yang terus disampaikan S. Jai pada siapa saja yang datang padanya untuk berbincang-bincang perihal novel, utamanya yang hendak menulis novel.
Rasa cinta pada bahasa tidak boleh dianggap sepele oleh karena menurutnya hal itu bentuk dari tanggung jawab keilmuan, dan pilihan menjadi pengarang. Selain, novel bagi penulis adalah medium ekspresi, dan berbagi gagasan kepada pembacanya.
Mengapa harus mencintai bahasa? Karena dengan kecintaan pada bahasa, pergulatan dan kekayaan ekpresi melalui bahasa, pengarang akan lebih banyak memahami kenyataan untuk kemudian membicarakan kembali kenyataan itu.
Bahasa bukanlah hal yang sepele sebagaimana selama ini banyak dipahami orang seolah bahasa hanyalah yang ada di kamus. Bagi pengarang, lanjut dia, di balik bahasa adalah ada visi dan ekspresi yaitu bagaimana menampilkan segenap pengalaman fisik, batin, psikis, pengindraan dan lain-lain itu menjadi citra, yaitu realitas baru yang itu bukan hanya pengalaman-pengalaman masa lalu, tetapi sudah menyangkut gambaran-gambaran masa kini dan bahkan masa depan.
"Pengarang harus punya spirit yang demikian, dan itu tidak bisa ditempuh dengan cara instan melalui tip-tip menulis novel, 30 hari jadi novelis, atau kursus kilat jadi penulis terkenal," kata ayah dari tiga orang putra ini.
Menerbitkan buku itu sekarang tidak sulit, ujar S. Jai. Akan tetapi jika para pengarang ini spiritnya melalui cara-cara instan untuk menerbitkan buku ini tentu menyedihkan dan tidaklah memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi dunia sastra atau proses kreatifnya.
"Kalau menambah jumlah buku di rak toko dan perpustakaan memang iya. Jadi saya memahami dengan kesulitan pengelola perpustakaan seperti Bait Kata Library yang mengaku kesulitan memilih buku-buku bermutu untuk koleksi bacaan, utamanya konsumsi anak," kata penulis lulusan bidang studi Sastra Indonesia dari FISIP Unair 1998 ini.
Menggempur Mitos
Menurut penulis yang esai kritisnya mengenai Romantika, Tradisi Tutur dan Moral Intelektual (perihal film Romy dan Yuli dari Cikeusik) dinobatkan sebagai salah satu tulisan terpilih Yayasan Denny JA untuk Indonesia Tanpa Diskriminasi pada 2013, tidak ada resep khusus dalam menulis, kecuali banyak latihan dan banyak membaca, karena itu adalah cara sederhana untuk mencintai bahasa.
Di samping secara teknis banyak mengenali diri terutama terkait dengan kecenderungan, hambatan dan lain-lain. "Yang prinsip adalah tanggung jawab keilmuan, kesastraan dan mencintai dunia kepengarangan," kata penulis yang cerita pendeknya Rembulan Terperangkap Ranting Dahan, memenangkan seyembara Cerita Panji Dewan Kesenian Jawa Timur 2012 itu.
"Yang dibutuhkan penulis pemula itu kepercayaan diri sebagai manusia kreatif, semangat belajar dan berlatih. Jangan mudah cepat puas. Yang tak kalah penting ya, belajarlah dengan cara yang benar, bukan cara instan. Ini penting karena dalam dunia tulis menulis dibutuhkan semacam militansi. Semacam kegilaan juga," katanya.
Kepada mereka juga disampaikan, untuk tahu kesusastraan maka harus banyak membaca kritik sastra, sejarah sastra, karya sastra, teori sastra. Baik sastra Indonesia maupun sastra dunia.
Banyak sekali bacaan-bacaan yang baik semua bidang itu baik berbahasa Indonesia maupun asing. Internet juga menyediakan bahan yang berjuta-juta.
"Semua tersedia untuk kita pelajari. Dengan mencintai bahasa, nanti akan terbuka bahwa di balik bahasa ada keluasan cakrawala, kekuasaan, mitos, ideologi yang semuanya itu kehadirannya tidak lain adalah upaya untuk memahami kenyataan dan kemudian membicarakannya. Bahasa adalah medan itu semua," katanya.
Ia mengatakan kebudayaan selalu melahirkan anak-anak kandung yang kemudian dimitoskan. Pada akhirnya, bukan manusia yang paham dan bicara kenyataan, tapi justru manusialah yang ditentukan oleh kenyataan.
"Tugas pengarang adalah menjernihkan itu, membongkar mitos-mitos itu. Tugas pengarang sebagai makluk kreatif adalah menciptakan sesuatu yang baru, menggempur sekian jutaan, miliar bahasa yang sudah ada. Ini adalah takdir dari pengarang untuk gelisah merenungkan dan menemukan itu," ungkap pengarang yang tinggal di Lamongan itu.
Ia menegaskan bahwa sebagai pengarang dirinya mencintai bahasa melebihi segala hal, justru karena tidak mungkin kita bisa menangkap realitas sebenarnya melalui bahasa.
"Jika pengarang begitu yakin dengan gambaran realitas melalui karyanya, ia sebenarnya sedang memperkosa bahasa supaya menyampaikan cerita novelnya Ia bukan pecinta sejati bahasa," kata lelaki yang baru saja memublikasikan novel terbarunya Tirai ini. (*)
https://jatim.antaranews.com/berita/152556/s-jai-pengarang-itu-pecinta-sejati-bahasa
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Jalal
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Abdoel Moeis
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Abubakar Batarfie
Abdullah Harahap
Acep Zamzam Noor
Achi Breyvi Talanggai
Achiar M Permana
Aditya Ardi N
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Gaus
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhmad Fatoni
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akrom Hazami
Al Azhar Riau
Alang Khoiruddin
Albert Camus
Albertus Prasetyo Heru Nugroho
Aldika Restu Pramuli
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alia Swastika
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aming Aminoedhin
An. Ismanto
Ana Mustamin
Andhika Dinata
Andong Buku #3
Andong Buku 3
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardi Wina Saputra
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asrul Sani
Astrikusuma
Ayung Notonegoro
Azizah Hefni
Badrul Munir Chair
Bahrum Rangkuti
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin
Benee Santoso
Beni Setia
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hatees
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Cak Sariban
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chusnul Cahyadi
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Damiri Mahmud
Danang Ari
Danarto
Daoed Joesoef
Darju Prasetya
Dedy Tri Riyadi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
di Bentara Budaya Yogyakarta
Dian Sukarno
Dick Hartoko
Didin Tulus
Din Saja
Diskusi
Djohar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dodit Setiawan Santoso
Donny Anggoro
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Tunas
Emha Ainun Nadjib
Erik Purnama Putra
Esai
Evan Ys
F. Aziz Manna
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Alayubi
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gusti Eka
H.A. Karomani
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Happy Widiamoko
Hardy Hermawan
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Haris Firdaus
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hazwan Iskandar Jaya
HB Jassin
Helvy Tiana Rosa
Hendri R.H
Herry Lamongan
Herta Muller
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Gusti Ngurah Parthama
I Nyoman Tingkat
I Putu Sudibawa
IBM Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Ika Feni Setiyaningrum
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Nawawi
Iman Budhi Santosa
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Ipik Tanoyo
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iva Titin Shovia
Iwan Simatupang
J Anto
Jefrianto
Jhumpa Lahiri
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Junaidi Khab
Jurnalisme Sastrawi
Kahfie Nazaruddin
Kalis Mardi Asih
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kiki Astrea
Koesalah Soebagyo Toer
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kuntowijoyo
Kurnia Effendi
Kurniasih
Kurniawan
Kuswaidi Syafi’ie
Kuswinarto
L.K. Ara
Laila Putri Rizalia
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Linus Suryadi
Literasi
LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu)
M Fadjroel Rachman
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
Mahbib
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mariana A Sardino
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Masuki M. Astro
Matdon
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Moh Khairul Anwar
Moh. Husen
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Ali
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Rasyid Ridho
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musfeptial Musa
Muslim Basyar
Mustafa ismail
Mustakim
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Neli Triana
Nelson Alwi
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Nobel Sastra
Noor H. Dee
Nur St. Iskandar
Nur Taufik
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Pagelaran Musim Tandur
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Penerbit Pelangi Sastra
Pentigraf
Pidato Kebudayaan
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Politik
Pramoedya Ananta Toer
Priska
Priyo
Prosa
Puisi
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qomarul Adib
R. M. Sutjipto Wiryosuparto
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahadian Bagus
Rahmadi Usman
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Ridwan
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Rodli TL
Ronny Agustinus
Rosidi
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini K.M.
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST)
Sanusi Pane
Sapardi Djoko Damono
Sastra dan Kuasa Simbolik
Satu Jam Sastra
Saut Situmorang
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Indonesia
Sergi Sutanto
Shella
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sides Sudyarto DS
Sigit Sugito
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siti
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Hadi Purnomo
Soe Hok Gie
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sri Harjanto Sahid
St. Takdir Alisjahbana
Subagio Sastrowardoyo
Sumargono SN
Suminto A. Sayuti
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaifuddin Gani
Syamsudin Walad
T Agus Khaidir
Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan
Tatan Daniel
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thomas Ekafitrianus
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Pustaka Pujangga
Toto Sudarto Bachtiar
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Umar Kayam
Umbu landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Universitas Jember (UNEJ)
Veven Sp Wardhana
Veven Sp. Wardhana
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Triono KS
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widodo DS
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wizna Hidayati Umam
Wuryanti Puspitasari
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yok's Slice Priyo
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yos Rizal S
Yudha Manggala P Putra
Yudhi Fachrudin
Yulhasni
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Zadie Smith
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar