Sabtu, 25 April 2020

WABAH PURBA

Taufiq Wr. Hidayat *

Sambil menundukkan kelelahan,
aku nulis puisi.
Terminal tua, hujan hendak mencipta telaga,
dan bangku-bangku tunggu.
Kota yang tertatih-tatih.
Kesunyian yang hilang.
Dan perih yang gamang.
Siapa terluka di balik bahasa?
Dicatat derita ke dalam kata-kata.
Mengiris bawang merah dan mendiskusikan cinta.

Apa yang lebih hebat dari rindu?

Lorong-lorong malam,
lampu-lampu jingga,
bangku di situ bagai menenun doa dan menanti pemberangkatan berikutnya.

Tetap sepi.

Telaga dari hujan dalam dadamu. Ada perahu berlayar pelan di situ, mencari sesuatu yang tak pernah ketemu.

Tahun bagai bangku penjaga hutan yang kedinginan.
Suluh yang disekap sudut.

Benam dalam kabut.

Tatapan bermendung. Akar pohonan. Malam. Jurang zaman yang dalam. Di dalam hitam. Waktu terlambat berabad. Dalam ingatan; berlari di jalan malam. Dan nama-nama yang hilang.

Lenyaplah aku di lubuk gusarmu.

Tetesan hujan pada batu. Keluh pada rindu. Langit membentang tanpa bentuk. Keluasan menerima segala harap untuk lenyap. Sampah dan penyakit. Perang dan kesepian.

Seperti semak-semak cerita.
Kenapa durinya melukai kepala?

Ayat-ayat suci dinyanyikan nabi-nabi palsu di kota-kota yang berkeluh melulu. Orang-orang kesakitan. Bernyawa dalam asap gelap. Basa-basi jadi polusi.

Terkapar di kaki-kaki kekuasaan yang menolak segala ratapan. Ada kematian di kolong kemiskinan. Cerita yang terus tercipta bagai sampah kota, banjir, dan celaka.

Hujan datang.
Hujan membayang.

Seperti kenangan.

Kau nyalakan lampu. Suara ganjil dari abad-abad yang sibuk. Wabah manusia yang purba.

Orang-orang asing. Mesin-mesin tua. Binatang malam gelap malam selokan malam. Tatapan hitam. Sisa hidup ditinggalkan.

Liang-liang kepalsuan.

Nasib menebarkan penyakit dalam dadamu. Orang-orang terjangkit. Tapi keterlunta-luntaan dikemas sponsor dan undang-undang. Hutang orang-orang. Pekerjaan yang hilang. Jaringan-jaringan maya. Sebuntal nama yang tak terbaca. Mulut layar membentur pintu-pintu. Tahayul dan omong kosong melulu.

Arloji-arloji terbenam. Segala pengaduan. Tak selesai diutarakan.

Tapi baik.
Baik-baiklah saja, sayang.

Lihatlah. Ada kabut datang
di stasiun kereta. Malam membawa tiba seluruh ringkuh. Pohon tua, gerimis, dan lampu yang tidak terang. Orang mendesah. Berlalu di dalam tanya. Berhenti di sebuah tepi. Dan bernyanyi di dalam sendiri yang tak dimengerti.

Seperti keraguan.

Bangku kosong di bawah beringin, jam dinding mendetak sunyi, di antara kopor usang, ransel yang berat. Ada harapan menyelinap ke balik gusar pasar. Tersesat sasar. Dan jantung orang-orang. Menunggu tanpa pemberitahuan, menyalakan korek api dalam lampu remang.
Tapi angin memadamkan.

Seperti percintaan.
Ganjil di tengah hujan.

Malam terasa kekal dalam muram. Namun penungguan tak juga usai. Kantuk. Dan aroma jaket para penjaga. Ada kecemasan. Dan rencana-rencana dilipat dalam saku celana.

Bagai menerka sudut.
Samar dalam kabut.

Gelap mendesak ke jantung malam orang-orang. Diam seperti bangku. Kebosanan menggelung. Zaman dibungkus dalam kesal yang purba. Membayangkan peristiwa yang bergantian.

Seperti jarak dalam penantian.
Kehilangan pulang.

Mereka yang terkantuk. Dan
tidur dalam ketakberdayaan. Tak sibuk ingatan pada kejadian. Segalanya ditelan dalam lelah. Dalam sepi yang mencukil arloji.

Di stasiun orang-orang. Terpaku. Pagi pun datang, celaka dihembus kepalang. Dalam tuak gamang pengaduan. Mabuk kepayang! Anak-anak sekolah mencium darah, seragam-sepatu, dan malas waktu.

Tetapi di mana kebun bunga?

Keperihanmu menembus tatapan berkabut. Kehilangan dan pencarian. Perjalanan dan kelelahan. Kebimbangan wortel dan bawang di keranjang gigil hujan.

Di dinding pesing yang mengelupas itu, kau lihat sesosok malaikat menyelinap. Sayap putih dan aroma melati. Tapi pikiranmu berserak, android tak lagi mengabarkan kematian pelacur malam dalam selokan. Anak-anak mengejar riang yang putus layang-layang. Banjir ketakutan dan gelombang kepanikan menghanyutkan nyawa manusia. Wabah yang sesungguhnya tak ada, menyeret harapan dan perut orang-orang, orang-orang ratap di selokan-selokan yang meluap.

Di situ.
Di
dalam
ginjalmu.

Banyuwangi, April, 2020

_____________________
*) Taufiq Wr. Hidayat dilahirkan di Dusun Sempi, Desa Rogojampi, Kab. Banyuwangi. Taufiq dibesarkan di Desa Wongsorejo Banyuwangi. Menempuh pendidikan di UNEJ pada fakultas Sastra Indonesia. Karya-karyanya yang telah terbit adalah kumpulan puisi “Suluk Rindu” (YMAB, 2003), “Muncar Senjakala” [PSBB (Pusat Studi Budaya Banyuwangi), 2009], kumpulan cerita “Kisah-kisah dari Timur” (PSBB, 2010), “Catatan” (PSBB, 2013), “Sepotong Senja, Sepotong Malam, Sepotong Roti” (PSBB, 2014), “Dan Badut Pun Pasti Berlalu” (PSBB, 2017), “Serat Kiai Sutara” (PSBB, 2018). “Kitab IBlis” (PSBB, 2018), “Agama Para bajingan” (PSBB, 2019), dan Buku terbarunya “Kitab Kelamin” (PSBB, 2019). Tinggal di Banyuwangi, Sekarang Sebagai Ketua Lesbumi PCNU Banyuwangi.
http://sastra-indonesia.com/2020/04/wabah-purba/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar