Selasa, 08 Juni 2021

TMII ADALAH RUANG KEBUDAYAAN

"Bukan obyek dan destinasi pariwisata!"

Tatan Daniel *
 
Seniman itu, biasanya, lebar kacamatanya. Jernih dalam membaca dan menafsir. Tajam pemikirannya, tidak majal. Kritis mengamati fenomena. Sensitif meraba perubahan. Visioner seperti motto Semen Padang. Piawai mengurai masalah, seperti dimottokan oleh Pegadaian, dan 'nancap idenya, seperti dimaksudkan oleh motto majalah Tempo, dulu. Seniman itu, seperti yang sering saya sampaikan, meski terhimpit tapi harus di atas, meski terkurung tapi tetap di luar. Arif, bijak, dan cerdik cendekia.
 
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) mulai 1 April 2021, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2021 akan dikelola langsung oleh negara. Pastilah akan banyak perobahan revolusioner yang terjadi. Ia akan menjadi entry-point, sekaligus episentrum bagi semangat dan gerakan kebudayaan di negeri ini. Ia tak akan lagi biasa-biasa saja. Ia akan menjadi 'titik api' kebudayaan, dan tungku penghangat gairah berkebudayaan di negeri ini. Sepanjang hari, 24 jam.
 
Mengapa tidak? Lha, ia dikelola oleh negara, yang bertanggung jawab memaknai dan melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang diteken oleh Presiden yang kemarin meneken Perpres Nomor 19 itu. Jadi, sudah nyambung, logis, rasional, legal, faktual, kultural, moral, bahkan dari sudut politikal, dan segala yang al-al itu. Jika Pak Gubernur Jakarta punya TIM, masakke Pak Presiden Indonesia 'nggak mau dan 'nggak mampu membikin TMII sepuluh kali lebih hebat dari TIM?
 
Saat ini, para seniman dan budayawan dalam "Perhimpunan Seniman Indonesia", tengah meracik bumbu pedas, pahit, asam, asin, kelat, manis. Tengah mengolah sajian sedap maknyus untuk dihidangkan kepada Presiden RI u.p. Menteri Sekretaris Negara, juga Komisi X DPR RI, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek, Dewan Kesenian Jakarta, dan berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah yang peduli terhadap kedakhsyatan TMII sebagai rumah kebudayaan, sebagai taman budaya nasional, sebagai ruang proses kreatif dan ekspresi para budayawan dan seniman.
 
Mereka tengah menyusun sejumlah resolusi, yang akan ditawarkan sebagai produk intelektual, dengan niat dan iktikad luhur sebagai elemen yang inheren dengan denyut nadi TMII, sebagai stake-holder yang tak ingin dipandang sebelah mata oleh keputusan dan kebijakan politik dan ekonomi, yang acap menyepelekan.
 
Sebagai jargon,  'revolusi mental' sudah dicanangkan bertahun-tahun lalu. Dan turunnya Perpres Nomor 19 Tahun 2021 patut dimaknai sebagai salah satu peristiwa budaya, atau, seorang sahabat menyebutnya sebagai 'moment of luck', takdir keberuntungan, yang akan mempengaruhi bergulirnya perubahan di banyak hal. Pemikiran, sikap, pandangan, dan tindakan. Tentu saja, ke arah yang lebih baik, lebih berpengharapan.
 
Tentu, TMII yang dimaksudkan sebagai obyek sekaligus subyek 'moment of luck' bagi gerakan revolusi mental budaya itu, bukanlah TMII yang dikelola sebagai destinasi wisata. Apalagi yang sekedar artifisial. Itu mah, terlalu kecil. Teramat sederhana. Seorang Siti Hartinah, sebagai penggagasnya pun tak pernah berpikiran demikian. Mosok, generasi sekarang malah mengerdilkannya hanya dianggap sebagai kawasan pariwisata. Akal sehat yang jernih tentu menolak TMII disama-sebangunkan dengan Borobudur, Mandalika, Danau Toba, Labuan Bajo, atau Raja Ampat.
 
TMII tak boleh membiarkan stempel 'Kitsch' terus menerus menempel di jidatnya, sebagaimana disebutkan oleh Goenawan Mohammad dalam kolom Catatan Pinggir-nya. Bagaimanakah caranya? Ia akan menjadi tidak 'Kitsch', jika namanya disegarkan menjadi, misalnya, Taman Budaya Indonesia, atau Taman Budaya Nusantara. Dengan demikian, esensinya, ruhnya, intinya, substansinya, hakekatnya adalah memuliakan manusianya. Dan kaum seniman dan budayawan adalah himpunan yang termasuk di dalamnya.
 
Jadi, TMII tidak lagi dipandang remeh sekedar sebagai artefak, fosil masa lalu, warisan zaman Orba, etalase, museum, show windows, gundukan bangunan hampa yang tidak bernyawa, jejeran warung pecel lele, California Fried Chicken, Snow Bay, Sky World, Taman Dinosaurus, dengan dipenuhi aktivitas klangenan yang sekedar renda-renda. Seakan-akan melestarikan, tapi malah mengkerdilkan. Seakan-akan Indonesia, tapi cuma malah sekedar Papua, atau Dayak. Seakan-akan kebudayaan, tapi malah cuma komoditas dagangan.
 
Perhimpunan Seniman Indonesia sedang menyusun gagasan, dan usulan. Mudah-mudahan didengar oleh birokrasi negara. Mudah-mudahan dipedulikan. Mudah-mudahan diorangkan. Mudah-mudahan. Mosok, sih, diabaikan, wong Pak Jokowi jadi Presiden juga didukung oleh banyak seniman!
 
5 Juni 2021
 
*) Tatan Daniel, seniman asal Sumut yang kini menetap di Jakarta.

http://sastra-indonesia.com/2021/06/tmii-adalah-ruang-kebudayaan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar