Laila Putri Rizalia
Siger Post, Edisi 29/TH I, 27 Sep--3 Okt 2010
Bait-bait menyentuh hati selalu menjadi bunga indah dari pohon-pohon sastra. Dunia sastra senantiasa memberikan nuansa lain dalam kehidupan sosial, dengan menyibak berbagai sisi jagad beserta isinya. Bisa dikatakan, dunia tanpa sastra laksana dunia tanpa cahaya. Sayangnya, hingga kini sastra masih dianaktirikan oleh dunia pendidikan.
Pendidikan sastra secara formal masih menjadi salah satu materi yang diajarkan, mulai dari SD, SMP hingga SMA di dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Namun, pendidikan sastra seolah hanya menjadi pelengkap dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Bulum maksimalnya pendidikan sastra dan berbagai faktor lain memungkinkan lunturnya kekentalan sastra Lampung. Mungkinkah ada perhatian khusus terhadap pendidikan sastra hingga ke sastra daerah kelak?
Selami Nilai Kemanusiaan
Sastrawan Lampung Zulkarnain Zubairi mengatakan, dalam pertumbuhan sastra, peran pendidikan formal hampir tidak bisa disebutkan. "Pendidikan formal relatif sangat kecil untuk menghasilkan sastrawan. Bisa dibilang, penyair besar di jalanan, bukan karena pendidikan sastra," ucapnya sambil tersenyum. Peraih Hadiah Sastra Rancage 2008 lewat karyanya Mak Dawah Mak Dibingi (2007) ini memandang hampir semua sastrawan yang ada di Lampung mahir secara otodidak.
Dia juga mengungkapkan keprihatinannya tentang kurangnya pengetahuan mendasar mengenai sastra dari kalangan guru. Fenomena ini dinilai pria yang mempunyai nama pena Udo Z Karzi ini, mengurangi iklim kesuburan sastra Lampung yang dikenal sebagai negeri penyair atau gudang penyair di kancah sastra nasional. "Sastrawan Lampung banyak lahir karena lingkungannya dan media yang ada," ujarnya.
Dari kacamata Udo, terpisahnya pendidikan sastra dari mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi kondisi ideal pendidikan bidang sastra. "Saat ini keterampilan bahasa siswa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis kurang terasah," sesalnya. Kondisi ini yang melahirkan banyaknya keluhan dari banyak pihak mengenai merosotnya kemampuan menulis masyarakat.
Pada umumnya siswa, bahkan masyarakat Indonesia mulai memiliki kecenderungan kurang tertarik pada bahasa Indonesia. Orang Indonesia mulai lebih bangga dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Kalau kemampuan berbahasa Indonesianya payah, sulit berharap mereka menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat kreativitas. "Tapi, masalahnya kreativitas seperti menulis sastra dalam bahasa asing pun hampir tidak bisa dilakukan masyarakat," keluh Udo lagi.
Pengaruh perkembangan teknologi informasi, kata dia, menjadi salah satu faktor dominan dari latar belakang permalasahan ini. Belum lagi menjamurnya berbagai bahasa tidak resmi yang menurut dia kurang jelas asal-muasalnya, seperti bahasa prokem dan bahasa alay. Bahasa-bahasa tersebut jelas tidak bisa turut sumbangsih di dalam dunia sastra, sehingga hanya menjadi benalu.
Udo memaknai sastra sebagai seni bahasa yang berbicara tentang kehidupab. Dengan sastra, manusia bisa memahami nilai-nilai kemanusiaan seperti kejujuran, kebenaran, dan demokrasi. Dengan memba sastra, dia menjamin hati dan jiwa seseorang tidak akan kering. Pemimpin yang membaca sastra pun bisa memutuskan segala perkara dengan sisi empati yang tinggi. Bagi sastrawan sendiri, Udo yakin mereka memiliki kepuasan sosial tersendiri usai menghasilkan karya.
Sejauh ini, Lampung memiliki lingkungan yang sangat kondusif untuk melahirkan sastrawan. Dengan kondisi tidak ideal seperti sekarang saja, Udo telah melihat banyak bibit-bibit generasi penyair atau sastrawan muda yang mempunyai kemampuan wahid. Dia berharap sastra Lampung yang telah tiga tahun mendapatkan penghargaan di kancah nasional, dapat terus berjaya di kemudian hari.
Peran Besar Guru Bahasa Indonesia
Besarnya nama Lampung dalam kancah sastra nasional juga diamini dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Lampung (Unila) Muhammad Fuad. Dia mengakui lemahnya kemampuan guru Bahasa Indonesia terkait materi sastra. Berdasarkanb keluhan banyak guru berbagai tingkat sekolah kepadanya, memang para guru mengalami kesulitan dalam penyampaian materi sastra, sehingga pengetahuan siswa pada ranah sastra belum maksimal.
"Ada hanya untuk menjawab pertanyaan dalam ujian nasional, belum sampai meningkatkan potensi sastra siswa," ujarnya. Kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan Indonesia sendiri, menurut Fuad, adalah kurikulum yang bebas dikembangkan para guru. Namun, memang praktik di lapangan belum maksimal.
Cara mengajar guru Bahasa Indonesia masih sangat konvensional, meski ada guru Bahasa Indonesia yang memiliki kemampuan dan penalaran yang apik pada bidang sastra. Ketidakmaksimalan guru ini diduga Fuad berdasarkan ketidakintegratifan para guru ketika menyelesaikan masa studinya dulu.
Meski masih diikutsertakan dalam pelajaran Bahasa Indonesia, Fuad mengungkapkan pendidikan sastra akan lebih maksimal manakala pembagian waktu yang diberikan bagi pendididikan sastra diperbanyak. "Hal ini juga tidak lepas dari peran besar guru melalui kompetensi yang memadai," tekannya lagi.
Untuk menarik minat siswa, dia menyarankan agar guru menyampaikan manfaat materi pembelajaran. Fuad beranggapan sastra dapat melatih kejujuran dan pengungkapan ekspresi tentang apa yang dirasakan dan dipikirkan siswa. Dengan terbiasa jujur, maka dalam kehidupan ke depan mereka pun akan terbiasa jujur.
Sikap kritis juga salah satu hal yang positif diungkap melalui sastra. Kritis dalam banyak hal dan perhatian hingga ke hal yang detail. Sastra pula yang melatih daya imajinasi siswa untuk lebih dikembangkan. "Sayangnya, tidak semua guru memiliki pemahaman hingga ke manfaat tersebut. Panggilan jiwa sebagai guru tidak mereka hargai. Hanya mengajar semata untuk memenuhi kewajiban mereka," kritik Fuad.
Sebab minimnya perkembangan pendidikan sastra di sekolah:
> Belum terpisahnya pendidikan sastra dari mata pelajaran Bahasa Indonesia
> Minimnya pengetahuan guru mengenai pendidikan sastra
> Banyak sarjana sastra yang tidak menerapkan ilmunya untuk perkembangan pendidikan sastra di sekolah
> Pendidikan bahasa Indonesia lebih mengedepankan tata bahasa, sedangkan sastra hanya sekadar sisipan
> Pengaruh kemajuan teknolgi informasi dan gempuran bahasa lain, seperti bahasa asing, bahasa prokem, dan bahasa alay
http://ulunlampung.blogspot.com/2010/09/pendidikan-sastra-seuntai-berlian-yang.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Jalal
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Abdoel Moeis
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Abubakar Batarfie
Abdullah Harahap
Acep Zamzam Noor
Achi Breyvi Talanggai
Achiar M Permana
Aditya Ardi N
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Gaus
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhmad Fatoni
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akrom Hazami
Al Azhar Riau
Alang Khoiruddin
Albert Camus
Albertus Prasetyo Heru Nugroho
Aldika Restu Pramuli
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alia Swastika
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aming Aminoedhin
An. Ismanto
Ana Mustamin
Andhika Dinata
Andong Buku #3
Andong Buku 3
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardi Wina Saputra
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asrul Sani
Astrikusuma
Ayung Notonegoro
Azizah Hefni
Badrul Munir Chair
Bahrum Rangkuti
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin
Benee Santoso
Beni Setia
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hatees
Budi P. Hatees
Bustan Basir Maras
Cak Sariban
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chusnul Cahyadi
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Damiri Mahmud
Danang Ari
Danarto
Daoed Joesoef
Darju Prasetya
Dedy Tri Riyadi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
di Bentara Budaya Yogyakarta
Dian Sukarno
Dick Hartoko
Didin Tulus
Din Saja
Diskusi
Djohar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dodit Setiawan Santoso
Donny Anggoro
Dwi Cipta
Dwi Pranoto
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Tunas
Emha Ainun Nadjib
Erik Purnama Putra
Esai
Evan Ys
F. Aziz Manna
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Alayubi
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gusti Eka
H.A. Karomani
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Happy Widiamoko
Hardy Hermawan
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Haris Firdaus
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hazwan Iskandar Jaya
HB Jassin
Helvy Tiana Rosa
Hendri R.H
Herry Lamongan
Herta Muller
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Gusti Ngurah Parthama
I Nyoman Tingkat
I Putu Sudibawa
IBM Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Ika Feni Setiyaningrum
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Nawawi
Iman Budhi Santosa
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Ipik Tanoyo
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iva Titin Shovia
Iwan Simatupang
J Anto
Jefrianto
Jhumpa Lahiri
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Junaidi Khab
Jurnalisme Sastrawi
Kahfie Nazaruddin
Kalis Mardi Asih
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kiki Astrea
Koesalah Soebagyo Toer
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kuntowijoyo
Kurnia Effendi
Kurniasih
Kurniawan
Kuswaidi Syafi’ie
Kuswinarto
L.K. Ara
Laila Putri Rizalia
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Linus Suryadi
Literasi
LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu)
M Fadjroel Rachman
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
Mahbib
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mariana A Sardino
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Masuki M. Astro
Matdon
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Moh Khairul Anwar
Moh. Husen
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Ali
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Rasyid Ridho
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musfeptial Musa
Muslim Basyar
Mustafa ismail
Mustakim
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Neli Triana
Nelson Alwi
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Nobel Sastra
Noor H. Dee
Nur St. Iskandar
Nur Taufik
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Pagelaran Musim Tandur
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Penerbit Pelangi Sastra
Pentigraf
Pidato Kebudayaan
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Politik
Pramoedya Ananta Toer
Priska
Priyo
Prosa
Puisi
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qomarul Adib
R. M. Sutjipto Wiryosuparto
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahadian Bagus
Rahmadi Usman
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Ridwan
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Rodli TL
Ronny Agustinus
Rosidi
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini K.M.
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST)
Sanusi Pane
Sapardi Djoko Damono
Sastra dan Kuasa Simbolik
Satu Jam Sastra
Saut Situmorang
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Indonesia
Sergi Sutanto
Shella
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sides Sudyarto DS
Sigit Sugito
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siti
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slamet Hadi Purnomo
Soe Hok Gie
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sri Harjanto Sahid
St. Takdir Alisjahbana
Subagio Sastrowardoyo
Sumargono SN
Suminto A. Sayuti
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaifuddin Gani
Syamsudin Walad
T Agus Khaidir
Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan
Tatan Daniel
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thomas Ekafitrianus
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Pustaka Pujangga
Toto Sudarto Bachtiar
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Umar Kayam
Umbu landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Universitas Jember (UNEJ)
Veven Sp Wardhana
Veven Sp. Wardhana
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Triono KS
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widodo DS
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wizna Hidayati Umam
Wuryanti Puspitasari
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yok's Slice Priyo
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yos Rizal S
Yudha Manggala P Putra
Yudhi Fachrudin
Yulhasni
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Zadie Smith
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar