Sabtu, 28 Agustus 2021

Negeri Riau, Pilar Agung Sastra Melayu

Edy A Effendi *
Media Indonesia, 2 Des 2007
 
DALAM jejak sejarah, tradisi penulisan kesusastraan Melayu selalu melahirkan ‘prasasti’. Prasasti itu membiak ke berbagai wilayah, yang pada akhirnya membangun identitas Melayu sebagai poros besar dalam lajur kehidupan sastra di ranah Nusantara ini.
 
Prasasti yang bisa dibaca dalam lajur tapak sejarah sastra Melayu adalah lahirnya tokoh-tokoh agung, sebutlah Hamzah Fansuri, Raja Ali Haji, Tuan Guru Abdurrahman Sidik, Soeman HS, BM Syamsuddin. Mereka telah menitikkan jejak sejarah kesusastraan Melayu sejak 500 tahun silam.
 
Seperti kita tahu, tradisi itu dimulai dari Hamzah Fansuri. Seorang pelanjut warisan sastra Melayu, Umar Usman Hamidy (UU Hamidy), atau lebih akrab disapa Pak UU, bertutur, Hamzah Fansuri berangkat dari Aceh. Ia digelari sebagai Pilar Agung Sastrawan Melayu Abad XVI.
 
Pada abad XVII, posisi itu diteruskan Tun Sri Lanang. Ia menulis Sulatus Salatin yang berisi sejarah Melayu. Sesudah itu, gemanya terus mengalir hingga ke Riau. Pada dekade itu, lahir tokoh agung dalam sastra Melayu, Raja Ali Haji. Ia berkibar pada kurun waktu abad XIX.
 
Raja Ali Haji ialah sastrawan Melayu yang tumbuh dari negeri Riau. Ia menulis kurang lebih 13 karya dan yang paling populer disimak generasi sastra di jagat nusantara ini, Gurindam Dua Belas.
 
Pak UU, budayawan dan sekaligus kritikus sastra Melayu, pada 26 November, menerima Anugerah Sagang sebagai Tokoh Budayawan Pilihan Sagang 2007 di Pekanbaru, ia pun berkisah bahwa Raja Ali Haji menulis berbagai persoalan dari sejarah, kitab hukum serta tata bahasa dan sastra. Raja Ali Haji berhasil membina generasi penulis Melayu dan melahirkan kelompok cendekiawan Riau bernama Rusydiah Club pada abad XX.
 
Rusydiah Club itulah yang menebar pesona Melayu. Ia bisa dicap sebagai paguyuban terbesar di Asia Tenggara pada abad XIX. Tempat menyimak berbagai delik persoalan.
 
Sumbangan bahasa
 
Dalam percakapan informal dengan berbagai wartawan Ibu Kota, Rida K Liamsi, Ketua Yayasan Sagang, di Pekanbaru, mengurai sumbangan terbesar dari khasanah Melayu adalah soal bahasa. Bahasa menjadi identitas penulis yang lahir dari ranah Melayu dan menjadi pembeda dengan penulis-penulis di luar wilayah Melayu. Maka, tidak salah jika UU Hamidy menulis buku bertajuk Riau sebagai Pusat Bahasa dan Kebudayaan Melayu.
 
Dalam konteks itulah, Rida mempersoalkan adakah sumbangan lain setelah bahasa? Rida layak mempersoalkan sumbangan lain dari daratan Melayu ini selain bahasa karena seperti kita tahu, satu identitas yang tidak luput kesusastraan Melayu adalah bahasa. Dan identitas-identitas lain selain bahasa dalam kultur Melayu, tidak ubahnya identitas lokal dari berbagai kultur lokal di bumi Indonesia ini. Pertanyaan sekaligus gugatan Rida sebetulnya masalah dasar dari semua elemen kehidupan masyarakat Melayu.
 
Memang dalam bahasa selalu terdapat keselarasan, bahkan terkandung dalam kata-kata atau substansi bahasa, maka menjadi lebih membekas dan mendalam hingga terwujudlah sebuah puisi; melalui puisilah menggema kembali keselarasan fundamental yang memungkinkan manusia untuk kembali kepada keberadaan dan kesadarannya yang lebih tinggi.
 
Di sinilah bahasa sastra menemukan karakternya. Ia hadir sebagai ragam ekspresi yang melewati perakitan-perakitan psiko-psikis dalam diri seseorang. Mengenai bahasa dalam wilayah sastra, Sutan Takdir Alisjahbana pun memberi komentar, “Bahasa hanyalah alat untuk menjelmakan perasaan dan pikiran yang terkandung dalam sanubari pujangga. Bagi saya, tiap-tiap pujangga itu bebas memakai alat sekehendak hatinya, asal saja dengan jalan demikian terang dan indah ia menggambarkan perasaan dan pikirannya. Apa pula salahnya kalau orang hendak melagukan dendangnya dengan perkataan arianingsun, mayapada, laksamana, imbang irama, kesturi.”
 
Di tepi lain, fakta-fakta sejarah yang lurus harus dibangun atas keselarasan antara bahasa dan pikiran. Seperti kata Roger Trigg, ‘Thought without language becomes impossible, and difereent languages will produce different thought. Berpikir tidak mungkin dipisahkan dari bahasa dan adanya perbedaan bahasa akan melahirkan perbedaan produk pemikiran.
 
Kekuatan bahasa sastra sebagai sarana representasi dari mekanisme kerja keseharian senantiasa menawarkan ruang-ruang subjek untuk beroperasi melakukan tindakan-tindakan sosial serta menentukan strategi-strategi dan tema-tema yang diyakini mampu membangun medan kesadaran publik. Dari sanalah posisi bahasa, tidak sekadar alat korespondensi antarsubjek, tapi bahasa telah membangun satu peta kekuatan di luar dirinya. Bahasa dalam takaran ini, menurut Benjamin Lee Whorf, tidak hanya medium untuk berkomunikasi, tapi bahasa pada wilayah tertentu, berfungsi untuk mendefinisikan kehidupan dirinya. Bahasa, mengikuti jejak pikiran Whorf, bukan hanya alat reproduksi untuk menyuarakan kembali gagasan-gagasan, melainkan justru bahasa itu sendirilah yang menjadi pembuat gagasan, program, dan panduan aktivitas mental individu, untuk menganalisis kesan dan untuk sintesis kemampuan mentalnya.
 
Pikiran Whorf, setidak-tidaknya menolak doktrin tradisional bahasa, yang dihinggapi definisi-definisi normatif sebagai alat komunikasi dan pemekaran yurisdiksi kata-kata. Menurut doktrin tradisional, kata-kata yang tertuang dalam puisi memerlukan penjelasan lebih lanjut karena hubungan antara realitas kosmis dan bahasa manusia telah memudar selama kurun waktu tertentu, yang menilai alam secara kuantitatif dan mempelajari bahasa secara analitis belaka, dengan mengabaikan aspek kualitatif sintetis puitis. Dalam bahasa, kata menjadi substansi yang menggantikan hakikat materi dunia eksternal, dan menyiratkan keselarasan kosmis.
 
Anugerah Sagang
 
Sejatinya, Anugerah Sagang merupakan representasi lain untuk menjaga tanah Melayu, khususnya Riau, menjaga bahasa ibu, bahasa Melayu. Dan tentu segenap apresiasi kita tumpahkan untuk para pengelola Yayasan Sagang, yang mau membuang energi mereka untuk menjaga kultur Melayu dari sergapan budaya lain. Anugerah Sagang ke-12 ini merupakan cermin dari perjalanan panjang Rida K Liamsi dalam menjejakkan kakinya ke dalam wilayah kultur Melayu.
 
Rida, sosok yang perlu diberi catatan. Energi yang ia tumpahkan untuk menjaga bahasa ibu seperti mengabaikan energi lain yang seharusnya ia sandarkan dengan sepenuh jiwa untuk keluarga dan kerabatnya. Yayasan Sagang seolah-olah sebagai rumah pertama Rida untuk berpijak dan meneruskan akar kemelayuan.
 
Di sisi lain, Gubernur Riau Rizal Nurdin pun merupakan sosok yang punya dedikasi yang tinggi terhadap kultur Melayu. Nurdin sendiri berujar bahwa visi dan misi Riau 2020 adalah menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. Dedikasi Nurdin juga tercermin dari dana APBD untuk Dewan Kesenian Riau yang merangkak sampai kisaran Rp4 miliar. Untuk ukuran Indonesia, itulah bujet terbesar yang diberikan kepada dewan kesenian. Selamat untuk Rida, Nurdin, dan tentunya Eddy Akhmad RM, Ketua Dewan Kesenian Riau, yang menuai berkah dari apresiasi yang tinggi dari berbagai sosok Riau tersebut. Sebuah berkah apresiasi. Tidak lebih dari itu.
***

*) Edy A Effendi, Wartawan Media Indonesia. http://sastra-indonesia.com/2011/04/negeri-riau-pilar-agung-sastra-melayu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar