Sabtu, 31 Juli 2021

YANG PALING PENTING

Lan Fang
Pikiran Rakyat, 17 Mei 2008
 
Di rumah. Hujan. Di teras. Duduk. Air jatuh satu-satu dari bibir genting. Menciprati lantai. Menggenangi rumput. Susul menyusul. Menjadi bunyi yang paling sepi.
 
Kamu suka musik klasik atau musik jazz?" tanyamu, seakan-akan itu adalah pertanyaan penting. Padahal, itu tidak penting. Karena aku punya pertanyaan lain yang lebih penting untukmu. "Kamu suka hujan waktu pagi hari atau sore hari?" Ini pertanyaan penting untukku. Tetapi aku tahu bahwa itu pertanyaan yang tidak penting menurutmu.
 
Karena kira-kira aku sudah tahu apa jawabanmu. "Hujan bikin becek, banjir, dan macet."
 
Tetapi apakah kau tahu kalau serakan hujan tampak berkilau di ujung lancipnya rerumputan? Aku ragu, kau tahu itu. Aku juga tidak merasa yakin kalau kau pernah mencium wangi cemara yang mengambang di udara sehabis dibasahi hujan. Jadi akulah yang menambang semerbak itu. Harum sunyi paling abadi. Ada di hati manusia yang sendiri.
 
Tidak ada kamu. Tidak tahu kamu sedang apa.
 
Mungkin benar bahwa kamu sedang berlatih memainkan musik klasik atau musik jazz. Tetapi aku tidak tahu bagaimana pastinya. Kemudian kamu berkata padaku "kamu memang tidak tahu kalau satu oktaf sebetulnya ada dua belas nada. Terdiri dari tujuh bilah putih. Dan lima bilah hitam. Ini penting! Bukan cuma delapan nada yang seperti kamu katakan. Tidak cuma do re mi fa sol la si do. Kamu tidak tahu."
 
Ya, aku memang tidak tahu. Seperti aku tidak tahu kenapa pikiranku gentayangan mencarimu. Padahal, aku tahu ada suara langit yang resah. Ada pesawat terbang menerjang hujan. Juga ada burung kecil yang nekat menerabas hujan. Aku tahu pesawat terbang dan burung kecil itu sedang saling bersaing. Pesawat terbang harus mendarat di landasannya. Burung kecil harus mencapai gerombolan cemara. Aku tahu keduanya sedang balapan menghindar dari basah. Tetapi aku tidak tahu yang mana dari mereka yang akan berhasil lebih dahulu. Seperti aku tidak tahu kamu sedang di mana.
 
Mungkin kamu sedang terjebak macet karena banjir. Maka kamu pasti sedang mengutuk hujan yang tidak berhenti sejak siang tadi. Karena hujan pasti membuat semua rencanamu tertunda. Sudah pasti semua rencana yang penting, menurutmu. Termasuk acaramu, latihan piano. Itu salah satu hal yang penting buatmu. Tetapi itu bukan acara penting untukku. Bagiku yang kulakukan sekarang juga penting. Duduk-duduk menonton hujan. Bukankah seharusnya kulakukan bersamamu? Tetapi kamu menganggapnya tidak penting.
 
"Ayo, cepat, habiskan baksomu. Sebentar lagi hujan. Nanti kamu kehujanan," katamu. Lagi-lagi aku tidak tahu, yang mana yang penting untukmu. Bakso, hujan, atau aku? Karena yang penting bagiku adalah waktu bersamamu. Tidak ada bakso, tidak mengapa. Kehujanan pun tak apa. Tetapi ada kamu. Ada kamu yang mendengarkan ceritaku tentang bakso. Tentang hujan. Tentang kamu.
 
Jadi ketika kau melempar aku begitu saja di halaman sebuah toko buku, aku tidak tahu kau kemudian menjadi apa. Apakah kamu menjadi pesawat terbang? Ataukah menjadi burung kecil? Apakah kamu sedang menuju landasan? Ataukah kamu justru sedang tergesa mencari cemara? Yang kelihatannya penting, walaupun aku tidak tahu apakah itu benar-benar penting adalah kau sedang terburu-buru. Mungkin sedang memburu. Atau sedang diburu.
 
Ah, itu sudah tidak penting lagi bagiku. Karena sudah hujan. Sudah angin. Sudah dingin. Sudah basah.
Masih di rumah. Masih hujan. Masih di teras. Masih duduk. Dan masih saja air jatuh satu-satu dari bibir genting. Juga masih menciprati lantai. Sudah pasti masih menggenangi rumput. Tentu masih susul-menyusul. Benar-benar masih menjadi bunyi yang paling sepi.
 
"Nanti aku ke rumahmu. Agak malam. Karena sekarang masih hujan. Masih banjir. Masih macet," katamu.
 
Kali ini kulakukan sesuatu yang penting menurutku. Kubuka pagar lebar-lebar. Agar nanti mobilmu bisa langsung masuk ke car port. Sehingga ketika kau turun dari mobil, kau tidak kehujanan. Tidak kena angin. Tidak dingin. Tidak basah.
 
Tetapi yang kulakukan ternyata tidak penting untukmu. Kau tetap memarkir mobilmu di jalanan. Di sisi luar pagar. Kamu turun, berlari kecil menembus rintik. Kamu kehujanan. Kamu kena angin. Kamu kedinginan. Kamu basah.
 
Sekian banyak kita bersisipan di antara yang penting dan tidak penting. Apakah sejenak ada suara hujan menyelinap di antara nada-nada musik klasik dan jazz yang kau mainkan? Sehingga aku tidak tahu, mana yang sungguhan penting dan mana yang tidak penting. Aku juga sudah tidak bisa membedakan irama hujan atau denting piano.
 
Akhirnya, sampai juga kita kepada satu kata sepakat. Secangkir coklat panas. Kau menyeruputnya. Dan aku bahagia melihat wajahmu mulai memerah. Tidak pias. Tidak pucat. Sudah hangat.
 
"Kamu suka musik klasik atau musik jazz?" kamu masih saja mengulang pertanyaan yang kamu anggap penting itu.
 
"Kamu suka hujan waktu pagi hari atau sore hari?" akhirnya kutanyakan juga pertanyaan yang kuanggap penting ini.
 
"Aku mau bikin lagu untukmu. Lagu tentang hujan," katamu tetapi bukan menjawab pertanyaanku.
 
"Lagu hujan adalah lagu yang paling aku suka," kurasa kata-kataku juga tidak menjawab pertanyaanmu.
 
Kemudian seperti biasa kamu berlalu. Tetap terburu-buru. Aku tidak tahu apakah kamu sedang memburu atau sedang diburu hujan. Itu sudah tidak penting lagi.
 
Tahukah kamu kalau aku ingin menyampaikan ada yang lebih penting?
 
Bila kamu memeluk hujan, itu aku. Bila kamu menyentuh dingin, itu aku. Bila kamu mencium angin, itu aku. Maka kamu adalah tanah yang begitu tabah menadah basah.
 
Kurasa ini paling penting!
***

Surabaya, di ujung tahun 2007. http://sastra-indonesia.com/2021/07/yang-paling-penting/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar