Senin, 10 Mei 2021

Perempuan dalam Karya Sastra

Junaidi Khab *
Lampung Post, 4 Mar 2018
 
Pada Minggu, 28 Agustus 2016 cerita pendek (cerpen) karya N. Mursidi berhasil tayang di salah satu koran Jogja. Ia menulis cerpen dengan judul Tiga Wanita yang Menangis untuk Sebuah Kematian (Harian Jogja). Membaca karya ini, kita akan melewati jalan melankolis dan kesedihan yang tiada henti. Substansinya, sebuah konflik fisik atau batin dalam sebuah kisah sangat lumrah. Begitu pula dengan sosok perempuan yang menjadi ulasan empuk untuk dijadikan kambing hitam dalam cerpen Mursidi.
 
Sebuah pukulan batin yang benar-benar menyayat hati dan mengiris perasaan. Dengan diksi yang tentunya melalui olah naluri yang tajam tentang sebuah pernikahan yang tidak dikehendaki, Mursidi berhasil membawa pembaca – tentunya – ke alam lara yang meledak-ledak dan penuh empati yang tinggi. Seorang Lusy yang sudah menanam cintanya selama tujuh tahun bersama Alex harus tumbang setelah kedatangan Handoko.  Ayah Handoko memiliki piutang jasa penyembuhan ibu Lusy yang terkena kanker hati. Sehingga, ibu Lusy untuk membalas kebaikan ayah Handoko ia menikahkan anaknya dengan Handoko.
 
Dalam cerpen karya Mursidi ini, kita bisa menemukan dua dimensi pilu yang terus menghantui diri Lusy. Pertama, di saat malam bulan madu. Meski Lusy sudah berstatus sebagai istri Handoko, ia tak menemukan kebahagiaan di dalam dirinya. Di saat akan ditiduri, ia merasa sakit di selangkangannya. Tak ada butiran kenikmatan. Ia merasa sangat perih. Namun, ia pura-pura melenguh. Padahal, lenguahan itu palsu, tak ada gairah untuk tidur bersama Handoko. Kedua, hatinya sangat teriris karena kondisi kejiwaan dan hobi anaknya sama seperti Handoko. Bahkan, di saat Handoko sakit, anaknya pun sakit. Begitu juga ketika Handoko sembuh, anaknya pun sembuh. Suatu kejadian di luar nalar yang semakin membuat Lusy tidak senang hidup dengan Handoko.
 
Kisah-kisah kecut semacam itu kadang memang banyak dialami perempuan. Namun, tidak semua dari mereka menceritakannya. Di sisi lain, kisah ini mungkin akan sangat penting bagi orangtua guna mencari kesepakatan untuk menikahkan anaknya. Bukan memilihkan orang yang tidak disukai, karena siksaan batin sudah tentu dialami oleh anak yang menjalani kehidupan rumahtangga dengan lelaki yang tidak ia cintai, seperti halnya Lusy dengan Handoko.
 
Masyarakat mungkin beranggapan bahwa karya Mursidi ini menentang otoritas orangtua dalam menjodohkan anaknya. Orangtua kadang dengan tangan besinya menjodohkan anak gadisnya dengan lelaki pilihannya. Jika dilihat lebih dalam, perilaku demikian sungguh memalukan. Seorang perempuan hanya barang rongsokan belaka yang ditawarkan kepada tukang rombeng. Semua orangtua tentu menyadari pilu yang akan dihadapi anak gadis yang akan menikah dengan lelaki bukan pilihannya. Namun, keangkuhan dan rasa otoritas yang tinggi tetap tak mampu dibendung. Sehingga pernikahan yang tidak didasari rasa cinta pun terjadi. Kadang seorang perempuan menampilkan mimik bahagia, padahal tidak. Dengan kata lain, perempuan tetap dieksploitasi hak-haknya dengan melewati batas norma-norma, agama, dan tatanan sosial yang dibenturkan sebagai senjata ampuh untuk memaksakan kehendak orangtua.
 
Sebuah Komparasi
 
Begitu pula Mashdar Zainal, ia tak jauh berbeda dalam menorehkan ide-idenya melalui karya fiksi. Perempuan menjadi tumbal dalam kisahnya. Sosok perempuan memang unik, menarik, dan penuh dimensi eksotis untuk selalu dibicarakan. Namun, kisah pilu yang dibangun oleh Mashdar berbeda dengan kisah yang disajikan oleh Mursidi. Melalui cerpennya yang berjudul Ladang Ubi (KR: Minggu, 28 Agustus 2016), ia menampilkan sosok gadis yang selalu terasingkan, baik saat masih hidup dengan orangtuanya atau saat diadopsi oleh kerabat jauh yang tinggal di daerah lain.
 
Membicarakan tentang sosok perempuan memang tidak akan pernah akan ada habisnya. Para penulis fiksi berupa drama, cerpen, atau novel, selalu menjadikan sosok perempuan sebagai bumbu penyedap rasa karyanya. Begitu pula halnya Mursidi dan Mashdar Zainal yang menggunakan perempuan sebagai sembilu, guna menghasilkan karya yang benar-benar menyentuh perasaan para pembaca. Bahkan, bukan hanya karya dua penulis tersebut yang menjadikan sosok perempuan sebagai makanan empuk penikmat karya sastranya, tapi penulis-penulis lainnya pun tak jauh berbeda.
 
Jika membandingkan dengan karya-karya lainnya – tentu setiap penulis dan karyanya memiliki karakter masing-masing – masih tergolong karya klise. Tetapi, kisah yang dibangun dengan pilihan diksi yang tepat akan tampak menjadi sebuah karya yang aktual – sesuai dengan kondisi sosial saat ini. Kisah-kisah yang dibangun pun tak jauh dari persoalan kehidupan yang salah satunya memerankan sosok perempuan. Dilihat dari sudut pandang mana pun, perempuan memiliki eksotisme tersendiri. Sehingga, tak heran jika banyak penulis yang menautkan kisah-kisahnya dengan kehidupan perempuan.
 
Perempuan bukan hanya tokoh – baik sebagai orang pertama, kedua, ketiga, atau sampingan, tetapi perempuan menjadi umpan demi menjadikan sebuah karya agar memiliki ruh. Memang ada karya-karya yang lahir tanpa melibatkan sosok perempuan, tetapi hal itu masih bisa dihitung dengan jari. Kita dapat menyimpulkan bahwa sosok perempuan lebih tinggi daya tariknya dibanding lelaki dalam sebuah karya sastra. Sosok perempuan memiliki beberapa dimensi yang bisa dijadikan sebuah permenungan karena perangainya yang sangat sensitif.
 
Kadang, seorang penulis menjadikan sosok lelaki jika ada kaitannya dengan persoalan sosial, politik, dan budaya. Namun, kaum perempuan tetap dibutuhkan; sebagai penyedap, penikmat, dan bahkan bisa menjadi racun yang melenakan hingga mematikan. Begitulah sosok perempuan yang selalu menjadi tumbal (dieksploitasi) dalam sebuah karya menggunakan estetika dan moral yang tinggi. Maka dari itu, karya yang mengeksploitasi dengan menjadi tumbal sosok kaum perempuan harus dijadikan sebagai kaca cermin bagi peradaban kehidupan umat manusia untuk berbenah diri dan membangun peradaban kemanusiaan yang universal.
***

*) Penulis adalah Akademisi asal Sumenep, lulusan Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya. Sekarang Belajar di Yogyakarta. http://sastra-indonesia.com/2021/05/perempuan-dalam-karya-sastra/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Jalal A. Mustofa Bisri A. Muttaqin A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Abdoel Moeis Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Abubakar Batarfie Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Achi Breyvi Talanggai Achiar M Permana Aditya Ardi N Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhmad Fatoni Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Akrom Hazami Al Azhar Riau Alang Khoiruddin Albert Camus Albertus Prasetyo Heru Nugroho Aldika Restu Pramuli Alfian Dippahatang Ali Audah Alia Swastika Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aming Aminoedhin An. Ismanto Ana Mustamin Andhika Dinata Andong Buku #3 Andong Buku 3 Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardi Wina Saputra Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Asarpin Asrul Sani Astrikusuma Ayung Notonegoro Azizah Hefni Badrul Munir Chair Bahrum Rangkuti Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Kritik Sastra di PDS H.B. Jassin Benee Santoso Beni Setia Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hatees Budi P. Hatees Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chusnul Cahyadi D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Damiri Mahmud Danang Ari Danarto Daoed Joesoef Darju Prasetya Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni di Bentara Budaya Yogyakarta Dian Sukarno Dick Hartoko Didin Tulus Din Saja Diskusi Djohar Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dodit Setiawan Santoso Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Pranoto Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Tunas Emha Ainun Nadjib Erik Purnama Putra Esai Evan Ys F. Aziz Manna F. Rahardi Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Alayubi Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Franz Kafka Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Gampang Prawoto Gandra Gupta Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gusti Eka H.A. Karomani Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Happy Widiamoko Hardy Hermawan Hari Puisi Indonesia (HPI) Haris Firdaus Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hazwan Iskandar Jaya HB Jassin Helvy Tiana Rosa Hendri R.H Herry Lamongan Herta Muller Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Parthama I Nyoman Tingkat I Putu Sudibawa IBM Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Ignatius Yunanto Ika Feni Setiyaningrum Imadi Daimah Ermasuri Imam Nawawi Iman Budhi Santosa Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Ipik Tanoyo Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iva Titin Shovia Iwan Simatupang J Anto Jefrianto Jhumpa Lahiri JJ. Kusni Jo Batara Surya Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Junaidi Junaidi Khab Jurnalisme Sastrawi Kahfie Nazaruddin Kalis Mardi Asih Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kiki Astrea Koesalah Soebagyo Toer Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kuntowijoyo Kurnia Effendi Kurniasih Kurniawan Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laila Putri Rizalia Lan Fang Launching dan Bedah Buku Linus Suryadi Literasi LP3M (Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu) M Fadjroel Rachman M. Adnan Amal M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef Mahbib Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mariana A Sardino Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Masuki M. Astro Matdon Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Moh Khairul Anwar Moh. Husen Mohammad Sadam Husaen Muhammad Ali Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Rasyid Ridho Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musfeptial Musa Muslim Basyar Mustafa ismail Mustakim Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nasru Alam Aziz Neli Triana Nelson Alwi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Nobel Sastra Noor H. Dee Nur St. Iskandar Nur Taufik Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Parimono V / 40 Plandi Jombang Penerbit Pelangi Sastra Pentigraf Pidato Kebudayaan Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Politik Pramoedya Ananta Toer Priska Priyo Prosa Puisi PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qomarul Adib R. M. Sutjipto Wiryosuparto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahadian Bagus Rahmadi Usman Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ridwan Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rodli TL Ronny Agustinus Rosidi Rukardi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini K.M. Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST) Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Sastra dan Kuasa Simbolik Satu Jam Sastra Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Indonesia Sergi Sutanto Shella Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sides Sudyarto DS Sigit Sugito Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slamet Hadi Purnomo Soe Hok Gie Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Harjanto Sahid St. Takdir Alisjahbana Subagio Sastrowardoyo Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaifuddin Gani Syamsudin Walad T Agus Khaidir Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thomas Ekafitrianus Tjahjono Widijanto Toko Buku Pustaka Pujangga Toto Sudarto Bachtiar Triyanto Triwikromo TS Pinang Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Universitas Jember (UNEJ) Veven Sp Wardhana Veven Sp. Wardhana Vino Warsono Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Triono KS Wawan Eko Yulianto Wawancara Widodo DS Wiratmo Soekito Wita Lestari Wizna Hidayati Umam Wuryanti Puspitasari Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yok's Slice Priyo Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yos Rizal S Yudha Manggala P Putra Yudhi Fachrudin Yulhasni Yulia Permata Sari Yurnaldi Zadie Smith Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zulfikar Akbar