Senin, 19 Juli 2021

Peluang Meraih Nobel Sastra Pasca-Pramoedya Ananta Toer

Sides Sudyarto DS
infoanda.com/Republika
 
Novelis Pramudya Ananta Toer telah berlalu, meninggalkan kita untuk selamanya. Pram adalah satu-satunya pengarang kita yang pernah mendapatkan kesempatan menduduki nominasi untuk hadiah Nobel sastra. Konon panitia Nobel tidak punya tradisi memberikan penghargaan paling bergengsi itu kepada pengarang yang sudah meninggal dunia. Maka demikianlah, pupus sudah kemungkinan akan turunnya hadiah Nobel buat sastrawan Indonesia. Entah kapan lagi ada nominasi Nobel buat sastrawan kita. Sayangnya, setelah Pram berlalu, nominasi (saja pun) tampaknya tak akan terjadi lagi.
 
Mungkin inilah saatnya untuk kita bertanya-tanya, mengapa Pram hanya sampai pada tingkat nominasi dan tanpa ada kelanjutannya. Ada gunjingan, kegagalan Pram menerima Nobel karena dia itu kiri. Ini jelas omongan yang tidak perlu didengar. Masalahnya sudah banyak penulis kiri yang meraih Nobel, juga banyak sastrawan kanan yang menerima penghargaan Nobel.
 
Ada juga orang yang bilang dengan nada keluhan, kegagalan Pram mendapatkan Nobel, akibat tidak ada dukungan bagi dirinya. Maksudnya, tidak pernah ada kampanye yang berarti, agar sastrawan itu berhasil menggamit Nobel. Ini juga cetusan yang kurang bermutu. Belum pernah terjadi, Nobel diberikan atas tekanan propaganda.
 
Dari berbagai negara, banyak karya sastra yang ramai dibincang dan ditulis orang, walau tanpa itikad kampanye barang sedikit pun. Tetapi, ramainya karya pengarang tertentu dijadikan pembicaraan, juga bukan jaminan ia bakal meraih Nobel. Sebaliknya, kita tahu, ada pengarang dan karangannya yang sepi-sepi saja, tahu-tahu diumumkan sebagai pemenang Nobel. Kita tidak perlu kaget, bahwa penghargaan Nobel bisa saja diserahkan kepada orang yang pribadi dan karyanya tidak banyak kita kenal.
 
Maka mungkin sebaiknya kita berprasangka positif saja. Pertama, bahwa Panitia Nobel mempunyai ukuran tersendiri dalam menilai karya sastra yang bakal dihadiahi Nobel. Kedua, bahwa Panitia Nobel itu tidak bisa dipengaruhi oleh pihak luar dengan dengan atau tidak dengan kampanye. Ketiga, bahwa panitia Nobel itu tidak mempersoalkan kiri atau kanan. Kita catat, penulis Gulag Archipelago, tentu super kanan, sebab dia orang yang sangat melawan rezim sosialis Uni Soviet saat itu. Toh, ia menerima hadiah Nobel. Atau justru karena itu ia menerima Nobel? Di lain pihak Jean Paul Sartre itu kiri, toh ia mendapatkan Nobel, walau ia menolak untuk menerimanya.
 
Maka jika kita lacak melalui penciuman, sastrawan yang mendapatkan hadiah Nobel adalah mereka, para penulis yang mempunyai nilai plus dua. Plus satu, yang bersangkutan memiliki intensitas, termasuk militansi dalam membela nasib dan nilai-nilai kemanusiaan. Itu tampak misalnya pada Gao Xinjian, penulis Soul Montain (Gunung Jiwa), misalnya. Plus kedua, sang pujangga yang memiliki pemburuan dan pencapaian kreativitas yang luar biasa. Misalnya, Gabriel Garcia Marquez.
 
Kita pun sebenarnya bisa juga bergunjing, misalnya, tentang Milan Kundera dan Salman Rushdie. Ada orang bilang, bahwa Milan Kundera sudah menang sebelum memangkan hadiah Nobel. Tetapi ia tak kunjung menerima Nobel. Mungkinkah karena Milan Kundera senang sekali pada adegan porno sehingga mengurangi kadar sublimitas dan literernya? Ataukah pornografi itu melawan martabat kemanusiaan?
 
Di lain pihak Salman mempunyai daya kreativitas yang luar biasa sebagai seorang penulis. Perjuangan dan produktivitas Salman sebagai pengarang cukup luar biasa. Tetapi mengapa ia belum atau tidak meraih Nobel? Mungkinkah sikapnya yang menghina golongan agama tertentu melalui bukunya (Ayat Ayat Setan) menjadi sebabnya? Saya pikir demikian adanya. Jumlah umat Islam di dunia ini tidak sedikit. Padahal, menurut penganut filosofi humanistis, satu jiwa pun manusia tidak boleh diabaikan. Melukai perasan manusia yang begitu banyak, jelas berlawanan dengan spirit perdamaian Nobel.
 
Kembalilah kita pada masalah Pram. Dialah satu-satunya sastrawan kita yang sempat dinominasikan untuk Nobel. Pujangga lainnya? Belum kedengaran. Maklum pengarang Indonesia memang (hanya) menulis dalam bahasa Indonesia. Untuk terbaca oleh orang luar, juga Panitia Nobel, diperlukan penerjemah. Dan penerjemah ini juga satu masalah tersendiri. Terjemahan bisa mengangkat, bisa mencelakakan.
 
Jika demikian apakah bukan sudah saatnya buat penulis kita, sekarang dan selanjutnya, langsung menulis dalam bahasa asing seperti Inggris, Prancis, Spanol dan lainnya lagi? Seyogyanya. Mungkinkah zaman seperti itu masih akan lama menjelma? Mungkin demikian, sebab umumnya pengarang kita menjadikan sastra hanya sebagai kesibukan kedua atau ketiga, setelah profesinya yang sesungguhnya.
 
***
http://sastra-indonesia.com/2010/10/peluang-meraih-nobel-sastra-pasca-pram/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar