Minggu, 27 Juni 2021

Pendidikan dan Tanggung Jawab Sosial

I Gusti Ngurah Parthama **
balipost.co.id
 
Dalam beberapa tahun terakhir pendidikan Indonesia digoyang dengan permasalahan seperti beban guru yang semakin berat seiring perubahan kurikulum tanpa ada kesesuaian imbalan. Peraturan dan kebijakan pendidikan yang membelenggu dan seringkali malah tidak mendidik, menjejali anak didik dengan materi-materi tanpa memberikan bantuan dalam penyelesaian, kebocoran soal-soal ujian, ketidakjujuran pengurusan pengajaran, kerancuan persoalan akreditasi, dan lainnya. Dengan kondisi yang masih sulit, pertanyaan yang muncul tentu saja, bagaimana mungkin pendidikan dapat berperan dalam kehidupan sosial masyarakat. Padahal tanggung jawab sosial melalui sektor pendidikan justru sangat penting.
 
DAYA saing yang terus menurun dan kemampuan masyarakat yang secara umum masih rendah menyebabkan kondisi Indonesia sulit untuk bisa bangkit dari keterpurukan akibat krisis moneter tahun 1997. Keterpurukan tersebut mengakibatkan terkikisnya nilai-nilai tradisi masyarakat Indonesia yang pada akhirnya menimbulkan kondisi tidak menentu. Dalam hal inilah sesungguhnya pendidikan dapat berperan penting sebagai sebuah bentuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat.
 
Secara umum, Indonesia memang belum mampu bangkit dari persoalan krisis ekonomi. Krisis yang pada akhirnya merembet pada persoalan di bidang politik, sosial, budaya, bahkan hingga pertahanan keamanan. Keadaan yang menyebabkan bangsa ini tidak lagi mengenal karakter mereka sesungguhnya dan tenggelam dalam budaya-budaya konsumerisme dan instan. Budaya uang serta kekuasaan yang pada akhirnya berujung pada korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang, kolusi, nepotisme, perselisihan, pertikaian, adu otot untuk menyelesaikan persoalan, sektarian, persoalan ras dan antar-golongan, kemiskinan, pengangguran, dan persoalan bangsa lainnya. Yang justru ironis adalah kondisi-kondisi seperti itu malah mulai menggerogoti pendidikan Indonesia.
 
Intervensi pemerintah pusat dalam penerapan kebijakan terkait pendidikan masih terlihat jelas. Meski telah dilakukan upaya seperti membebaskan guru atau sekolah untuk menyusun kurikulum yang menyesuaikan dengan kondisi peserta didik, namun pemerintah tetap melakukan pengujian secara sentralistik melalui Ujian Nasional (UN). Masih banyak lagi persoalan yang membuat pendidikan di Indonesia sulit bergerak maju.
 
Pendidikan yang seharusnya memberikan pencerahan terhadap kehidupan manusia malah ditempatkan pada posisi yang tidak penting. Sekadar menjadi bekal dan saat memasuki dunia masyarakat yang sesungguhnya maka lulusan justru kembali belajar dari nol. Dalam hal ini peserta didik seolah mengejar prestasi semu dengan berusaha mencapai nilai-nilai tinggi dan predikat-predikat terbaik. Namun justru tidak mampu berbuat banyak di dunia kerja dan di masyarakat. Tentu saja, peran pendidikan dalam hal ini menjadi tidak jelas.
 
Keterpurukan Pendidikan
 
Ketidakjelasan tersebut menjadi semakin terlihat jika kita melihat kondisi pendidikan yang justru kian terpuruk. Dalam beberapa tahun terakhir saja pendidikan Indonesia digoyang dengan permasalahan seperti beban guru yang semakin berat seiring perubahan kurikulum tanpa ada kesesuaian imbalan. Peraturan dan kebijakan pendidikan yang membelenggu dan seringkali malah tidak mendidik, menjejali anak didik dengan materi-materi tanpa memberikan bantuan dalam penyelesaian, kebocoran soal-soal ujian, ketidakjujuran pengurusan pengajaran, kerancuan persoalan akreditasi, dan lainnya.
 
Dengan kondisi yang masih sulit, pertanyaan yang muncul tentu saja, bagaimana mungkin pendidikan dapat berperan dalam kehidupan sosial masyarakat. Padahal tanggung jawab sosial melalui sektor pendidikan justru sangat penting. Menjadikan manusia lebih bermartabat dan memanusiakan manusia adalah tujuan yang sudah sering didengar pendidik maupun komponen pendidikan di negara ini. Di Indonesia, pendidikan sudah seharusnya ditempatkan sebagai usaha untuk meningkatkan martabat bangsa dan menyejajarkan diri dengan negara lain. Dalam kaitannya dengan hal itu, maka pendidikan sudah seharusnya tidak dipandang sebelah mata.
 
Pendidikan tidak semata-mata mengajarkan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal menuju dunia kerja. Namun, pendidikan memiliki tujuan lebih dari itu. Seorang ahli pendidikan mengatakan bahwa pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan peserta didik dalam berbagai hal seperti cerdas spiritual (olah hati), cerdas emosional dan sosial (olah rasa), cerdas intelektual (olah pikir), dan cerdas kinestetis (olah raga). Dengan bekal-bekal kecerdasan tersebut maka peserta didik diyakini memiliki bekal tidak hanya untuk terjun di dunia kerja namun juga berperan di masyarakat. Pasalnya, sebagaimana dirilis sebuah media nasional, tercatat hanya 3 persen lulusan perguruan tinggi (PT) di Indonesia yang menciptakan lapangan kerja sendiri. Hal tersebut diyakini sebagai akibat minimnya pendidikan mengenai kewirausahaan dan kemandirian. Padahal dalam setiap kesempatan wisuda, seorang rektor seringkali menyelipkan keinginan agar lulusan PT tidak hanya menunggu peluang kerja baik di negeri maupun swasta, namun lebih pada penciptaan lapangan kerja.
 
Menciptakan manusia-manusia siap pakai, baik di dunia kerja maupun masyarakat jelas bukan pekerjaan yang mudah bagi dunia pendidikan Indonesia. Selama ini proses kreativitas dalam pendidikan dapat dikatakan mati karena peserta didik hanya menempatkan diri sebagai penampungan dari pengajaran guru. Padahal yang diinginkan adalah pendidikan yang mampu membentuk karakter peserta didik menjadi inovatif dan kreatif, baik dalam pembelajaran maupun penerapan ilmu pengetahuan serta teknologi di masyarakat. Tanpa adanya kreativitas dan inovasi dalam pendidikan maka keinginan membentuk manusia berkualitas tidak akan tercapai. Para lulusan akan cenderung menanti pekerjaan apakah sebagai PNS atau karyawan perusahaan-perusahaan swasta.
 
Di sinilah tugas berat yang hendak dicapai pendidikan Indonesia. Menciptakan manusia-manusia berkualitas dan lebih baik dengan harapan mampu menyejajarkan posisi bangsa ini dengan bangsa lain. Bahkan pendidikan dengan tanggung jawab sosialnya tidak hanya membicarakan kualitas namun lebih pada upaya menciptakan manusia yang bersih yang sanggup mengeluarkan bangsa ini dari keterpurukan karena penyakit-penyakit sosial.
 
* Pendidikan tidak semata-mata mengajarkan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal menuju dunia kerja.
 
* Pendidikan yang diinginkan adalah yang mampu membentuk karakter peserta didik menjadi inovatif dan kreatif, baik dalam pembelajaran maupun penerapan ilmu pengetahuan serta teknologi di masyarakat.
 
* Tugas berat yang hendak dicapai pendidikan Indonesia adalah menciptakan manusia-manusia berkualitas dan lebih baik dengan harapan mampu menyejajarkan posisi bangsa ini dengan bangsa lain.
***

**) Penulis, dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana. http://sastra-indonesia.com/2010/10/pendidikan-dan-tanggung-jawab-sosial/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar