Senin, 19 Juli 2021

Sebuah Pojokan Tak Terlalu Penting

Judul: Peta Dunia Tak Kasat Mata
Judul asli: Map of the Invisible World
Pengarang: Tash Aw
Penerjemah: Nadia Andwiani
Penerbit: PT Elex Media Kompatido,
Cetakan: I, Desember, 2010
Tebal: vii + 554 halaman
Peresensi: Asarpin
lampungpost.com
 
INDONESIA 1964 adalah Indonesia yang penuh ketegangan. Politik benar-benar menjelma sebagai panglima. Bung Karno bagaikan bintang Hollywood yang menyita perhatian dunia internasional. Amerika dan Inggris seakan benar-benar hendak disetrika dan dilinggis. PBB dianggap bukan lagi lembaga yang bisa dipercaya. Seruan untuk mengganyang Malaysia terdengar di mana-mana, diikuti kenaikan harga kebutuhan pokok, politik embargo, demonstrasi mahasiswa, perang media. Jakarta tampak membahana.
 
Alkisah, ada seorang pemuda berusia 16 tahun, terlihat sedang berjalan gontai menyusuri sudut-sudut kota Jakarta. Inilah kota teruwet dan terpanas di dunia. Tapi, si pemuda tampak tetap asyik dengan dunianya sendiri. Ia seperti menolak untuk beraksi. Dan dirinya hampir saja terjebak dalam labirin jalan buntu dan gang tanpa nama, tanpa peta.
 
Di bawah kaki langit kota Jakarta, suhu politik kian menggila. Namun, di bawah selimut malam, kota ini terasa lebih lembut, lebih manusiawi. Di sinilah Adam menggantungkan harapan untuk bertemu Karl, ayah angkat sekaligus gurunya, yang diculik oleh serombongan tentara hingga keduanya berpisah. Dengan bekal sebuah foto yang lusuh ia terus mencari keberadaan Karl sambil juga memasang telinga tentang keberadaan Johan, saudara kandungnya, yang diadopsi dan dibawa pergi oleh pasangan kaya. Ia bertemu Din yang cerdas, bahkan mengalahkan kecerdasan Karl yang Belanda. Ia berjumpa Margaret yang berkulit putih.
 
Nun jauh dari kota Jakarta, terbayang olehnya sebuah pulau terpencil. Nusa Perdo. Sebuah pulau yang menyempil di ujung atlas yang jarang dikunjungi orang dan telah jadi masa lalu bagi Adam. Flores. Ya, itulah sebuah pulau yang akan selalu tak kasatmata. Begitulah orang menyebutnya. Di pulau yang juga dijuluki Benua yang Hilang inilah, Adam pernah lama menambatkan kenangan masa kecilnya. Tapi kota ini seperti kotak yang tergantung, terombang-ambing oleh politik setengah hati pemerintah Belanda, yang sejak semula berhasrat membawa pulau ini berada di bawah tabir politik etis. Walau pulau ini tak banyak menghasilkan rempah-rempah dibanding kawasan Sumatera, terdengar rumor kalau pulau ini banyak menyimpan kandungan emas. Sejak itu pulau ini sepenuhnya dikuasai oleh penjajah Belanda.
 
Berangkat dari dua lanskap yang kontras itu, Tash Awesi penulis novel Map of the Invisible World yang kemudian diterjemahkan menjadi Peta Dunia Tak Kasat Mata {Desember, 2010} ini, yang mendapat pujian luar biasa di dunia internasional dalam dua tahun terakhir— menggoreskan penanya yang paling pribadi. Hasilnya amat memukau: sebuah prosa yang puitis, eksotis, dan enak dibaca serta relevan, tak hanya bagi Indonesia, Malaysia, tapi juga dunia.
 
Novel ini menggambarkan dunia pascakolonial yang membawa suara lain dari suara orang Malaysia yang beberapa tahun terakhir sering diwaspadai. Benar-benar cerdas, arif, dan mengandung “politik osmosa”, atau ihwal persenyawaan yang mantap, dengan melibatkan sejumlah dokumen sejarah ketegangan Indonesia, Belanda, Amerika, dan Malaysia, dengan tokoh-tokoh yang berlatar dari negara-negara tersebut. Ada Adam, Zubaidah, Din (yang pribumi), Karl yang Belanda, Margaret Bates yang Amerika, Johan yang Indonesia tapi mendapat hak istimewa di Malaysia. Semua terjalin dengan sangat unik: setiap bab muncul pasangan yang menonjol. Bab dua, misalnya, hampir keseluruhan diwakili oleh tokoh Adam-Karl, bab tiga percakapan antara Din-Margaret, bab empat kembali suara Adam-Karl, bab lima kembali ke suara Din-Margaret, dan pada pengujung kita disuguhkan kisah romantis antara Adam-Zubaidah, serta bayangan suara Johan.
 
Tash Aw, novelis muda berwarganegara Malaysia yang tinggal di London ini, pantas disebut sebagai Pram-nya Malaysia. Caranya berkisah dan pencitraan-pencitraan yang dihasilkannya memang terasa sudah klasik, dan hampir semua data tentang kota Jakarta dan Pulau Jawa yang digambarkannya semuanya sudah sering dibolak-balik oleh Pram dan penulis yang lain. Namun, kekhasan novel tebal ini terletak pada ketekunan dan kesabaran penulisnya dalam membolak-balik dokumen masa lampau tentang Indonesia yang di dunia internasional sering tak dikenal, dianggap sebuah benua yang jauh, di ujung bumi dan hampir-hampir tak terjamah oleh pena para penulis Eropa yang sudah punya nama.
 
Kalau Pram menyebut Indonesia dan manusia dengan segala problematikanya di Bumi Manusia (2000: 145) sebagai “hanya sebuah pojokan tidak terlalu penting dalam keseluruhan bumi manusia”, Tash Aw lebih suka menggunakan metafor “dunia tak kasat mata”. Dunia yang jika diandaikan sebagai alfabet, itulah huruf Z. “Huruf Z adalah dunia tak kasat mata: huruf terakhir dalam alfabet yang sering diabaikan, misterius, jarang dimanfaatkan. Z, anak-yatimnya alfabet. Z, huruf yang berdiri sendirian di ujung alfabet, kesepian kendati berada di antara jejeran huruf (h.246). Ya, seperti Minke yang kesepian di tengah industri manusia, Indonesia dan manusia-manusia di dalam novel ini nyaris tanpa prospek apa pun dalam hidup. Ya, hanya sebuah pojokan tak terlalu penting dalam keseluruhan bumi manusia.
***

*) Asarpin, Pembaca sastra. http://sastra-indonesia.com/2011/02/sebuah-pojokan-tak-terlalu-penting/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar