Minggu, 25 Juli 2021

Menyoal Selera Seni

Reiny Dwinanda
Republika, 23 Sep 2007
 
SENI pop dengan segala kehebohan aksi panggungnya belakangan ini makin tampak mendapat tempat di hati masyarakat. Kenyataan itu telah mengiris hati sebagian pekerja dan pemerhati seni.
 
Menurut Edi Sedyawati, apresiasi seni masyarakat kebanyakan masih kurang memadai. Apalagi, yang diminati sekadar seni dengan mutu menengah-bawah. ”Jika itu dibiarkan, selera seni masyarakat tak akan naik kelas,” kata anggota Akademi Jakarta (AJ) itu di sela-sela Seminar Pendidikan Apresiasi Seni, di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Senin (10/9) lalu.
 
Seni yang rendah –seperti yang ditampilkan dalam bentuk sinetron–diyakini Edi berpengaruh pada kehidupan keseharian masyarakat. Kebiasaan masyarakat, semisal etika berbicara kepada orang tua, akan terpengaruh. ”Perlu diingat, cara masyarakat menghargai seni juga menunjukkan kewibawaan suatu bangsa,” kata mantan Dirjen Kebudayaan itu.
 
Di mata Edi, sebetulnya tidak ada yang salah dengan seni populer. Yang dibutuhkan cuma adanya penyeimbang. ”Keberadaannya perlu diimbangi dengan seni bermutu tinggi,” ujar salah seorang pemrakarsa Konser Karawitan Muda Indonesia itu.
 
Penyeimbang tersebut, lanjut Edi, mesti dihadirkan bukan tanpa sebab. Terlebih, menilik kebutuhan seni seseorang tidak hanya yang bersifat hiburan semata. ”Kesenian yang meresap di hati, yang membuat orang berpikir, juga dibutuhkan,” katanya
 
Persoalannya, seni bermutu tinggi seperti yang diharapkaan Edi, kerap kurang membumi. Seni tradisional klasik sering kali dianggap terlalu berat untuk dinikmati. ”Itu karena masyarakat tidak dikenalkan betapa mempesonanya kesenian asli Indonesia,” kata Edi.
 
Menurut Edi, perlu ada pembiasaan sebelum akhirnya masyarakat bisa menikmati kesenian tradisional bangsanya. ”Apa yang dilakukan orang Jawa terhadap pertunjukkan wayang bisa dicontoh. Dikenalkan terus-menerus, orang Jawa tak pernah membiarkan pertunjukkan wayang berlangsung sepi,” katanya.
 
Salah seorang pembicara seminar, Retno Maruti, mengaku termasuk orang yang jatuh cinta pada kesenian tradisional. Kecintaannya timbul karena faktor lingkungan. ”Di Baluwarti Solo, saya tumbuh dan berinteraksi dengan ahli seni,” katanya dalam seminar yang diadakan atas kerja sama antara AJ dan UNJ itu.
 
Maestro tari Jawa klasik itu menjadi saksi hidup betapa kesenian dapat menjadi jalan bagi para orang tua untuk mendidik anak-anaknya. Dengan melihat, mengalami, dan merasakan, tanpa disadari nilai-nilai yang terkandung di dalam karya seni akan meresap di sanubari anak. ”Iapun mendapatkan pengalaman batin yang kelak berpengaruh pada karakternya di masa mendatang,” urai Retno yang memimpin kelompok tari Padnecwara.
 
Pembicara lain, Endo Suanda, mengemukakan strategi dalam menghadapi masyarkat yang terlanjur lebih menyukai seni populer. Ia menyasar pada perubahan paradigma di kalangan pelajar. ”Saat peminat seni tradisional minim, pendidikan harus masuk hingga selera seni masyarakat tidak timpang atau dikuasai pasar,” kata pakar dari Lembaga Pendidikan Seni Nusantara (LPSN) itu.
 
Endo memusatkan perhatiannya pada persoalan bahan dan metodologi pembelajaran seni. Bersama LPSN, ia memakai pendekatan tematik sebagai alternatif pendekatan kategori disiplin seni musik, tari, teater, dan seni rupa. ”Pendekatan pembelajaran seni di sekolah diubah menjadi lebih kontekstual, mendekatkan anak pada kehidupan sebenarnya,” ujarnya.
 
Kesenian lokal lantas dijadikan subyek pelajaran. Fenomena kesenian yang hidup di masyarkatlah yang disajikan ke ruang kelas. ”Kalau perlu, bawa anak didik ke desa-desa untuk melihat langsung pertunjukkan seni,” papar mantan ketua Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia itu.
 
Upaya tersebut dilakoni LPSN bukan untuk membuat tiap siswa menjadi seniman. Yang benar-benar berminat saja yang bakal tampil berprofesi sebagai seniman. ”Sisanya cukup menjadi penonton yang baik. Sebab, kesenian perlu penonton,” imbuh Endo.
 
Gagasan serupa diusung pembicara berikutnya, Setiawan Sabana. Ia lantas mengemukakan pentingnya kerja sama. ”Sebab, tanpa adanya kerja sama, perubahan paradigma yang digulirkan cuma akan menjadi slogan semata,” kata ketua Pusat Penelitian Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung itu.
 
Dalam hal ini, menurutnya, ada tiga komponen yang mesti bergandengan tangan. Sekolah, keluarga dan lingkungan hunian, serta media massa, perlu saling memberi dukungan terhadap dunia kesenian tradisional. ”Tanpa kerja sama, sulit membendung gempuran budaya pop yang berasal dari luar negeri,” Edi menandaskan.
***

http://sastra-indonesia.com/2011/08/menyoal-selera-seni/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar