Senin, 28 Januari 2019

Sastra Kita di Media Cetak


Budi Hatees

Hidup dan kehidupan sastra di negeri kita terlalu mengandalkan media cetak (pers): koran, tabloid, dan majalah. Padahal dinamika peradaban yang sangat mengandalkan digitalisasi ini mulai meninggalkan segala yang berbau cetakan, ditandai dengan semakin banyaknya industry penerbitan media cetak yang mengubah formatnya dari cetakan ke digital atau online.

Akhir 2014 lalu, Harian Jurnal Nasional—salah satu koran yang menjadi medium karya sastra di negeri ini—mengumumkan perubahan format dari cetakan ke online. Seandainya media ini masih menyediakan ruang untuk publikasi karya sastra, bisa disimpulkan para sastrawan akan berpikir dua kali untuk mengirimkan karyanya.

Jauh sebelum Jurnal Nasional, sejumlah media cetak yang menjadi medium sastra di negeri ini sudah tutup. Pada decade 1980-an sampai 1990-an, banyak sastrawan di negeri ini lahir dari surat kabar minggu seperti Swadesi, Simphoni, dan Berita Yudha. Sejumlah harian juga memberi kontribusi besar terhadap perkembangan karya sastra seperti Pelita, Suara Karya, Jaya Karta, majalah Amanah, Ulumul Quran, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Tabloid Mutiara, Sinar Pagi, bahkan tabloid Go—yang khusus bicara olah raga—menyediakan ruang untuk cerpen.

Sebagian dari media itu sudah almarhum. Cepat atau lambat, hal serupa akan mendera industry penerbitan lainnya. Kita bisa belajar dari industry pers dunia, yang lebih padat modal dibanding media-media cetak di negeri ini, tapi sudah tak terbit lagi.

Castell, D. V. dalam bukunya, Toward a New Model of Journalistic Information from Absent Subject to Testimony (2003), mengatakan industry pers dunia “hancur” mulai tahun 2001 karena tidak mampu lagi beroperasi.

Sebut saja The New York Times—koran harian berbasis di New York—di bulan September 2001 terpaksa mengurangi sekitar 8--9 persen dari 14.000 awak media karena krisis iklan dan sirkulasi. Pada tahun yang sama, Miami Herald merumahkan sekitar 20 persen karyawan, USA Today membuat kebijakan baru berupa pensiun dini.

Media cetak legendaris lain turut berguguran. Far Eastern Economic Review, majalah mingguan ekonomi terkemuka di Asia Tenggara yang berkedudukan di Hong Kong dan terbit sejak tahun 1958, di tahun 2004 tutup setelah enam tahun mengalami defisit keuangan berat. Pada Februari 2009, koran tertua di negara bagian Colorado Amerika Serikat, The Rocky Mountain News, resmi menyatakan tutup setelah terbit mulai tahun 1859. Christian Science Monitor, sebuah terbitan yang menjadi pemenang tujuh Pulitzer dan berusia dari 100 tahun, harus mengubah format cetak menjadi online di bulan Maret 2009.

Di Indonesia, sebagian media cetak terpaksa “dijual” pemiliknya kepada investor lain, dan lahir kembali dengan manajemen baru, yang kemudian berkembang tapi tidak seperti perkembangan di masa lalu. Koran-koran lama itu tidak lagi menyediakan ruang untuk sastra, karena harus mengikuti kehendak pemilik modal yang mengembangkan konsep media cetak sebagai medium bisnis.

Kini jumlah penulis karya sastra semakin melimpah di negeri ini, tapi jumlah media cetak yang membuka ruang publikasi sastra semakin berkurang. Persaingan antara para penulis sastra menjadi ketat sekaligus kecut.

Ketat karena setiap media cetak harus menseleksi satu dari sekian banyak karya sastra yang diterima. Kecut karena cara menyeleksi karya yang layak diterbitkan sangat kuat dipengaruhi subjektivitas pemilik media.

Media cetak kini ada dan disemangati orientasi bisnis. Para pekerjanya, termasuk redaktur sastra, tidak lebih dari seorang pekerja media yang bekerja berdasarkan budaya bisnis yang ada di lingkungannya.

Kita tak akan setuju bila sastra dikaitkan dengan bisnis. Tapi, sukar menolak sastra yang mengandalkan media cetak untuk tidak dikait-kaitkan dengan dunia bisnis. Sebab, setiap karya sastra yang terbit di media cetak, selalu dikait-kaitkan oleh pengelolanya dengan berapa banyak pembaca karya sastra tersebut. Pembaca karya sastra itu berkontribusi terhadap pemasukan iklan, karena total pembaca media cetak bersangkutan tidak cuma bertambah, tetapi memiliki fanatisme.

Itu sebabnya, setiap penerbitan media cetak punya standar- khusus dalam menerbitkan karya sastra. Standar itu akan menjadi panduan, disiapkan sebagai barometer. Makanya, ada media cetak yang kemudian mengklaim diri sebagai tempat publikasi karya-karya sastra terbaik di negeri ini. Klaim-klaim asersif itu diapungkan melalui juru bicara dari kalangan sastrawan agar mendapat kepercayaan sebagian publik sastra. Misalnya, penyair Sapardi Djoko Damono pernah membuat klaim bahwa cerpen terbaik di negeri ini hanya ditemukan di koran.

Setiap klaim mendapat pendukung, meskipun kita punya banyak alasan untuk menolaknya. Tapi, persoalan sesungguhnya bukan pada hal menolak atau menerima klaim itu, melainkan karena sastra kita terlalu mengandalankah hidup dan kehidupannya terhadap media cetak. Media cetak adalah hasil; produksi institusi bisnis yang memiliki strategi dan sejarah yang panjang untuk menata agenda media agar menjadi satu-satunya bacaan publik. Sastra kita ada di dalamnya, menjadi bagian dari agenda media hingga sering kehilangan hakikat kontemplasinya.

Sastra kita tidak bisa berbuat apa-apa.
***

*) Budi Hatees, nama pena dari H. Budi P. Hutasuhut, S. Sos, M.M. Lahir 3 Juni 1972 di Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Pernah bekerja sebagai jurnalis di lingkungan Media Indonesia Grup, dan menjadi dosen komunikasi di Universitas Bandar Lampung (UBL) dan Universitas Lampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar