Senin, 25 Mei 2020

Pendidikan Sastra, Seuntai Berlian yang Belum Terasah

Laila Putri Rizalia
Siger Post, Edisi 29/TH I, 27 Sep--3 Okt 2010

Bait-bait menyentuh hati selalu menjadi bunga indah dari pohon-pohon sastra. Dunia sastra senantiasa memberikan nuansa lain dalam kehidupan sosial, dengan menyibak berbagai sisi jagad beserta isinya. Bisa dikatakan, dunia tanpa sastra laksana dunia tanpa cahaya. Sayangnya, hingga kini sastra masih dianaktirikan oleh dunia pendidikan.

Pendidikan sastra secara formal masih menjadi salah satu materi yang diajarkan, mulai dari SD, SMP hingga SMA di dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Namun, pendidikan sastra seolah hanya menjadi pelengkap dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Bulum maksimalnya pendidikan sastra dan berbagai faktor lain memungkinkan lunturnya kekentalan sastra Lampung. Mungkinkah ada perhatian khusus terhadap pendidikan sastra hingga ke sastra daerah kelak?

Selami Nilai Kemanusiaan

Sastrawan Lampung Zulkarnain Zubairi mengatakan, dalam pertumbuhan sastra, peran pendidikan formal hampir tidak bisa disebutkan. "Pendidikan formal relatif sangat kecil untuk menghasilkan sastrawan. Bisa dibilang, penyair besar di jalanan, bukan karena pendidikan sastra," ucapnya sambil tersenyum. Peraih Hadiah Sastra Rancage 2008 lewat karyanya Mak Dawah Mak Dibingi (2007) ini memandang hampir semua sastrawan yang ada di Lampung mahir secara otodidak.

Dia juga mengungkapkan keprihatinannya tentang kurangnya pengetahuan mendasar mengenai sastra dari kalangan guru. Fenomena ini dinilai pria yang mempunyai nama pena Udo Z Karzi ini, mengurangi iklim kesuburan sastra Lampung yang dikenal sebagai negeri penyair atau gudang penyair di kancah sastra nasional. "Sastrawan Lampung banyak lahir karena lingkungannya dan media yang ada," ujarnya.

Dari kacamata Udo, terpisahnya pendidikan sastra dari mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi kondisi ideal pendidikan bidang sastra. "Saat ini keterampilan bahasa siswa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis kurang terasah," sesalnya. Kondisi ini yang melahirkan banyaknya keluhan dari banyak pihak mengenai merosotnya kemampuan menulis masyarakat.

Pada umumnya siswa, bahkan masyarakat Indonesia mulai memiliki kecenderungan kurang tertarik pada bahasa Indonesia. Orang Indonesia mulai lebih bangga dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Kalau kemampuan berbahasa Indonesianya payah, sulit berharap mereka menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat kreativitas. "Tapi, masalahnya kreativitas seperti menulis sastra dalam bahasa asing pun hampir tidak bisa dilakukan masyarakat," keluh Udo lagi.

Pengaruh perkembangan teknologi informasi, kata dia, menjadi salah satu faktor dominan dari latar belakang permalasahan ini. Belum lagi menjamurnya berbagai bahasa tidak resmi yang menurut dia kurang jelas asal-muasalnya, seperti bahasa prokem dan bahasa alay. Bahasa-bahasa tersebut jelas tidak bisa turut sumbangsih di dalam dunia sastra, sehingga hanya menjadi benalu.

Udo memaknai sastra sebagai seni bahasa yang berbicara tentang kehidupab. Dengan sastra, manusia bisa memahami nilai-nilai kemanusiaan seperti kejujuran, kebenaran, dan demokrasi. Dengan memba sastra, dia menjamin hati dan jiwa seseorang tidak akan kering. Pemimpin yang membaca sastra pun bisa memutuskan segala perkara dengan sisi empati yang tinggi. Bagi sastrawan sendiri, Udo yakin mereka memiliki kepuasan sosial tersendiri usai menghasilkan karya.

Sejauh ini, Lampung memiliki lingkungan yang sangat kondusif untuk melahirkan sastrawan. Dengan kondisi tidak ideal seperti sekarang saja, Udo telah melihat banyak bibit-bibit generasi penyair atau sastrawan muda yang mempunyai kemampuan wahid. Dia berharap sastra Lampung yang telah tiga tahun mendapatkan penghargaan di kancah nasional, dapat terus berjaya di kemudian hari.

Peran Besar Guru Bahasa Indonesia

Besarnya nama Lampung dalam kancah sastra nasional juga diamini dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Lampung (Unila) Muhammad Fuad. Dia mengakui lemahnya kemampuan guru Bahasa Indonesia terkait materi sastra. Berdasarkanb keluhan banyak guru berbagai tingkat sekolah kepadanya, memang para guru mengalami kesulitan dalam penyampaian materi sastra, sehingga pengetahuan siswa pada ranah sastra belum maksimal.

"Ada hanya untuk menjawab pertanyaan dalam ujian nasional, belum sampai meningkatkan potensi sastra siswa," ujarnya. Kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan Indonesia sendiri, menurut Fuad, adalah kurikulum yang bebas dikembangkan para guru. Namun, memang praktik di lapangan belum maksimal.

Cara mengajar guru Bahasa Indonesia masih sangat konvensional, meski ada guru Bahasa Indonesia yang memiliki kemampuan dan penalaran yang apik pada bidang sastra. Ketidakmaksimalan guru ini diduga Fuad berdasarkan ketidakintegratifan para guru ketika menyelesaikan masa studinya dulu.

Meski masih diikutsertakan dalam pelajaran Bahasa Indonesia, Fuad mengungkapkan pendidikan sastra akan lebih maksimal manakala pembagian waktu yang diberikan bagi pendididikan sastra diperbanyak. "Hal ini juga tidak lepas dari peran besar guru melalui kompetensi yang memadai," tekannya lagi.

Untuk menarik minat siswa, dia menyarankan agar guru menyampaikan manfaat materi pembelajaran. Fuad beranggapan sastra dapat melatih kejujuran dan pengungkapan ekspresi tentang apa yang dirasakan dan dipikirkan siswa. Dengan terbiasa jujur, maka dalam kehidupan ke depan mereka pun akan terbiasa jujur.

Sikap kritis juga salah satu hal yang positif diungkap melalui sastra. Kritis dalam banyak hal dan perhatian hingga ke hal yang detail. Sastra pula yang melatih daya imajinasi siswa untuk lebih dikembangkan. "Sayangnya, tidak semua guru memiliki pemahaman hingga ke manfaat tersebut. Panggilan jiwa sebagai guru tidak mereka hargai. Hanya mengajar semata untuk memenuhi kewajiban mereka," kritik Fuad.

Sebab minimnya perkembangan pendidikan sastra di sekolah:
> Belum terpisahnya pendidikan sastra dari mata pelajaran Bahasa Indonesia
> Minimnya pengetahuan guru mengenai pendidikan sastra
> Banyak sarjana sastra yang tidak menerapkan ilmunya untuk perkembangan pendidikan sastra di sekolah
> Pendidikan bahasa Indonesia lebih mengedepankan tata bahasa, sedangkan sastra hanya sekadar sisipan
> Pengaruh kemajuan teknolgi informasi dan gempuran bahasa lain, seperti bahasa asing, bahasa prokem, dan bahasa alay

http://ulunlampung.blogspot.com/2010/09/pendidikan-sastra-seuntai-berlian-yang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar