Rabu, 11 Desember 2019

S. Jai : Pengarang Itu Pecinta Sejati Bahasa

Editor : Slamet Hadi Purnomo
Antara JaTim, 28 Feb 2015

"Untuk menjadi pengarang, hal penting yang hampir tidak pernah ditegaskan para pendidik adalah komitmen untuk mencintai bahasa," demikian kata penulis novel, S. Jai selepas memberikan materi Rahasia Menulis Novel di Bait Kata Library, Larangan-Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (26/2).

Begitu banyak buku-buku panduan mengarang, pelatihan, workshop, juga tips-tips menulis karya fiksi cerita pendek atau novel, baik dalam bentuk buku maupun melalui website.

Akan tetapi, masih menurut S. Jai, hal lebih banyak memperlihatkan cara instan untuk bisa menulis, dan bukan suatu gairah agar mencintai bahasa.

"Yang paling punya peran besar untuk menumbuhkan kecintaan pada bahasa mestinya guru, para tutor, para pegiat literasi, atau pengelola perpustakaan," kata pemenang sayembara novel etnografis Dewan Kesenian Jawa Timur 2012 dengan judul novelnya Kumara, Hikayat Sang Kekasih itu.

Hal itu pula yang berkali-kali ditegaskan S. Jai pada kesempatan di depan peserta bincang-bincang novel yang banyak dihadiri siswa SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi, serta penulis dan pengelola perpustakaan tersebut.

Hal mendasar dalam mencintai bahasa, menurutnya, adalah minat membaca dan menulis, yang tentu lebih baik bila ditumbuhkan sejak dini dengan bacaan-bacaan bermutu dan latihan-latihan menulis yang teratur.

S. Jai mengisahkan, bagaimana proses kreatifnya sejak kelas 4 SD, setahun setelah lancar membaca, pertama kali membaca buku novel anak Peladang yang Loba, karangan Djauhari Balik.
Buku itu berkisah tentang seorang peladang miskin yang kemudian kaya raya karena balas budi seekor tikus yang diselamatkan dari cengkeraman elang. Peladang itu masih juga ingin mendapatkan kekayaan berlimpah dengan cara licik, menyuruh orang menyiksa puluhan tikus lalu peladang itu berpura-pura menolongnya agar kembali mendapat balas budi tikus-tikus celaka itu.

"Sehabis membaca, ketika itu juga timbul hasratku ingin menulis. Hampir bersamaan waktu, aku sudah hafal sajak A Hajmi, judulnya 'Menyesal'; Pagiku hilang sudah melayang, hari mudaku sudah pergi, sekarang petang datang membayang, batang usiaku sudah tinggi..." kenang pengarang yang kelahiran Kediri, 4 Pebruari 1973 ini sekaligus memperlihatkan kecintaannya pada bahasa.

Lantas, sewaktu SMP, lanjutnya, ayahnya yang tukang sapu di kediaman staf pabrik gula (PG) Ngadirejo sering bawa pulang barang-barang bekas milik juragannya.

Salah satu barang bekas yang dibawa pulang dan kemudian dibacanya adalah buku Pujangga Baru susunannya HB Yasin. Dibacanya puisi-puisi dan cerpen di buku itu.

"Dari puisi-puisi itu kemudian kuacak dan bahasanya kugunakan untuk menulis tulisan panjang, mungkin kumaksudkan sejenis novel waktu itu," akunya yang dari pengalaman itu bertahun-tahun kemudian ia bisa menulis sejumlah novel, di antaranya berjudul Tanah Api, Tanha, Khutbah di Bawah Lembah ini.

Tak Bisa Cara Instan

Kecintaan dan kesediaan untuk bergulat dengan bahasa itulah yang terus disampaikan S. Jai pada siapa saja yang datang padanya untuk berbincang-bincang perihal novel, utamanya yang hendak menulis novel.

Rasa cinta pada bahasa tidak boleh dianggap sepele oleh karena menurutnya hal itu bentuk dari tanggung jawab keilmuan, dan pilihan menjadi pengarang. Selain, novel bagi penulis adalah medium ekspresi, dan berbagi gagasan kepada pembacanya.

Mengapa harus mencintai bahasa? Karena dengan kecintaan pada bahasa, pergulatan dan kekayaan ekpresi melalui bahasa, pengarang akan lebih banyak memahami kenyataan untuk kemudian membicarakan kembali kenyataan itu.

Bahasa bukanlah hal yang sepele sebagaimana selama ini banyak dipahami orang seolah bahasa hanyalah yang ada di kamus. Bagi pengarang, lanjut dia, di balik bahasa adalah ada visi dan ekspresi yaitu bagaimana menampilkan segenap pengalaman fisik, batin, psikis, pengindraan dan lain-lain itu menjadi citra, yaitu realitas baru yang itu bukan hanya pengalaman-pengalaman masa lalu, tetapi sudah menyangkut gambaran-gambaran masa kini dan bahkan masa depan.

"Pengarang harus punya spirit yang demikian, dan itu tidak bisa ditempuh dengan cara instan melalui tip-tip menulis novel, 30 hari jadi novelis, atau kursus kilat jadi penulis terkenal," kata ayah dari tiga orang putra ini.

Menerbitkan buku itu sekarang tidak sulit, ujar S. Jai. Akan tetapi jika para pengarang ini spiritnya melalui cara-cara instan untuk menerbitkan buku ini tentu menyedihkan dan tidaklah memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi dunia sastra atau proses kreatifnya.

"Kalau menambah jumlah buku di rak toko dan perpustakaan memang iya. Jadi saya memahami dengan kesulitan pengelola perpustakaan seperti Bait Kata Library yang mengaku kesulitan memilih buku-buku bermutu untuk koleksi bacaan, utamanya konsumsi anak," kata penulis lulusan bidang studi Sastra Indonesia dari FISIP Unair 1998 ini.

Menggempur Mitos

Menurut penulis yang esai kritisnya mengenai Romantika, Tradisi Tutur dan Moral Intelektual (perihal film Romy dan Yuli dari Cikeusik) dinobatkan sebagai salah satu tulisan terpilih Yayasan Denny JA untuk Indonesia Tanpa Diskriminasi pada 2013, tidak ada resep khusus dalam menulis, kecuali banyak latihan dan banyak membaca, karena itu adalah cara sederhana untuk mencintai bahasa.

Di samping secara teknis banyak mengenali diri terutama terkait dengan kecenderungan, hambatan dan lain-lain. "Yang prinsip adalah tanggung jawab keilmuan, kesastraan dan mencintai dunia kepengarangan," kata penulis yang cerita pendeknya Rembulan Terperangkap Ranting Dahan, memenangkan seyembara Cerita Panji Dewan Kesenian Jawa Timur 2012 itu.

"Yang dibutuhkan penulis pemula itu kepercayaan diri sebagai manusia kreatif, semangat belajar dan berlatih. Jangan mudah cepat puas. Yang tak kalah penting ya, belajarlah dengan cara yang benar, bukan cara instan. Ini penting karena dalam dunia tulis menulis dibutuhkan semacam militansi. Semacam kegilaan juga," katanya.

Kepada mereka juga disampaikan, untuk tahu kesusastraan maka harus banyak membaca kritik sastra, sejarah sastra, karya sastra, teori sastra. Baik sastra Indonesia maupun sastra dunia.

Banyak sekali bacaan-bacaan yang baik semua bidang itu baik berbahasa Indonesia maupun asing. Internet juga menyediakan bahan yang berjuta-juta.

"Semua tersedia untuk kita pelajari. Dengan mencintai bahasa, nanti akan terbuka bahwa di balik bahasa ada keluasan cakrawala, kekuasaan, mitos, ideologi yang semuanya itu kehadirannya tidak lain adalah upaya untuk memahami kenyataan dan kemudian membicarakannya. Bahasa adalah medan itu semua," katanya.

Ia mengatakan kebudayaan selalu melahirkan anak-anak kandung yang kemudian dimitoskan. Pada akhirnya, bukan manusia yang paham dan bicara kenyataan, tapi justru manusialah yang ditentukan oleh kenyataan.

"Tugas pengarang adalah menjernihkan itu, membongkar mitos-mitos itu. Tugas pengarang sebagai makluk kreatif adalah menciptakan sesuatu yang baru, menggempur sekian jutaan, miliar bahasa yang sudah ada. Ini adalah takdir dari pengarang untuk gelisah merenungkan dan menemukan itu," ungkap pengarang yang tinggal di Lamongan itu.

Ia menegaskan bahwa sebagai pengarang dirinya mencintai bahasa melebihi segala hal, justru karena tidak mungkin kita bisa menangkap realitas sebenarnya melalui bahasa.

"Jika pengarang begitu yakin dengan gambaran realitas melalui karyanya, ia sebenarnya sedang memperkosa bahasa supaya menyampaikan cerita novelnya Ia bukan pecinta sejati bahasa," kata lelaki yang baru saja memublikasikan novel terbarunya Tirai ini. (*)

https://jatim.antaranews.com/berita/152556/s-jai-pengarang-itu-pecinta-sejati-bahasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar