Kamis, 23 Juli 2020

Pergulatan Identitas Jhumpa Lahiri

Feby Indirani
ruangbaca.com

"Dari mana asalmu?"
Jhumpa Lahiri selalu bingung bila beroleh pertanyaan serupa itu. Penanya biasanya takkan puas bila Lahiri menyatakan dirinya sebagai orang Rhodes Island, Amerika, tempat dia dibesarkan, atau London, Inggris, tempat dia dilahirkan. Pertanyaan biasanya berlanjut karena namanya yang "asing", kulitnya yang coklat, dan ciri-ciri fisiknya yang khas kaukasoid. Tapi bila Lahiri menjawab dari India, ia sendiri merasa jawaban itu tak tepat.

Ia sering mengunjungi Calcutta kota kelahiran kedua orangtuanya, tapi lebih merasa sebagai turis ketimbang orang yang pulang. Singkatan American Born Confused Desi (ABCD)"desi berarti orang India" ini diciptakan oleh orang-orang yang tetap tinggal di India untuk orang-orang India generasi kedua yang tumbuh di Amerika. Itulah yang dialami Lahiri. Ayah dan ibunya menetap di Amerika sejak 1969, dua tahun sejak Lahiri lahir.

Namun ada kehendak kuat untuk selalu membentengi rumah itu agar infiltrasi budaya Amerika tak sampai masuk. Tumbuh dewasa, Lahiri selalu diingatkan untuk tidak "berperilaku" sebagai orang Amerika. Bahwa ia tak boleh lupa dirinya adalah seorang India. "Mengaku sebagai orang Amerika membuat saya merasa telah mengkhianati orang tua saya," tuturnya. Padahal di saat yang sama lingkungan pergaulannya mengharapkannya menjadi Amerika.

Keresahan dan keterombang-ambingan Lahiri akan persoalan identitas inilah yang menjadi mata air inspirasi untuk sembilan cerpennya dalam antologi Interpreters of Maladies, 2000 (sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Penafsir Kepedihan oleh Akubaca, 2003). Buku pertamanya ini kemudian meraih penghargaan Pulitzer 2000, Pemenang PEN /Hemingway Award, dan pemenang New Yorker Prize untuk karya pertama terbaik.

New Yorker pun meletakkan Lahiri pada jajaran 20 penulis terbaik berusia di bawah 40 tahun. Lahiri adalah contoh penulis yang juga serius menekuni pendidikan formal. Setelah meraih gelar BA untuk Sastra Inggris dari Barnard College, ia meraih gelar Master of Art dari Boston University untuk tiga bidang: Bahasa Inggris, penulisan kreatif, dan studi perbandingan dalam kesusasteraan dan seni.

Di universitas yang sama ia meraih gelar Ph.D. untuk studi Renaissance. Setiap cerpennya memiliki kaitan dengan berbagai aspek India dengan satu atau lain cara. Beberapa di antaranya berlatar India, beberapa lagi mengangkat kehidupan orang India sebagai imigran di Amerika. Secara keseluruhan ceritanya selalu bertutur tentang generasi kedua India-Amerika, seperti dirinya. Lahiri adalah seorang pencerita yang cermat pada detail.

Dia tidak pernah memotret peristiwa-peristiwa besar, tapi memusatkan perhatiannya pada episode kecil dari kehidupan. "Mungkin karena begitulah cara saya mendekati kehidupan, dan berpikir tentang kehidupan," katanya. Ia selalu mengangkat kisah-kisah keseharian dari orang-orang "biasa" namun dengan kepekaannya yang luar biasa. Pada cerpen Interpreter of Maladies :cerpen yang dijadikan judul sekaligus terpanjang dalam antologi ini" tokohnya adalah Mr Kaspia seorang supir untuk turis di kawasan Konarak, India.

Ia mempunyai pekerjaan lain, penerjemah bagi dokter di sebuah klinik. Sang dokter tak memahami bahasa Gujarat yang dipakai masyarakat setempat. Kaspia kemudian memaknai pekerjaannya "menerjemahkan berbagai keluhan yang diderita para pasien" sebagai menafsirkan kepedihan. Ketika Kaspia bertugas mengantar Tuan-Nyonya Das sekeluarga berdarmawisata, Kaspia dan Nyonya Das saling mengirim sinyal ketertarikan.

Cerpen lainnya, A Temporary Matters mengangkat kisah suami istri India yang hidup di Boston. Relasi Shukumar-Shoba sedang berada di titik nadir pasca kematian bayi mereka dalam persalinan. Mereka tak lagi bercakap-cakap sebagai pasangan yang saling mengasihi, semua hanya dilakukan sebagai rutinitas dua orang yang terlanjur tinggal bersama.

Sampai satu saat listrik di kawasan rumah mereka akan mati setiap satu jam sehari selama lima hari. Waktu satu jam dalam kegelapan inilah yang membawa mereka kembali berbincang, menuntun mereka saling membongkar berbagai rahasia dan akhirnya kembali bercinta dengan bergairah. Namun setelah masa mati lampu itu selesai, Shoba menyatakan kehendaknya untuk berpisah.

Dalam kegamangan, Shukumar kemudian mengungkapkan rahasia yang telah ditutupnya rapat dari sang istri, yaitu jenis kelamin anak mereka yang meninggal itu. Antologi ini diterjemahkan ke dalam 29 bahasa dan menjadi international best seller. Meskipun menerima banyak pujian dan penghargaan, Lahiri juga menerima banyak kritik, terutama dari negeri asalnya sendiri.

Ia misalnya dituduh sengaja menampilkan latar India semata-mata untuk menyuguhkan eksotika bagi dunia Barat. Menanggapi itu ia menyatakan dalam tulisan penutupnya pada Intrepreter of Maladies bahwa "Sayalah orang pertama yang akan mengakui bahwa pengetahuan saya tentang India sangat terbatas."

Saya terbatasi tidak hanya oleh kurangnya kedekatan, namun juga oleh kenyataan bahwa kesan orang tua saya sebagai sumber utama saya ketika menulis tentang India -mandeg dalam waktu. Namun tetap saja terjemahan saya atas India telah membangkitkan bagi sejumlah pembaca hari ini, bayang-bayang tentang akulturasi kultural dan resonansi. Setelah debut pertamanya yang bertabur penghargaan, Lahiri kemudian menulis novel pertamanya The Namesake.

Novel ini tetap mengambil tema besar persoalan identitas. The Namesake mengisahkan pasangan asal Calcutta, India, yang pindah ke Cambrigde, Amerika. "Aku selalu memiliki persoalan menyandang nama yang tak biasa, aku mengalami bagaimana kesulitan seseorang tumbuh besar dengan nama yang dianggap asing bagi lingkungan sekitarnya," demikian tutur Lahiri melalui wawancara mengenai bukunya.

Tapi kemudian ia mulai berpikir betapa nama kemudian berbicara banyak mengenai siapa diri kita dan sejarah asal usul kita. Perenungan akan gagasan itulah yang kemudian melahirkan The Namesake. Sambutan publik terhadap karya keduanya tak semeriah pada debutnya, meskipun buku ini sempat berada pada jajaran buku best seller di The New York Times selama beberapa minggu.

Namun hal ini tak terlalu mengganggunya. "Aku tidak pernah menulis untuk siapapun kecuali diriku sendiri," begitu kata Lahiri. "Tak peduli yang orang-orang katakan atau harapkan, pada akhirnya mereka tak akan ikut menulis bersamaku."
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar