Rakai Lukman
Indonesia adalah Negara
kepulauan yang terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Hampir
seluruh perairannya bagian Samudera Pasifik, kecuali lautan Sawuh dan laut
Timor, merupakan perbatasan Samudera Hindia. Wilayah perairan di sebelah Barat
Sumatera dan Nusa Tenggara, termasuk Samudera Hindia. Lautan di Indonesia memiliki
topografi yang kompleks, di kawasan barat perairannya, dasar lautannya
menunjukan bentuk sederhana, atau hampir seragam, tapi di sebelah timurnya keadaan
dasar laut berbentuk majemuk, tak teratur dan rumit. Namun hampir seluruh
perairan Indonesia, bentuk dasar lautnya banyak dijumpai, semisal paparan,
lereng, cekung yang dalam berupa basin dan palung, punggung-punggung atau
tanggul-tanggul laut, terumbu karang, atol, beting, gosong dsb.
Kedalaman perairan di
Indonesia berkisar antara beberapa puluh kilometer di daerah paparan sampai
ribuan meter daerah basin dan palung. Dasar laut terdalam di perairan Laut Banda
yang dinamai Weber Deep, kedalamannya 7.440 m. Perairan di Indonesia dapat
dibagi di antaranya Laut Cina Selatan, yang merupakan sebagian dari paparan
Sunda. Dasar perairannya dangkal hampir rata. Secara tidak langsung, dasar perairan
ini dihubungkan dengan Samudera Pasifik. Paparan Sunda menghubungkan pulau
Sumatera, Kalimantan, dan Jawa dengan daratan Asia. Paparan Sunda ini bagian
dari kita yang mencakup Selat Malaka dan Laut Jawa. (Jelajah Ilmu Pengetahuan:
Samudera 1: Delik Iskandar Dkk.) Laut Jawa ini dihuni masyarakat pesisir yang
profesi hidupnya nelayan.
***
Manusia mempergunakan
sumber daya alam untuk kebutuhan hidupnya, termasuk masyarakat pesisir menangkap
ikan sebagai mata pencaharian. Para nelayan mencari ikan di laut biasanya
berlayar di dekat pantai, terutama daerah-daerah teluk. Termasuk wilayah
pesisir utara Gresik, dan Lamongan. Ini melahirkan Kebudayaan Nelayan, yang
hidup dalam Fishing Communities. Secara khusus, desa-desa nelayan tinggal di
daerah muara sungai atau sekitar teluk. Lokasi di sekitar muara ini memudahkan
nelayan melabuhkan perahunya. Suatu teluk seringkali banyak ikannya, karena kawanan
ikan yang menyusuri pantai pada musim tertentu biasanya memasuki teluk untuk
bertelur.
Suatu kebudayaan nelayan
tentunya memiliki dan mengetahui teknologi pembuatan perahu, navigasi laut,
organisasi sosial yang menampung suatu pembagian kerja antar nelayan-pelaut,
pemilik perahu dan tukang pembuat perahu. Sedang sistem religi biasanya
mengandung unsur-unsur keyakinan, upacara-upacara, serta laku ilmu gaib yang
erat hubungannya dengan presepsi mereka mengenai kelautan. Di antara tradisi sekitar
laut Jawa, misalkan sedekah laut, petik laut, larung sesaji, dan peristiwa
kebudayaan yang menggunakan teknologi tradisional ialah Branjang. Dalam hal ini
adanya prosesi ritual Ceblok Branjang, yang biasanya diiiringi perayaan serta
pesta rakyat.
Branjang bisa
bermacam-macam, tergantung lokasinya, kalau di sungai dinamai anco, atau
biasanya Orang-orang Bengawan menamai kegiatan mbranjang dengan nganco.
Branjang laut ialah alat perangkap ikan yang terbuat dari bambu, biasanya
dibuat sekitar tiga mil dari bibir laut dan kedalaman air laut minimal enam
meter. Ratusan bambu ditancapkan satu persatu, kemudian diikat dengan tali
tampar yang membentuk segi empat, sedang ujung bambu dibiarkan menjuntai (liputan6.com).
Adapun pada bagian tengahnya dipasang jaring. Pada keempat sisinya terdapat
bambu-bambu saling menyilang, agar bagannya tetap kokoh berdiri. Di tengahnya,
ada gubuk sederhana yang berfungsi sebagai pelindung, menaruh lampu dan melihat
ikan (Deni J, nelayan pantura). Dan dalam pemasangannya dibutuhkan kerjasama
atau gotong-royong bahu-membahu, sekaligus diperlukan ritus serta ritual khusus
dalam melakoni Ceblok Branjang.
***
Festival Ceblok Branjang
merupakan kegiatan konservasi budaya dari abrasi lingkungan, pemikiran,
teknologi serta pengurukan bibir-bibir pantai. Kegiatan ini digelar sebagai
wujud pentingnya melestarikan tradisi pesisir yang lambat laun terkikis oleh
perkembangan zaman. Festival ini diadakan Sanggar Pasir Ujung Pangkah Gresik,
bagi langkah pelaku kebudayaan yang aktif, tumbuh berkembang demi harmonisasi
manusia bersama alam sekitarnya dapat tercipta lestari.
Perhelatan kebudayaan ini
terselenggara tanggal 26-28 Maret 2020. Kamis 26 Maret 2020, pagi (08.00 -
selesai) diisi agenda kegiatan Lomba Menggambar tingkat SD/MI se-Kadipaten
Sedayu, sedang malam harinya (19.00-24.00 Wib), digelar Malam Sastra bersama
beberapa penyair, di antaranya: Rego S. Ilalang, IfeginiaTribuana Tunggadewi,
Rakai Lukman, Kaji Mudzakir, Ali Topan Diantoko, Rodli TL, dll, lalu dipungkasi
Diskusi Sastra. Selanjutnya hari Jumat 27 Maret 2020, pagi (08.00 sampai 16.00)
Workshop dan belajar bersama; membatik, glass painting, nata wayang, handycraft,
sablon cukil, rajut, sketsa wajah. Pada malamnya (19.00- 24.00), pagelaran
teater oleh Dody Yan Masfa (monolog), Pandu Setiawan (monolog), Rangga Saputra
(monolog), Teater Akeq (Bahterah Cahaya), Teater Mini Muslim (Arah Mata Angin ),
dan dipungkasi atas penampilan Ki. Ompong (Wayang Blang Bleng).
Kemeriahan pesta bukan
hanya sampai di situ. Sabtu 28 Maret 2020, paginya acara inti festival (08.00-12.00)
Selametan “Ceblok Branjang” ialah sebuah prosesi ritual yang diiringi pagelaran
kesenian tradisional, lantas sore harinya 15.00-17.30, pemaknaan dan pengkajian
budaya dalam ruang Saraseha Budaya bersama pakar kebudayaan, Taufik Harist dan
M. Jadul Maula (Pondok Pesantren Kaliopak DIY). Berlanjut malamnya pukul
19.00-24.00, dimeriahkan Pagelaran Musik Kreatif bersama Sanggar Pasir, Kartar
Cangaan, Teater Cager, Teater Ndrinding (Gamelan Puisi Nelayan), serta Jo
Batara Surya dan Sanggar Putri Pesisir. Sedang tiap harinya disuguhi pameran
Seni Rupa. Inilah pesta yang kami gelar, merayakan kegembiraan bersama, melanggengkan
rasa cinta kebudayaan. Semoga daya cipta dan energi semesta selalu bersama,
serta dinaungi payung anugerah dan restu Sang Maha Pelestari Jagat Raya.
Lestari Alam, Lestari
Laut
Salam Budaya, Salam
Berdaya.
http://sastra-indonesia.com/2020/02/festival-budaya-ceblok-branjang/

Tidak ada komentar:
Posting Komentar